Penyesalan
Teng.. teeng.. teng.. begitulah bel sekolahku
berbunyi yang menandakan seluruh pelajaran di sekolah telah usai dan
siswa-siswi SMP tempatku menuntut ilmu sudah boleh pulang. Segera aku
membereskan seluruh buku yang ada di mejaku dan bergegas menuju
lapangan sekolah untuk bermain sambil menunggu dijemput. Biasanya
memang aku pulang sendiri karena sebenarnya jarak dari rumah ke
sekolahku memang tidak begitu jauh, hanya saja kali ini di rumahku
sedang kosong jadi aku menunggu dijemput oleh Mbak Wi karena hanya dia
yang memegang kunci rumah.
Di lapangan sekolah kulihat banyak teman-temanku yang sedang
bermain bola dari plastik dan mereka sama juga sepertiku menunggu
jemputan dari orang tua mereka, daripada diam menunggu aku pun
bergabung untuk bermain dengan mereka. Cukup lama juga aku bermain
karena teman-teman yang bermain bersamaku semakin berkurang seiring
dengan datangnya para penjemput mereka. Aku melayangkan pandanganku ke
pinggir lapangan dan ke gerbang sekolah untuk melihat apakah Mbak Wi
sudah ada di sana atau belum dan ternyata belum,
"Aduh ke mana dulu sih Mbak Wi ini?" pikirku.
Aku segera menuju pinggir lapangan untuk mengambil minum dalam
tasku dan ketika itulah kudengar sayup-sayup suara orang memanggil
namaku dan ternyata itu Mbak Wi dan dia bersama seorang anak perempuan
yang juga memakai seragam SMP sepertiku.
Aku berlari menuju Mbak Wi dan ternyata anak perempuan itu adalah
Nia, anak kelas 1 SMP hanya beda sekolah denganku. Orang tuaku kenal
sama Nia karena memang Nia sering diajak oleh Mbak Wi jalan-jalan, main
ke rumah dan orang tua Nia pun sudah mengenal dekat Mbak Wi.
"Jon, sekarang kita kedatangan tamu nih," kata Mbak Wi.
"Oh, Nia juga mau ke rumah kita sekarang ya mbak?" tanyaku.
"Iya soalnya kemarin ibunya Nia minta tolong jagain Nia sama Mbak
Wi karena ortu Nia dua-duanya mau ke luar kota dan baru malam ini
pulangnya." Jawab Mbak Wi.
"Asyiik jadi aku ada temen main doong " ajakku pada Nia.
Nia adalah seorang gadis yang cantik, kulitnya putih bersih, imut
disertai dengan sikapnya yang manja yang selalu memeluk tangan Mbak Wi
sepanjang perjalanan pulang. Nia memang benar-benar dekat dan percaya
kepada Mbak Wi dan aku pun merasa kalau Mbak Wi menyayangi Nia.
Sesampainya di rumah aku segera mengajak Nia mengambil
mobil-mobilan yang ada di kamarku kemudian mengajaknya bermain di ruang
tengah sementara Mbak Wi berganti baju dan setelah itu pergi ke luar
sebentar untuk membeli makan siang untuk kami semua. Hari itu memang
menyenangkan, kami makan siang sambil bersenda gurau pokoknya
benar-benar menyenangkan. Selepas makan siang Mbak Wi mengajak kami
berdua ke kamarnya dan ia berkata padaku,
"Jon, kemarin Mbak Wi sudah menjanjikan hadiah padamu nah
sekaranglah hadiahnya akan Mbak berikan, kamu harus bisa membahagiakan
Nia seperti di film yang kamu tonton kemarin, kamu mengerti Jon?" Mbak
Nia berkata padaku.
"Iya Mbak Wi," jawabku ragu-ragu.
"Nia, ayo sini sayang naik tempat tidur bersama mbakWi."
Kulihat Nia patuh sekali pada Mbak Wi dan kudengar Nia bertanya pada Mbak Wi,
"Kita mau main sayang-sayangan ya mbak?"
"Iya Nia cantik, seperti biasa." Mbak Wi menjawab.
"Eh Kak Jon diajak juga ya mbak?" Nia bertanya lagi.
"Iya Nia sayang, Kak Jon juga diajak karena Mbak Wi mau mengajarkan
kepada Kak Jon tentang tubuh seorang gadis dan Nia sebagai contohnya,
nggak apa-apa khan Nia manis?" Tanya Mbak Wi dengan lembut.
"Tapi nanti enak khan seperti yang waktu Mbak Wi sama Nia aja?"
"Ooh tentu dong Nia sayang, Mbak Wi tidak akan pernah membiarkan
orang lain menyakitimu, Mbak Wi khan sayang sama Nia, sayaang sekali."
Kudengar Mbak Wi membujuk Nia dengan lembut.
"Iya Nia juga sayang sama Mbak Wi." Nia menjawab.
"Nah, Nia ayo sekarang buka pakaiannya ya cantik." Kata Mbak Wi.
Kulihat Nia menuruti kata-kata Mbak Wi dan sekarang Mbak Wi mulai
membuka rok dan celana dalam putih Nia sehingga terlihat seluruh tubuh
yang indah, dengan payudara yang baru tumbuh dan kemaluan gundulnya
yang belum ditumbuhi sehelai rambut pun, kulit putih bersih tanpa cela
itu terlihat jelas dihadapanku. Melihat hal itu aku sebagai lelaki
normal tentu saja menjadi bernafsu hal itu juga diperkuat dengan
ingatanku akan film indah yang kutonton bersama Mbak Wi kemarin.
"Jon!!" tiba-tiba suara Mbak Wi membuyarkan lamunan nafsuku.
"Eeh, iya Mbak Wi."
" Ayo kamu juga buka baju dan celanamu, masak cuman Nia aja yang telanjang, nggak adil doong?" Mbak Wi menghardikku.
"Iya nich ayo doong Kak Jon!" tiba-tiba Nia juga ikut menyahut dan hal itu benar-benar membuatku terkejut.
Aku pun tidak mau kalah dengan Nia dan segera membuka seluruh
pakaian dan celana dan celana dalamku sehingga aku pun benar-benar
telanjang bulat dan tentu saja burungku pun sudah mengacung dengan
tegangnya.
"Iiih Kak Jon burungnya berdiri tuch!" Nia berteriak.
Mbak Wi, yang seperti biasa masih mengenakan pakaiannya dengan lengkap, pun tersenyum dan berkata ,
"Iya dong Nia, itu biasa kalo seorang laki-laki melihat perempuan
telanjang pasti burungnya akan berdiri, apalagi Nia adalah gadis yang
cantik waah semua laki-laki yang melihat Nia telanjang seperti ini
pasti burungnya akan berdiri." Kata Mbak Wi.
"Nah Nia sayang, sekarang kita mulai pelajarannya ya, Nia ayo tiduran di sini" perintah Mbak Wi.
"Iya Mbak Wi" kata Nia.
Mbak Wi pun segera mengatur posisi tidurnya Nia dan ia menaruh
bantal di bawah pinggang Nia sehingga bagian pinggulnya menjadi lebih
tinggi daripada bagian kepala dan kakinya. Mbak Wi sendiri pun
mengambil posisi berbaring di sisi kiri Nia dan ia mulai menciumi bibir
Nia. Saat ia menciumi bibir Nia, ia memberi isyarat kepadaku untuk
melihat dari dekat apa yang ia dan Nia lakukan dan kulihat sekilas
bahwa lidah Mbak Wi sedang bermain-main dalam mulut Nia. Kemudian
ciuman Mbak Wi mulai turun ke leher, dada beserta kedua puting susu Nia
tak lepas dari jilatan dan hisapan Mbak Wi. Hal itu membuat Nia
mendesah
"..aah..mbak Wi ..geli.."
Mbak Wi pun melanjutkan penjelajahan ciumannya ke bagian perut dan
kulihat lidahnya bermain-main di bagian pusar Nia, kemudian ciumannya
diarahkannya ke bagian paha dalam Nia. Aku melihat semuanya itu dari
dekat merasa berdebar karena adegan ini persis seperti apa yang kulihat
di film dan yang lebih hebat lagi mungkin aku akan benar-benar
merasakannya sebentar lagi.
Sekarang kulihat Mbak Wi mulai mengarahkan mulutnya persis ke
kemaluan Nia, mbak Wi menjilatinya dengan lembut aku dapat melihat
lidahnya yang bermain-main di kemaluan Nia yang membuat paha Nia
mengejang-ngejang..
" Aaah Mbak Wi..gelii..aah.."
Tak berapa lama Mbak Wi menghentikan permainannya dan berkata padaku,
"Jon, kamu sudah lihat khan bagaimana caranya membuat Nia bahagia?" Tanya Mbak Wi.
"Eh, ii..iya mbak" jawabku ragu.
"Sekarang nikmatilah hadiahmu, bahagiakan Nia!" seru Mbak Wi kepadaku.
Ia kemudian langsung mencium bibir Nia sementara aku sudah berada
diantara kedua kaki Nia, tanpa pikir panjang segera aku arahkan mulutku
menuju kemaluan Nia yang sudah basah, terbuka menantang dan ada biji
kecil sebesar biji kacang hijau berwarna kemerahan seperti yang kulihat
di film, dan lubang kemaluannya yang kecil tetapi kulihat juga
mengeluarkan cairan, saat itu kupikir apakah cairan dari mulut Mbak Wi,
atau emang Nia pipis disitu, aku tak tahu.
Perasaanku semakin berdebar ketika bibirku yang sudah semakin dekat
dengan kemaluan Nia akan menyentuhnya, segala perasaanku berbaur
menjadi satu karena aku merasa akan membuat Nia berbahagia dengan apa
yang akan kulakukan, sama bahagianya seperti saat Mbak Wi menghisapi
burungku waktu itu tetapi tiba-tiba aku mencium aroma yang sangat tidak
menyenangkan dari kemaluan Nia. Kutarik kepalaku mundur dan aku melihat
bahwa Mbak Wi masih berciuman dengan Nia, kucoba sekali lagi tetapi
aroma itu masih saja ada menghadang, kutarik kembali kepalaku. Aku
mencoba memanggil Mbak Wi tapi ia kelihatannya sedang benar-benar
menikmati ciumannya bersama Nia. Kucoba sekali lagi untuk menjilati
kemaluan Nia dan kali ini aku benar-benar tidak kuat lagi menghirup
aroma kemaluan Nia. Mbak Wi akhirnya melihat ke arahku dan bertanya,
"Kenapa Jon, kok kamu belum menikmati hadiahmu sih?" Tanya Mbak Wi.
Dengan gugup aku menjawab
"Ehh..eeuh..anu Mbak Wi, itunya Nia bau aku nggak kuat menciumnya" jawabku jujur.
Mbak Wi tidak marah tetapi malah tersenyum dan berkata
"Kalau gitu sekarang kamu liat aja Mbak Wi yaa" kata Mbak Wi.
Sebelum mengubah posisinya ia berkata pada Nia
"Nia sayang, sekarang Mbak Wi akan membuat kamu merasa bahagia seperti waktu itu, mau khan sayang?" Tanya Mbak Wi.
"Iya, Nia mau Mbak Wi" jawab Nia.
Mbak Wi pun segera berubah posisi telungkup diantara selangkangan
Nia sambil memerintahkan padaku untuk selalu berada di dekatnya dan
memperhatikannya dengan serius. Aku menurutinya dan memperhatikan
bagaimana Mbak Wi beraksi dengan sungguh-sungguh. Mbak Wi sudah dalam
posisi menelungkup dan kepalanya berada dekat sekali dengan kemaluan
Nia sementara tangan kanannya mempermainkan puting susu Nia yang
sebelah kanan dan tangan kirinya mengelilingi paha Nia dari bawah
sementara jarinya berada di belahan kemaluan Nia yang digunakannya
untuk sedikit membuka belahan kemaluan indah tersebut.
Sebelum mulai menjilati kemaluan Nia, Ia mendekatkan hidungnya ke
kemaluan Nia dan menghirupnya dalam-dalam. Terus terang aku sangat
terkejut melihat hal itu karena aku saja tidak kuat dengan baunya
tetapi Mbak Wi.., ditengah keterkejutanku tiba-tiba kudengar Mbak Wi
berkata kepadaku
"Wah Jon, aneh sekali kamu tidak suka..ini khan bau nikmat" kata Mbak Wi seraya mengirupnya dalam-dalam sekali lagi.
Aku benar-benar merasa bodoh..entah kenapa, terlebih aku melihat
Mbak Wi mulai menjulurkan lidahnya dengan lembut dari bibir kemaluan
Nia sebelah kiri bawah, naik ke arah biji kacang ijo kemerahan tadi,
berputar-putar dengan lembut di sekitar biji itu lalu turun melalui
bibir kemaluan Nia yang sebelah kanan dan mulai menjilati lubang
kemaluan Nia yang sedari tadi kulihat basah.
"Ahh..oohh..mbak Wi enak.." kulihat Nia mulai menggelinjang tak
karuan, kurasa ia tak tahan menahan kenikmatan yang ditimbulkan oleh
permainan lidah Mbak Wi, sama seperti aku kemarin.
"Srruup..srruup..srruup.."
Kudengar Mbak Wi menyedot-nyedot kemaluan Nia dengan semangat, tetapi kulihat masih dengan hati-hati.
"Ahh..mbak Wi..Nia mau pipis niih.."
kudengar Nia berteriak lagi dan kulihat kedua tangan Nia
mencengkram rambut Mbak Wi dan kedua paha Nia mengepit erat kepala Mbak
Wi sehingga seolah-olah tenggelam dalam kemaluan Nia, pinggul Nia pun
terangkat-angkat..
"Aahh..mbak Wi..Nia pipis niih.."
Kulihat bagaimana muka Nia yang menyeringai kenikmatan dan bermandi
keringat kulihat juga pinggul Nia yang terangkat-angkat mulai turun
kembali sementara Mbak Wi tidak bergeming dari selangkangan Nia.
Terlihat ia sangat menikmati juga dengan masih menenggelamkan kepalanya
di selangkangan Nia.
"Srruup..srruup..srruup.."
Masih kudengar bunyi sedotan nikmat yang dilakukan Mbak Wi pada Nia
tapi tak lama kemudian Mbak Wi mengangkat kepalanya dan kulihat
disekitar bibir dan dagunya basah oleh cairan pipis milik Nia. Mbak Wi
segera mengelap bibir dan dagunya di dada Nia sehingga dada tersebut
menjadi basah oleh cairan tadi kemudian menjilati dada Nia yang basah
tadi sampai bersih. Mbak Wi mengambil bantal yang berada di bawah
pinggang Nia, menghanduki tubuh Nia yang basah oleh keringat lalu
bertanya pada Nia
"Bagaimana Nia sayang, kamu senang?"
"Iya Mbak Wi, enak rasanya"
"Bagus deh kalo begitu, sekarang Nia capek khan, Nia boleh tidur di sini nanti pasti Mbak Wi temenin, jangan kuatir ya sayang"
"Iya Mbak Wi, Nia bobo dulu ya"
Lalu kulihat Mbak Wi mencium kening Nia dengan penuh kelembutan lalu menyelimutinya.
Mbak Wi kemudian mengambil pakaianku dan mengajakku ke ruang
tengah. Setelah aku berpakaian ia menyuruhku untuk duduk dan ia
bertanya kepadaku
"Jon sebenarnya apa yang terjadi tadi, mengapa kamu tidak
melakukannya seperti yang kamu lihat di film, apa kamu belum mengerti?"
Mbak Wi bertanya dengan tenang sambil tersenyum, ia tidak marah
besar kepadaku seperti yang kukira tetapi ia malah tersenyum sehingga
membuat perasaanku yang kacau menjadi agak tenang.
"Mbak Wi, sebenarnya Jon ingin sekali merasakannya dan
melakukannya seperti yang di film tapi ternyata Jon tidak kuat dengan
bau kemaluannya Nia dan Jon juga sudah mencobanya beberapa kali tapi
tetap tidak kuat" jawabku jujur.
Mbak Wi kemudian mengatakan bahwa harusnya aku bersyukur bisa
mendapatkan gadis yang benar-benar masih murni dan belum tersentuh
laki-laki lain dan mengenai bau itu, itu adalah sesuatu yang wajar dan
alami, maka bau itu semaksimal mungkin harus dihilangkan walau yang
pasti tidak mungkin hilang seratus persen karena hal itu sangat
alamiah.
"Nah Jon, kamu mengerti khan sekarang?, kamu juga telah menolak
hadiah dari Mbak Wi yang mungkin tidak akan pernah terjadi lagi dan
Mbak Wi rasa suatu hari nanti kamu akan menyesal telah menolaknya"
Mbak Wi berkata sambil tersenyum manis padaku lalu ia meninggalkanku sendirian yang terbengong-bengong memikirkan perkataannya.
Satu hal yang pasti, semenjak saat itu sampai sekarang setiap
teringat kejadian itu aku merasa menyesal dan tetap belum bisa
membuktikan perkataannya apakah benar perempuan yang telah dewasa itu
mampu menjaga kesehatan dan kebersihan kemaluannya dengan sempurna atau
itu hanya karangan Mbak Wi saja, tapi saya sudah bertekad jika ada
kesempatan lagi, maka saya tidak akan menyia-nyiakannya.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2668