Rahasiaku
Ketika aku membaca beberapa pengalaman di situs
ini ternyata banyak yang mempunyai nasib seperti diriku, kisahku adalah
kisah nyata walau aku sendiri tak mempercayainya.
*****
Ceritaku berawal dari tahun 2000 ketika aku berkuliah di
Universitas Swasta terkemuka di kota "S". Usiaku saat itu adalah 20
tahun, tapi aku belum mempunyai pacar. Bukan berarti aku tidak laku
tapi aku bingung memilih pilihan yang tepat untukku. Semula aku
mengontrak sebuah rumah dengan teman-teman sedaerahku, tapi setelah
beberapa bulan aku tidak mengalami kecocokan dengan mereka, sehingga
aku putuskan untuk mencari kos. Dengan bantuan beberapa teman yang
naksir aku, aku mendapatkan kos dengan cepat dan sesuai dengan
keinginanku.
Aku merasa betah di kosku yang baru, disamping ada kamar mandi dan
dapur di dalam, Ibu Kosnya juga amat baik, di tempat kosku hanya ada
dua orang yang kos disitu, seorang pramugari dan aku sendiri. Tempat
itu seperti rumah sendiri, karena aku mendapat kebebasan untuk
memanfaatkan semua fasilitas di tempat tersebut. Hal ini terjadi karena
Ibu Kosku tidak mempunyai anak, dan suaminya seorang pedagang yang
sering bepergian keluar kota, sedangkan penghuni kos lainnya sering
tidak ada di tempat kos karena seorang pramugari yang sering keluar
negeri. Sehingga di tempat tersebut hanya ada aku dan Ibu Kos, Ibu
Kosku bernama Tante Maria. Menurut ceritanya ia berusia 45 tahun,
walaupun begitu ia terlihat masih anggun dengan sedikit kerutan
diwajahnya yang dimakan usia. Ia masih sering melakukan senam kebugaran
untuk menjaga otot-ototnya, karena ia sudah mengalami obesitas dan
perutnya sudah membuncit, sehingga ia rajin melakukan senam setiap
pagi.
Menurutku ia begitu baik padaku, aku sering dibuatkan makanan yang
enak-enak dan kebetulan sekali aku dapat mengirit keuanganku. Kami
sering menonton TV bersama, bahkan ia sering memuji kecantikanku.
Katanya aku mirip sekali dengan Shanen Doherti yang sering ia tonton
dalam film berjudul "Charmed" tentang keluarga penyihir. Aku sangat
tersanjung dengan pujiannya tetapi lama kelamaam ada suatu keanehan
yang kurasakan ketika ia mulai memuji keindahan tubuhku ketika aku
memakai baju ketat atau hanya memakai tank top saja. Ia juga sering
memandangi tubuhku ketika aku memakai baju santai di rumah. Sering aku
merasa diperhatikan ketika aku makan bersama dengannya atau menonton TV
bersama dengannya.
Karena aku mulai risih aku mencoba berani bertanya walau aku juga
merasa sungkan untuk melakukannya. Ketika itu aku memakai baju senamku
yang baru kubeli, aku sengaja untuk memancingnya. Baju senam itu sangat
sexy untukku, aku sengaja memakainya tanpa tambahan busana apapun
sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhku. Ketika ia melihatku aku sungguh
terkejut karena ia memandangku seperti pandangan seorang pria kepada
wanitanya. Matanya menjelajah seluruh tubuhku, saat itulah aku ada
keberanian untuk bertanya,
"Tante, mengapa memandangiku seperti itu!"
Pertanyaan itu membuatnya kaget, ia pura-pura mengerjakan sesuatu
dan seolah tak mendengarkanku. Aku berjalan ke depannya dan sekali lagi
ia melihatku dengan terpesona. Tapi kali ini ia mengatakan sesuatu
bahwa aku sangat cantik sekali, dan ia sangat kagum dengan kecantikan
dan keindahan tubuhku. Saat itu aku merasakan darahku mengumpul semua
di kepalaku, entah malu atau risih, aku pun tak tahu. Ketika aku masih
terbengong ia berdiri dan menghampiriku sehingga jarak kami sangat
dekat sekali. Wajahnya sudah berada hanya beberapa centi di depanku.
Tante Maria menatapku, matanya menusuk kedalam jiwaku, kurasakan
getaran keibuan dalam matanya. Dan ia berkata,
"Rus, aku membutuhkanmu, aku sangat menginginkanmu."
Kakiku terasa lemah dan bergetar karena aku tak pernah merasakan hal itu dari teman-teman priaku yang mencoba merayuku.
"Tante, mengapa berkata demikian," kucoba sepatah kata untuk menutupi kelemahanku.
Tetapi Tante Maria berbalik bertanya,
"Maukah menjadi orang yang kucintai."
Aku lemas dan tak berdaya aku seperti patung dan tak ada sepatah
katapun yang sanggup kukeluarkan. Kurasakan bibirnya menyentuh bibirku.
Aku diam saja ketika lidahnya mulai masuk ke dalam mulutku. Kurasakan
tangannya yang lembut menyentuh dan membelai diriku. Tante Maria mulai
mendekapku dengan caranya yang profesional. Aku merasakan sensasi yang
aneh dalam diriku, karena aku memang belum pernah dicium oleh siapapun
atau belum pernah bercinta.
Saat itu aku berada dalam dekapan wanita yang jauh lebih tua dariku
dan lalu bibirnya mulai menari di bibirku, aku memberontak walau tak
terlalu kuat pemberontakanku. Kucoba melepaskan bibirnya dari bibirku,
tapi ia semakin mendekapku, mencengkeramku, dan lidahnya makin liar
memainkan lidahku, hingga aku sesak dan tak bisa bernapas. Kucoba
mendorongnya tapi tangannya makin merajalela meremas semua tubuhku yang
sintal, dan akhirnya aku berhenti memberontak. Kucoba merasakan sensasi
luar biasa ini, kupejamkan mataku. Entah mengapa keberanianku muncul
untuk mencoba hal yang baru. Aku mulai membalas pagutan bibirnya,
kuikuti kemana arah lidahnya menari, dan akhirnya aku mulai belajar
darinya. Tangannya menjelajah di seluruh tubuhku, dengan baju senam
yang kukenakan. Tangan Tante Maria sangat mudah mencapai tempat-tempat
sensitifku, aku mulai terbawa dalam kehangatannya.
Aku sandarkan tanganku di bahunya agar aku tidak terjatuh, dan ia
mulai meremas-remas kedua daging kenyal dadaku. Aku sangat kelabakan
ternyata ia begitu bernafsu, pantatku juga diremas-remas olehnya, aku
seperti mainan boneka barunya.
Entah mengapa aku pasrah dan menyerahkan tubuhku padanya, mungkin
didukung oleh suasana malam sehabis hujan, dan kesunyian dirumah itu.
Lidahnya mulai menciumi leherku yang jenjang, tangan-tanganya berusaha
membuka pakaian senam yang aku pakai. Kurasakan pakaian senamku dibuka
dengan sangat paksa, hingga kurasakan dingin disekujur tubuhku. Aku tak
kuasa menahan beban tubuhku sendiri, ketika lidahnya mulai menari-nari
di dadaku. Aku terjatuh tetapi dengan kelihaian Tante Maria aku
ditopangnya, kedua tangannya memegang punggungku, sehingga aku
mendongakkan wajahku ke belakang membentuk setengah lingkaran. Sehingga
dengan leluasa giginya mencabik Bra-ku dengan mudah, dan setelah itu
dingin udara malam dan kenikmatan kurasakan ketika lidahnya memilin
putingku yang sudah menegang.
"Oh.. Tante, oh.. Tante," hanya kata-kata itulah yang kuucapkan
berkali-kali sembari mendesah nikmat, sedangkan Tante Maria menikmati
tubuhku seperti gula-gula. Sedangkan tangannya asyik bereksplorasi
menjelajah daerah sensitifku, dan ia sangat mahir membuat
kejutan-kejutan yang membangkitkan libidoku.
Tiba-tiba Bel berbunyi berkali-kali, sempat Tante Maria berhenti.
Aku sempat merasa kesal tetapi juga terselamatkan. Tiba-tiba ia
berkata,
"Sayang, apa yang ingin kaulakukan?" wajahnya menyemburatkan pengertian berbagai arti, aku berdiri.
"Tante, sebaiknya melihat ke depan, seandainya itu teman priaku
katakan aku pergi entah kemana", dan ia setuju lalu merapikan rambutnya
yang acak-acakan dan menuju kamar tamu.
Gairahku masih menyala tapi entah aku ingin menyudahinya. Lalu aku
menuju kekamarku, aku sedikit merasa jijik memandangiku di cermin. Tapi
sepertinya aku tak ingin melewatkan pengalaman ini dengannya. Aku
kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku, entah mengapa gairahku
menurun lagi.
Aku seperti malu sendiri, lalu kututup dan kukunci pintu kamar
mandi. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin yang menyegarkan.
Masih terasa lidahnya yang menari-nari di payudaraku yang berukuran 34C
ini. Selesai mandi kulilitkan handuk di tubuhku, kudengar diluar ada
sebuah percakapan antara Tante Maria dan seorang pria. Kukenakan bajuku
dan aku keluar, seorang pria berambut putih dan sedikit berwibawa,
Tante Maria memperkenalkan aku pada pria tersebut,
"Daniel ini anak kos baru namanya Rus, ia kuliah di sini."
"Ehm ya semoga kerasan ya disini, anggap saja rumah sendiri, aku
suami Ibu Kosmu, yah silahkan istirahat," kata Pria itu yang bernama
Daniel.
Aku segera bergegas ke kamarku. Aku masih teriang-iang peristiwa
tadi bersama Tante Maria, kini ia dengan suaminya. Tapi sepertinya aku
sangat lega suaminya datang tapi aku juga sedikit kesal. Aku mencoba
untuk menutup mataku walau rasanya belum mengantuk.
Jam dua malam aku terbangun dan terasa kering sekali di
tenggerokanku. Aku kedapur luar mengambil air dingin dari kulkas yang
letaknya tak jauh dari kamarku. Suasana sangat sepi "Mungkin mereka
sudah tertidur dari tadi" pikirku. Aku meminum air dingin dan terasa
kelegaan menyelimuti, dan aku kembali kekamar. Ketika aku menutup pintu
kamar betapa terkejutnya aku,
tiba-tiba dari belakang tangan-tangan halus mencengkeramku dan menarik tubuhku ke dalam pelukan seorang wanita.
"Rus, aku sangat mencintaimu, maukah kau menemaniku malam ini," suaranya sangat merdu dan lembut di telingaku.
"Tante Maria, kau mengagetkanku saja, bagaimana kau.." belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku dan berkata,
"Aku menyelinap keluar dan masuk kamarmu ketika pintu kamarmu
terbuka, aku ingin menemanimu malam ini, aku ingin dekat denganmu malam
ini, Rus sayang."
Pada saat itu juga lidahnya menjilati telingaku dari belakang, aku
sedikit geli tapi aku membiarkannya. Ia mulai membuka daster tipis yang
menutupi tubuhku secara perlahan-lahan, semula aku tahan agar ia tak
membuka dasterku, tapi karena keahliannya. Ia menjilati tengkukku
hingga aku tak berdaya, dan akhirnya aku pasrah dihadapannya. Lidahnya
bergerilya di punggungku sambil membuka Dasterku. Kupandangi cermin
yang besar di sampingku, kulihat aku dan seorang wanita tengah baya
melakukan sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dalam hati
aku berkata aku sudah menjadi seorang Lesbian, tapi tidak aku hanya
ingin berexperimen dengannya, kataku dalam hatiku.
Malam itu begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan desahan nafasku
yang tak tak tertahankan dari gempuran nafsu Tante Maria, ia menjilati
pantatku, menyusuri pahaku yang indah dan berisi, lidahnya tak
henti-hentinya berputar-putar, membuatku lemas dan tak berdaya.
"Tante, aku tak tahan berdiri"
Aku menjatuhkan tubuhku, dan Tante Maria menangkapku walau ia sudah
tua tapi ia cukup kuat menggendongku dengan berat badanku yang hanya 45
kg ini menuju ke kasur kenikmatannya.
Ia membaringkanku, dengan sikap pasrah kurentangkan kedua tanganku
diatas kepalaku, Tante Maria tersenyum senang, dan ia membuka dasternya
sendiri. Payudara sudah sedikit keriput dan bergelambir, perutnya
sedikit membuncit. Lalu ia membelai rambutku, membelai wajahku dengan
sangat manja, seraya berkata,
"Aku bersyukur, sayang, aku sangat bahagia malam ini, sayang"
Aku terdiam dan membalas senyumnya. Ia mencium bibirku dengan
dasyat pada saat yang cepat. Tante Maria menindihku, memagut bibirku,
kurasakan hangat tubuhnya berpacu dengan birahinya. Aku lebarkan
selangkanganku dan kedua kakiku melilit tubuhnya. Aku pun membalas
ciuman bibirnya, kami berciuman gaya prancis dengan memasukan lidah
masing-masing kedalam mulut.
Lalu bibirnya mulai berpetualang ke leherku, lalu memutar-mutar di
kedua puting payudaraku yang sudah menegang. Walau udara saat itu
dingin karena AC di ruangan, tapi kurasakan keringat yang membasahi
kami sangat banyak.
"Oh.. yah.., ba..gus.."
Birahiku mulai berkobar lagi, terlebih ketika lidahnya mulai
meluncur ke pusar dan liang pussyku. Tangannya memilin kedua putingku,
benar-benar pengalaman yang luar biasa, entah bagaimana rasanya aku
seperti ingin pipis tapi tak bisa. Lidahnya memainkan klitorisku, dan
mengacak-ngacak seluruh bulu kemaluanku, semua ototku menegang, dan aku
mengerang kencang. Sepertinya Tante Maria tak peduli dengan eranganku
ia bahkan semakin membabi buta memainkan lidahnya. Akhirnya kurasakan
cairan keluar dari pussyku, tapi lidahnya tak berhenti disitu saja,
pahaku dan seluruh kaki yang jenjang juga dimakannya.
Lalu ia berdiri di atas kasur berjalan mendekati wajahku dan
menyodorkan payudaranya yang sudah berkeriput, tapi aku mengulumnya
juga dan tangannya tak henti-hentinya bermain di klitorisku. Aku juga
ingin sedasyat ia walaupun aku masih canggung untuk melakukan ini-itu.
Tapi birahiku berkata lain aku mulai menjilati seluruh tubuhnya juga
dan ia juga menjilati tubuhku. Tubuh kami saling terkunci, hingga
kemudia kami. berada pada posisi 69.
Kurasakan klitorisnya sangat aneh bagiku, tapi karena keahliannya
aku tak peduli kami saling memuaskan nafsu birahi kami, yang kudengar
hanya erangan suara kecipak air yang membasahi masing masing pussy
kami, dan aku kaget ketika cairan itu keluar. Semula jijik tapi aku
sudah dilingkupi birahi yang memuncak, sehingga aku nikmati semuanya,
dan akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Lalu aku lemas dan ia masih
menjilati tubuhku, dalam keadaan lemas itu ia menindihku dan melakukan
tribadisme yaitu mengesek-gesekan seluruh tubuh ke tubuh lawan untuk
mencapai kepuasan. Aku sedikit terpejam ketika ia melakukan itu, terasa
hangat dan lelah aku tertidur hingga tak terasa matahari telah bersinar
menembus kamar kami.
Kulihat Tante Maria masih terlelap, banyak bercak di sana sini. Aku
amat lemas tulangku seperti patah-patah, tapi pengalaman tadi malam
memang luar biasa, dan aku sadar ada suaminya di rumah ini. Aku
cepat-cepat membangunkan Tante Maria, ketika Tante Maria sudah mulai
membuka matanya maka kubisikan sebuah kata,
"Tante, kau hebat tadi malam, tapi ini sudah pagi hari dan suamimu sudah menunggumu."
Tante Maria tidak segera bangun bahkan ia memelukku dan berkata,
"Suamiku kelelahan ia akan bangun kesiangan, jadi jangan khawatir."
Ketika ia akan menciumku aku menolaknya dengan alasan aku harus
masuk kuliah pagi ini, walau bagaimanapun Tante Maria memperlakukanku
seperti kekasihnyanya. Kami makan berdua satu piring, dan saling
menukarkan makan di bibir. Aku merasakan ia kekasihku walaupun aku
sudah jauh melangkah tapi aku tetap menjaga diriku sebagai seorang
gadis heteroseksual. Ada satu hal yang aku suka dari hubungan kami
berdua, aku dapat melakukan dengan aman tanpa ada akibat kehamilan, dan
rahasia kami akan terjaga selamanya.
Begitulah hubungan kami selanjutnya yaitu dengan membeli alat dildo
yang kami beli dari internet dan kami melakukan setiap kami siap untuk
melakukanya, dengan tanpa sepengetahuan suaminya. Terkadang di saat
seusai makan malam, ketika mandi. Kekhawatiranku hanya aku takut
berubah orientasi seksualku menjadi lesbian.
Entah bagaimana lalu aku memutuskan untuk meninggalkannya, mencari
tempat kos yang baru atau memohon pengertiannya untuk tidak
melakukannya lagi, tapi Tante Maria malah menangis dan memohon untuk
tidak meninggalkannya selama aku masih kuliah, dan menjamin tidak akan
mengganggunya. Entah mengapa aku menurut, dan ia memenuhi janjinya
selama beberapa minggu kami tak bercinta lagi, hingga suatu saat dimana
ada kejadian lain yang akan kami sampaikan dalam cerita selanjutnya.
E N D
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3350