Memuaskan Birahi Lina
Suatu saat, begitu Lina selesai mengantar suaminya ke bandara karena suaminya ada urusan bisnis ke luar negeri, maka diapun menelepon aku.
”Mia, aku sudah siap nich……” katanya
”Siap apaan Lin?” tanyaku pura-pura.
”Ala, pura-pura lu, itu tuh, suamiku baru saja aku anter ke bandara karena ada urusan bisnis di Jepang selama tiga minggu, asik kaannn… Jadi rencana kita untuk ber-three in one dengan temen suami lu, siapa namanya tuh, Edo ya? bisa kita laksanakan” jawabnya.
”OK boss! Ntar aku telepon dulu ke Rado” kataku.
Singkat cerita, pagi itu juga aku telepon ke Edo supaya datang ke rumah Lina, aku sudah menunggu disana. Aku tidak peduli bagaimana caranya dia minta ijin meninggalkan kantor, yang penting segera datang. Habis penting bener sih.
Setelah aku menyerahkan anakku ke pembantu supaya diajak ke rumah mertua, segera aku cabut ke rumah Lina di bilangan Tebet. Dalam perjalanan, sambil menyetir mobil aku sudah membayangkan bagaimana nanti aku akan memainkan perananku dalam persetubuhan secara three in one tersebut. Jangan dikira aku tidak berdebar-debar menghadapi situasi ini, sebab inilah pertama kali aku akan melakukan persetubuhan secara three in one dengan satu orang laki-laki dan dua orang wanita yang terus terang baru pernah aku saksikan di film-film biru atau baca baca di cyber porn.
Ketika aku tiba disana, mobil langsung kumasukkan ke garasi yang terbuka. Ternyata Edo belum datang.
”Kebetulan! Ada waktu untuk menenangkan diri” batinku dalam hati.
Ternyata Lina juga idem denganku. Malah kelihatan sekali bahwa tangannya gemetar waktu dia menyiapkan minuman.
”Kamu kok kelihatan nerveous begitu sih Lin?” tanyaku pura-pura bersikap tenang.
”Jangan ngeledek, aku kan baru mau kali ini berselingkuh dengan laki-laki lain” jawabnya sambil pura-pura melotot.
Lina sebenarnya wanita yang agak pemalu, walaupun kalau menceritakan soal keinginannya bersetubuh dengan laki-laki yang mempunyai kontol besar, malah jadi malu-maluin.
Tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat, wajahnya bernuansa oriental meskipun bukan keturunan Chinese. Tapi herannya kenapa susunya besar ya? Biasanya tipe-tipe seperti itu kan susunya cenderung kecil. Ukuran bra-nya 34C. Aku tahu sebab pernah beberapa kali belanja pakaian dalam bersama dia. Pentilnya berwarna kecoklatan sedangkan rambut-rambut jembutnya tidak begitu lebat, aku tahu itu sebab pernah mandi bersama setelah berenang di kolam renang belakang rumahnya. Perutnya rata bener, pantaslah, karena belum punya anak walaupun sudah tiga tahun menikah, sedangkan pahanya, alamak, betul-betul paha peragawati, mulus sekali! Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki-laki yang ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat. Pantaslah kalau orang sekaya Aryo (nama suaminya) begitu bernafsu untuk memperistrinya. Tapi nafsu seksnya itu lho, betul-betul luar biasa. Aku pernah diajak bermain lesbian bersamanya sehabis mandi bersama tempo hari. Tapi aku tolak secara halus, karena aku lebih suka bersetubuh dengan laki-laki, dan diapun mengerti. Apalagi setelah aku ceritain nikmatnya kontol Ki Alugoro dan kontol Edo.
Singkat cerita, setengah jam kemudian datanglah Edo sang Arjuna. Buru-buru aku bukain sendiri pintu pagar halaman walaupun sebenarnya pintu itu bisa dibuka jarak jauh dengan remote. Lina memang sengaja meliburkan pembantu-pembantu dan satpamnya hari itu.
”Hello, yang..” sapanya mesra.
”Ayo, masuk” jawabku sambil senyum.
”Sudah ditunggu lho..” bisikku sambil bergelayut di bahunya.
Sampai di ruang tamu tak kudapati Lina.
”Kemana dia?” pikirku dalam hati.
Setelah menyuruh Edo duduk, buru-buru aku ke ruang dalam. Ternyata Lina sedang berganti pakaian. Dengan rok mini berwarna putih dipadu T-shirt tank top ketat berwarna biru gelap menampilkan sosok tubuhnya yang bak bidadari. Susunya yang besar terlihat bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam T-shirt nya. Rupanya dia sengaja tidak memakai bra, sehingga pentil susunya kelihatan jelas tercetak di depan mata. Pahanya yang mulus terpampang hampir tiga perempatnya. Apalagi dengan berlian yang ditindikkan di pusarnya sebentar-sebentar berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya.
”Excellent…!” pekikku lirih.
”Sssstttt……” jawabnya lirih.
”Ayo…” ajaknya sambil wajahnya kelihatan agak kemerah-merahan.
”Sebentar, aku juga mau melepas bra-ku dulu” sahutku sambil buru-buru membuka baju dan melepas bra.
Setelah itu kupakai bajuku lagi. Sengaja kubuka dua kancing atasnya sehingga belahan dada dan sepertiga susuku terpampang seperti memanggil tangan iseng laki-laki untuk membelainya.
Sampai di ruang tamu aku melihat Edo terbengong-bengong melihat penampilan kami berdua.
”Perkenalkan, ini temanku Lina” kataku sambil menarik tangan Lina untuk bersalaman dengan Edo.
”Rado…” jawab Edo menimpali
Lama mereka saling berjabat tangan dan saling memandang. Aku hampir-hampir cemburu dibuatnya.
”Ayo” kataku membuyarkan angan-angan mereka.
Kamipun pergi ke belakang rumah. Di tepi kolam renang ternyata sudah dipersiapkan semacam kasur angin, seperti yang diiklankan di TV itu. Di sampingnya ada meja taman yang di atasnya terletak buah-buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah gelas kristal yang cantik.
Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena setiba di tepi kolam renang, buru-buru aku melepaskan seluruh pakaianku dan dengan tubuh telanjang bulat aku menceburkan diri ke air.
Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua.
Kuperhatikan kontol Edo ternyata sudah ngaceng, walaupun belum seratus persen.
Melihat kontol yang luar biasa itu, mata Lina terbelalak dan mulutnya setengah terbuka.
Tidak begitu lama kami berada di air. Kemudian kami bertiga duduk di kasur tersebut.
Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh Edo supaya telentang dan kutarik tangan Lina untuk memegang kontol Rado. Sedang aku sendiri cepat-cepat memperamainkan susu Lina dari belakang sambil menciumi belakang telinga dan kuduknya.
Diperlakukan demikian, apalagi sambil memegangi kontol Edo yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah.
Melihat itu Edo mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina di kasur, aku disuruh menghisap-hisap susu Lina, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina, terus ke atas, sampai ke belahan tempiknya yang sudah mulai merekah. Sedang tangannya yang kiri mulai menggerayangi tempikku yang juga sudah mulai gatal. Sampai di belahan tempik Lina, tanpa basa-basi mulut Edo langsung menyerbu dan menjilat-jilat sambil menghisap-hisap itil Lina.
Kami perlakukan demikian, Lina langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis, ”Ouccggghhh……”
Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian dan berkali-kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan tempik Lina. Seperti kepadaku dulu dia mulai dengan menggosok-gosokkan ujung kontolnya ke kontol kecil dan bibir tempik Lina.
Tentu saja hal tersebut membuat Lina bergelinjang tidak keruan. Tapi berbeda denganku dulu, Lina langsung memegang kontol Edo yang luar biasa besar itu untuk dimasukkan ke dalam tempiknya. Tentu saja susah sekali, karena Lina belum punya anak, sehingga tempiknya relative masih sama sempitnya seperti waktu perawan dulu, apalagi tempik itu hanya pernah dilalui oleh kontol suaminya yang kecil dan pendek.
Maka, sambil mulutku masih menghisap-hisap susu Lina, jari-jari tanganku menolong membuka bibir tempik Lina supaya bisa dilalui kontol Edo.
”Uuuccchhh… mmmhhhh” rintih Lina menahan rasa nikmat.
Tak berapa lama kontol Rado berhasil juga menyeruak ke dalam tempik Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separuh batangnya saja.
Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat yang belum pernah ia rasakan.
”Oouugghhhh… Mmmiiaaa…… Eeeddoooo… tteerruuussss… oouughhh… eennnaakkkk…” celotehnya.
Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak-beliak ke atas, pahanya makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat-angkat ke atas.
Walaupun mulutku masih terus menghisap-hisap susu Lina, akupun sempat berbisik padanya, ”Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol Edo cepat bisa masuk seluruhnya”
Diapun menggoyang-goyangkan pantatnya diringi dengan hunjaman keras kontol Edo, maka blesss… amblaslah semua batang kontol Edo.
”Aaarrggccchhhh……” pekik Lina.
”Mmiaa…… kkontttoll Eeeddooo…… mmmhhhhh… eennaakkk sseekkalliii…” lanjutnya dengan penuh birahi.
Setelah itu Edo makin giat menghunjam-hunjamkan kontol besarnya ke dalam tempik Lina yang makin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang selangkangan dan rambut-rambut jembutnya yang keriting itu makin basah dengan cairan nafsu yang mulai keluar dari lubang tempiknya. Matanya makin membeliak-beliak sambil mulutnya yang mungil itu ternganga-nganga.
Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke susunya yang besar itu lagi.
Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang telanjang itu serasa melayang di awan yang berarak di atas kami. Kurang dari setengah jam Lina kami perlakukan demikian ketika tiba-tiba tangan Lina yang kanan mencengkeram erat-erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat-erat pinggang Edo. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi orgasmenya meledak diriringi teriakannya, ”Aaaarrrggghhh… Mmiia… Eeeddoooo… oooccchhhhhhh……”
Linapun terkapar sambil tangannya memegangi kontol Edo yang tentu saja belum orgasme. Rupanya seperti diriku, Linapun rupanya tidak ingin cepat-cepat kehilangan kontol itu dari tempiknya.
Aku terpana sekali menyaksikan adegan yang belum pernah kusaksikan tersebut. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus-elus tempik dan itilku sendiri.
Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka dengan halus Edo melepaskan pegangan tangan Lina pada kontolnya dan mengacungkannya padaku.
Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia, kupegang kontol itu kuusap-usap, kucium kemudian kuhisap-hisap sambil kutelan sisa lendir kawin dari tempik Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku bersetubuh kepada Lina, maka setelah menghisap hisap kontol Edo, kusuruh dia tidur telentang sehingga kontolnya mencuat ke atas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha memasukkan kontol Edo ke dalam tempikku.
Karena sudah berpengalaman berkali-kali, maka tidak sesulit dulu kontol Edo masuk ke dalam tempikku dan bleessss… masuklah kontol Edo seluruhnya.
Aku tergelinjang ketika ujung kontol Edo menyentuh bagian paling sensitive di dalam tempikku, tapi kuusahakan bagian itu tidak tersentuh dulu, supaya persetubuhan ini berjalan agak lama. Beberapa saat menaik turunkan pantatku di atas tubuh Edo.
Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat.
”Hisap pentil susu Edo, Lin..” suruhku pada Lina.
Tentu saja Lina menurut, dan sambil menungging dihisap-hisapnya pentil susu Edo.
Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh Edo. Sambil merem melek keenakan, jari tangannya mulai mempermainkan itil Lina, dipencet-pencetnya, digosok-gosoknya, sehingga Lina menggelinjang-gelinjang keenakan. Melihat muka Lina makin memerah, Rado meminta persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi Lina lagi.
”Percayalah, aku tidak akan sampai orgasme…” bisiknya.
Akupun mengangguk setuju karena kepuasan sahabatku Lina termasuk penting buatku.
Kemudian dengan lembut susu Lina didorong sehingga dia rebah telentang. Edopun memulai lagi aksinya. Disedot-sedotnya itil Lina sambil dijilat-jilatnya dengan rakus.
Aku makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera disetubuhi.
Mungkin Edo sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu menyetubuhiku, maka tanpa buang-buang waktu segera diacungkannya kontolnya ke mulut Lina.
Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi karena tadi dia melihatku, mengelus-elus, menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kontol Edo, maka diapun berusaha berbuat demikian.
Hampir tidak masuk kontol Edo ke dalam mulut Lina yang mungil itu.
Setelah beberapa saat dihisap-hisap (dengan agak kikuk tentu saja, karena Lina belum pernah berbuat itu kepada suaminya) kemudian Edopun mencabut kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lubang tempik Lina dan…
”Bleeesss………”
Karena tempik Lina sudah banjir oleh lendir birahinya, hanya dengan sedikit kesulitan kontol Edo sudah amblas seluruhnya ke dalam lubang tempik Lina dan…
”Ooouuuggghhhhh……” pekik Lina lirih. ”Teerruuuusssss…… Ddooooo… ggennjjot llaggiiii……” pinta Lina sambil merem melek dan wajahnya memerah padam.
Tanpa membuang-buang waktu Edopun langsung memompakan kontol besarnya secara cepat dan bertubi-tubi di dalam lubang kawin Lina.
”Ughhhh… ughhhhh… crot… crot… crot…” terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan bunyi kontol Edo keluar masuk tempik Lina yang makin banjir oleh lendir kawinnya itu.
Rupanya Edo ingin persetubuhan ini cepat selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok-nyodok lubang tempik Lina.
Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba-tiba tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sembari tangannya memeluk erat pinggang Edo maka……
”Eddooooo… akkuuu…… kkkeelluuuaarrrrrrr…” teriaknya melepaskan puncak birahinya.
Dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh Edo seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak dengan lemas di bawah tubuh telanjang Edo.
Edopun tersenyum sambil melirik ke arahku dan tangannya mengelus-elus rambut Lina.
Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian.
Hanya, karena waktu Rado tidak banyak karena harus pulang ke kantor sebelum jam kerja usai, maka dengan lembut ditinggalkannya Lina yang telentang manja dan langsung menghampiriku.
Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar-lebar sambil kutekuk lututku ke atas.
Tanpa basa basi Edo langsung menyerbu diriku dan memasukkan kontolnya ke lubang tempikku. Jago benar dia, walaupun kelihatan tergesa-gesa, tetapi tusukan kontolnya bisa persis di tengah-tengah lubang tempikku.
Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan yang tiba-tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara karena sempat tertunda tadi, maka kulayani Edo dengan sepenuh keahlianku. Kuempot-empot kontol Edo dengan tempikku, dan kugoyang-goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan mengeluarkan suara crot… crot… crot sekitar setengah jam lebih, maka Edo dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang diselimuti kenikmatan dan…
”Ugghhhhh.. ughhh… Ddoo…… akkuu… mmmau… kkeeluuaarrrrr… ogcchhhhh……” rintihku keenakan. ”Aakkuuu… jjuggaa… kkeelluuuaaarrrrrr…… Mmiiaaa…… aayyoo… bbaarrreeennggggggg…” teriaknya.
”Ukkhhh… acchhhhh… mmhhhhh…” erangnya kemudian dan……
”Sshhyyuuuurrrrrrrr……” seperti semburan lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana tempikku dan kontol Edo secara bersama-sama menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali.
Dan seperti biasanya, kontol Edo tetap aku jepit erat-erat dengan tempikku sehingga seluruh peju Edo habis tertelan ke dalam lubang tempikku. Tubuhku dan tubuh Edo berpelukan erat sekali sambil bibir kami berpagutan. Tentu saja hal semacam ini belum pernah dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah-engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali di samping kami sambil mulutnya ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit-mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan pemandangan di depan matanya itu.
Maka dengan tersenyum lembut kuraih tangannya, kuelus-elus kubisikkan kata-kata, ”Lain kali kamu bisa mengalami yang seperti ini, yaitu orgasme bareng dengan Edo, tapi kali ini Edo harus segera pulang ke kantor Lin……”
Edopun kulirik dan dia mengangguk lembut. Maka acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi bertiga di kamar mandi mewah Lina.
Akhirnya karena masih ogah berpakaian, kami mengantar Edo bertelanjang bulat sampai di ruang tamu saja, sampai mobil Edo meninggalkan pekarangan dan kukunci dari ruang tamu sebab seperti kuceritakan dimuka, pintu pagar rumah Lina kan bisa dibuka dan ditutup dengan remote. Tidak seperti rumahku yang harus didorong dengan tenaga manusia.
”Mia…” kata Lina tiba-tiba sambil merangkul bahuku dari belakang.
Kurasakan kedua pentil Lina menempel di punggungku.
”Hmmh…” sahutku.
”Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu. Persetubuhan seperti tadi sama sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok persetubuhan bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu hebat dalam diriku. Rasanya pengin deh Edo aku tahan berhari-hari disini. Atau bagaimana kalau dia kita jadikan gigolo kita? Biar aku yang menanggung dananya……” katanya mulai ngawur.
”Hush…” sahutku pura-pura melotot.
”Dia itu bukan orang miskin, dan dia mau berbuat begini hanya dengan kita saja kok. Aku jamin. Dia hanya ingin memberi kepuasan kepada aku dan temen-temen yang aku referensikan” sahutku sambil membusungkan dada dan berjalan ke arah teras rumah.
”Mia..!” seru Lina mengagetkanku.
”Kamu masih telanjang! Kok keluar rumah” lanjutnya.
Aku kaget dan buru-buru balik kanan sambil kedua tanganku secara reflek menutupi susu dan tempikku.
”Asem” umpatku dalam bahasa Jawa.
”Sampai nggak sadar aku, untung kau ingatkan” lanjutku.
Tapi sebenarnya di teras rumahpun tidak akan ada yang melihat karena rumah Lina dikelilingi pagar tinggi yang tertutup rapat, sedang satpamnyapun kan dia liburkan hari ini.
Oleh sebab itu masih dengan telanjang, aku balik lagi ke teras dan duduk-duduk disana. Tak lama kemudian Linapun menyusul duduk di kursi sebelahku, juga masih dalam keadaan telanjang.
”Perasaan, kalau dalam keadaan telanjang di tempat terbuka, asyik juga ya? Kaya di pantai nudis di Australia itu lho! Cuman kalau terlalu umum seperti itu malah jadi nggak seru, karena banyak kakek-kakek dan nenek-nenek yang ikutan telanjang, jadi malah nggak asyik dilihatnya. Tapi udahlah, jadi ngelantur” anganku.
Setelah melanjutkan obrolan-obrolan saru sebentar, akupun bangkit dan pamitan pada Lina.
”Baiklah Lin, aku pulang dulu, sampai lain kali, seperti yang kujanjikan tadi, kamu akan kuajari supaya bisa orgasme bareng dengan Edo” ucapku.
”Kapan, tuh…” tanyanya sambil matanya memancarkan sinar seakan tidak sabar.
Kukatakan secepatnya. Dan setelah berpakaian, kukecup bibir Lina dengan mesra. Kiss bye dan kustarter mobilku, pulang.
Oh ya, Lina masih telanjang bulat juga waktu mengantarku sampai di garasi.
Persis sampai di rumah, teleponku berdering, ternyata dari Lina yang menceritakan bahwa dari tadi dia masih hilir mudik di ruang tamu sambil masih bertelanjang bulat. Dia merindukan kehadiran Edo kembali secepatnya.
”Wah gawat nih” pikirku.
Maka timbulah ide kreatifku yaitu bagaimana kalau kuadakan acara bukan three in one tetapi four in one, jadi dua cowok dan dua cewek supaya tidak ada waktu nganggur bagi ceweknya. Lagipula kita bisa bertukar-tukar pasangan. Asyikkan?
Ide itu cepat cepat kusampaikan kepada Edo.
Setelah berpikir sesaat dia katakan setuju, karena sebagai cowok megapolitan kan jamak saja kalau dia punya teman dengan hobby yang sama.
”Panjang dan besarnya hampir sama dengan aku. Hanya lebih pendek sekitar satu sentimeter. Tapi urat-uratnya lebih besar. Kebetulah wajahnya juga bernuansa oriental. Jadi pasti Lina suka. Oh ya, batangnya agak miring ke kanan kalau sedang ngaceng” ujarnya sambil tertawa kecil.
Singkat cerita, hal itu aku sampaikan kepada Lina, dan diapun menyambut dengan antusias. Bahkan dia punya usul, kalau acaranya nanti dilaksanakan di villanya saja di daerah Puncak.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3338