Tak Berdaya
Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga
tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja.
Namun aku berkacamata dan tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tetapi
entah kenapa aku banyak disukai pria. Bahkan ada yang terang-terangan
mengajakku berkencan. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua
SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki-laki mengejek dan
berkata bahwa aku Gay.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai
pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tetapi entah
kenapa, hari itu aku memakai baju olah raga, bahkan memakai sepatu
juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil
mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan
minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan
menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah, dan kakiku
sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman,
memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam
tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang pria yang
langsung duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup
tampan wajahnya dan bertubuh atletis.
"Jalan-jalan yuk..!" ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
"Kemana..?" tanyaku sambil mengikutinya berdiri.
"Kemana saja, dari pada bengong di sini.." sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya, dan
pria itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali.
Padahal baru beberapa detik bertemu, dan aku juga belum mengetahui
namanya.
"Eh, nama kamu siapa..?" tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Sendy Wiratama.." sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan.." celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau aku sih biasa dipanggil uwak.." katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
"Nama kamu bagus..," aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Dik Sendy..? Soalnya kamu pasti lebih muda dari aku.." katanya mengusulkan.
Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat
sekali. Apa lagi perutku memang sedang lapar. Sambil makan Uwak banyak
bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan
seperti sudah lama mengenalnya. Uwak memang pandai membuat suasana jadi
akrab.Selesai makan bubur ayam, aku dan pria itu kembali
berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak
enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau
pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Uwak yang mengajak pulang
lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana.." katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?" tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum.." katanya beralasan,"Kamu sendiri..?" sambungnya.
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
"Ikut aku yuk..!" ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Uwak sudah menarik tanganku dan menggandengku menuju ke mobilnya.
Sebuah mobil Starlet warna hitam ter-paintbrush dengan indah dan
tampaknya masih cukup baru. Uwak malah memintaku yang mengemudi.
Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi
membawa mobil. Uwak langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa
banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan pria itu sampai ke
rumahnya yang berada di lingkungan Perak, sebenarnya aku mau langsung
pulang. Tapi Uwak menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo.." katanya sambil menarik tanganku.
Uwak memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya, bahkan dia
langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya
yang begitu berani membawa teman yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..!" kata Uwak setelah membawaku ke dalam sebuah kamar, dan aku yakin kalau ini pasti kamar Uwak.
Sementara pria itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana
perginya. Tetapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri,
tetapi bersama empat orang temannya yang sebaya dengannya. Dan pria itu
memiliki wajah yang lumayan tampan dan bertubuh kekar. Aku jadi
tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan
salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang
di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit
yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tetapi tidak dapat berbuat
apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, sehingga
aku tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini.." kata Uwak tiba-tiba sambil melepaskan bajunya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Uwak bukan hanya
menanggalkan bajunya, tetapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya.
Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar-debar, dan kedua bola
mataku jadi membelalak lebar saat Uwak mulai melepaskan pakaian yang
dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali. Baru kali ini aku
melihat dada yang begitu besar dan padat. Uwak mendekatiku, tetapi
keempat pria lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup
tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?" aku membentak kaget.
Tetapi tidak ada yang menjawab. Uwak sudah menciumi wajah serta
leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku
menggelinjang dan berusaha meronta. Tetapi dengan kedua tangan terikat
dan kakiku juga telentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan
diri. Sementara itu bukan hanya Uwak saja yang menciumi wajah dan
sekujur tubuhku, tetapi keempat pria mengonani penisku. Sekujur tubuhku
jadi menggeletar hebat seperti tersengat aliran listrik ketika
merasakan jari-jari tangan Uwak menyambar dan langsung meremas-remas
bagian batang penisku.
Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan
mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang
kurasakan akibat penisku dikocok-kocok dengan bergairah oleh Uwak. Aku
hanya dapat merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok lima orang pria yang sudah seperti
kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tetapi
aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk
menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tetapi aku
juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam
hayalan dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika anusku
serta mulutku dimasukkan oleh benda tumpul. Saat itu juga aku langsung
menyadari kalau mereka Homo.
Sementara itu Uwak menyodomiku dengan gairah yang sangat
menggebu-gebu. Anusku terasa tercabik-cabik oleh benda yang sangat
besar dan tumpul. Dan salah satu dari teman Uwak memasukkan penisnya ke
dalam mulutku, sehingga aku tersedak oleh benda itu. Beberapa detik
kemudian aku merasakan sperma Uwak menyemprot ke dalam lubang pantatku,
sehingga tubuhku merasa ngilu dan mengejang. Lalu mereka bergantian
menyodomiku dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat
dengan genggaman tangannya. Dengan cepatnya teman Uwak menggenjot
kembali lubang anusku. Aku merasakan bagaikan tertusuk-tusuk.
Tidak lebih dari dua jam Uwak menyodomiku lagi, dan tiba-tiba dia
menjerit dengan tertahan dan teman Uwak tiba-tiba menghentikan
genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku dapat merasakan
semprotan spermanya. Setelah itu teman Uwak yang lain menggenjot
kembali lubang pantatku. Setelah mereka berlima baru saja mendapatkan
orgasme, mereka menggelimpang di sebelah tubuhku, setelah mencapai
kepuasan yang diinginkannya. Sementara itu aku hanya dapat merenung
tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkin aku dapat melakukan
sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..? Aku hanya
dapat berharap mereka cepat-cepat melepaskanku, sehingga aku dapat
segera pulang dan melupakan semuanya.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2045