Pengalamanku Dengan Ita
Namanya Ita, usianya 4 tahun lebih tua dariku,
karena Ita sekarang sudah berusia 32 tahun. Namun status Ita masih
bujangan sama denganku. Awalnya aku juga bingung terhadap Ita, wajahnya
cukup cantik, bahkan boleh dibilang termasuk sangat cantik untuk ukuran
seorang wanita biasa, tapi sampai seusia itu kok belum juga dia
menikah? Tingginya semampai, mungkin sekitar 173 cm, karena dia lebih
tinggi dariku saat kami berdiri berjajar, sedangkan tinggiku saja sudah
170 cm. Aku memang tidak menanyakan hal itu padanya.
Aku dan Ita baru berkenalan belum lama, awalnya sejak aku mulai
menuliskan kisahku di sumbercerita.com. Ita termasuk salah seorang wanita
yang juga rajin membaca kisahku. Emailnya yang pertama tidak kurespons
dengan serius, kujawab asal-asalan saja, karena kupikir ini pasti cowok
yang menyamar dan mengaku sebagai cewek. Namun lama kelamaan aku
percaya juga padanya dan ternyata memang dia cewek juga sepertiku, ini
diawali dari foto yang ia kirimkan via email, kemudian nomor HP yang ia
berikan padaku. Aku tidak pernah mengontak dia, Ita yang berkirim SMS
duluan padaku dan dia juga yang mengawali meneleponku. Akhirnya kami
sering kontak melalui telepon, juga janji bertemu, jalan bersama hingga
terkadang cuci mata di mall.
Hubungan kami makin hari makin akrab dan kami saling curhat hingga
bertukar pengalaman tentang sex, kami berbagi rasa hingga cerita
tentang kiat menulis pengalamanku di sumbercerita.com. Ita juga memuji
keberanianku dalam mengungkapkan kisahku, dia juga berterus terang
sering melakukan masturbasi di depan computer saat membaca
kisah-kisahku.
Akhirnya aku tahu bahwa Ita ternyata seorang bisex, dia bisa
berhubungan dengan laki-laki, tapi dia juga suka melakukan hubungan
dengan perempuan. Aku terus terang jadi penasaran dengan pengalamannya
melakukan ML dengan para cewek temannya itu, kalau didengar dari
ceritanya cukup membuat diriku ikut terangsang. Apa lagi aku juga
secara tidak sengaja pernah melakukan hal yang hampir serupa dengan apa
yang Ita lakukan, hanya bedanya aku melakukannya dengan Lina bersama
dengan suaminya saat aku ke Jakarta beberapa waktu yang lalu, pembaca
yang belum pernah mengikuti kisahku yang satu itu, silakan membaca
kisahku terdahulu.
Tak jarang pada setiap obrolannya Ita juga sering memancingku untuk
melakukan hubungan, namun momentnya banyak yang kurang tepat, lagi pula
aku bukan seorang lesbian, jadi terus terang kurang begitu berminat dan
masih ada rasa aneh bila aku harus melakukannya dengan sesamaku secara
sengaja.
Entah kalau kejadiannya tidak disengaja seperti saat aku
melakukannya dengan Lina yang kemudian diikuti oleh suaminya itu. Tapi
terus terang dalam lubuk hatiku yang paling dalam, ada terselip rasa
ingin sesekali mencobanya, dan akhirnya apa yang kubayangkan itu
terjadi juga bersama Ita. Begini ceritanya..
Pada suatu siang Ita menghubungi HP-ku..
"Hallo Lia! Lagi ngapain nich?" tanya Ita diseberang sana.
"Nggak lagi ngapa-ngapain, kenapa?" balasku.
"Kamu di rumah kan? Aku jemput ya? Kita ke Trawas nginap di villaku yuk!" ajak Ita.
"Aku sudah lama tidak menginap di sana dan aku juga harus memberi
gaji untuk penjaga villaku, karena Papaku sedang sibuk di luar kota"
lanjut Ita menjelaskan padaku.
"Kapan pulangnya?" tanyaku pada Ita.
"Terserah! Mau besok siang atau besok malam juga boleh, aku jemput
sekarang ya, kamu siap-siap saja, okey sampai nanti" sambung Ita yang
kemudian mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dariku
lagi.
Pukul 11 siang, tepatnya 40 menit setelah Ita meneleponku, mobil
Ita sudah parkir di depan rumahku. Seperti biasanya Ita langsung
nyelonong masuk ke rumahku tanpa mengetuk lagi, karena rumahku terbiasa
terbuka lebar begitu saja saat siang hari. Melihat kondisi rumahku yang
sepi, Ita langsung main teriak saja seperti biasanya.
"Lia! Ayo! Sudah siap belum? Cepetan dikit aku sudah lapar, nanti
kita makan di rumah makan aja ya", demikian ajak Ita dengan sedikit
berteriak padaku.
Ita siang itu memakai singlet tipis warna putih sehingga BH-nya
yang tipis dan berbentuk mini dapat terlihat dengan jelas dari luar
singletnya. Aku yakin BH yang dipakainya siang itu pasti satu setel
dengan CD-nya, karena aku dapat mengenali bentuk dan warna BH yang ia
pakai. Setelan tersebut memang dia beli bersamaku di Darmo Outlet
beberapa saat yang lalu. Modelnya memang banyak yang bagus-bagus dan
sexy sekali, sangat cocok dengan seleraku, maka aku juga membeli
beberapa saat itu.
"Sebentar ya, aku ganti pakaian dulu" kataku sambil berganti
pakaian tanpa menutup pintu kamarku, aku tidak kuatir ada orang yang
melihat saat aku berganti pakaian, karena siang itu di rumahku juga
tidak ada siapa-siapa, kecuali adikku yang juga perempuan dan juga ada
Ita.
Aku sengaja memakai singlet juga tapi tanpa BH, pembaca yang sudah
pernah membaca kisahku tentu sudah paham akan kebiasaanku yang memang
selalu tanpa BH. Aku juga memakai celana pendek mengikuti penampilan
Ita, tapi bentuk celana pendekku lebih sexy daripada yang dikenakan
Ita. Celana pendekku berbentuk hot pants yang sangat pendek dan sexy,
ujungnya lebih tinggi daripada selangkanganku, apa lagi ujung bawahnya
agak lebar sehingga dari belakang dapat terlihat dengan jelas bentuk
lekukan pantatku yang sintal.
"Ayo..! Aku sudah selesai" ajakku.
Setelah pamit ke adikku, kami pun segera memasuki mobil Ita dan
langsung meluncur mengarah keluar kota, melewati Jalan Mayjend
Sungkono, masuk jalan tol Satelit untuk menghindari tengah kota
terutama bundaran Waru yang sering macet. Keluar pintu tol Gempol, Ita
langsung membelokkan mobilnya masuk ke halaman rumah makan. Kami pesan
sepiring nasi cap cay dan sea food untuk dibagi berdua, karena porsinya
yang banyak tidak mampu kami habiskan sendirian. Kami juga sama-sama
pesan orange juice. Siang itu rumah makan itu agak sepi. Selesai makan
kami melanjutkan perjalanan menuju ke Trawas. Siang itu jalanan cukup
lengang.
Villa Ita yang letaknya dekat dengan Grand Trawas, ternyata cukup
besar dan halamannya sangat luas, ada kolam renang yang cukup besar di
sana. Letaknya di bagian belakang Villa. Orang tua Ita memang dari
kalangan keluarga yang berkecukupan, dalam bidang apa usahanya aku juga
tidak pernah bertanya.
Villa yang mewah dan sebesar itu hanya dijaga oleh seorang penjaga
yang usianya sudah cukup lanjut, panggilannya Pak Djo, usianya mungkin
sekitar 70 tahun. Menurut Ita, Pak Djo sudah ikut keluarga Ita sejak
dari kakek Ita, kakek Ita sendiri sudah almarhum dan Pak Djo juga ikut
mengasuh Ita sejak masih bayi, saat diajak kedua orang tuanya berlibur
di villa keluarga itu. Jadi hubungan Ita dengan Pak Djo juga seperti
layaknya kakek sendiri hingga aku pun ikut menaruh hormat pada Pak Djo.
Semua kebutuhan sehari-hari sudah ada dan tersedia di villa milik
keluarga Ita, mulai dari makanan kecil, hingga pakaian ganti dan
sebagainya, maka tak heran kalau Ita tadi tidak membawa apa-apa walau
harus menginap di villanya.
"Kita berenang yuk!" ajak Ita sambil langsung melepat singlet dan celana pendeknya.
Ternyata betul juga perkiraanku, Ita memang memakai setelan dalaman
yang mini berbentuk bikini yang dibelinya beberapa saat yang lalu
bersamaku di Darmo Outlet. BH dan CD-nya tipis sekali sehingga puting
susunya dapat terlihat dari luar BH yang ia kenakan, demikian pula
CD-nya, lipatan vagina Ita tampak dengan jelas tapi tidak terlihat bulu
kemaluannya, rupanya Ita telah mencukur bersih bulu kemaluannya.
Ita tampak cuek dan santai sekali dengan hanya memakai bikini mini
dan tipis begitu di villanya, mungkin juga karena di villa itu tidak
ada orang lain selain aku dan Pak Djo yang sudah dianggapnya seperti
kakeknya sendiri itu tadi. Namun aku ragu-ragu untuk mengikuti caranya,
bukan karena aku takut berenang tapi karena bentuk CD-ku adalah model G
string yang sangat mini sekali, bahkan lebih mini daripada yang dipakai
Ita, dan lagi aku tidak memakai BH. Rupanya Ita tahu akan keraguanku.
"Ayo, tidak masalah, lepaskan aja singletmu, tidak ada orang lain kecuali Pak Djo" ajak Ita.
"Lho It, aku kan tidak pakai BH, lagian CD-ku bisa bikin Pak Djo tidak bisa tidur nanti" jawabku.
"Gila loe! Pak Djo kan sudah uzur, lagian dia tau diri dan tidak
bakal iseng, tau kita sedang berenang pakai pakaian minim begini,
paling dia malah sembunyi di kamarnya, ayo aku temani juga tanpa pakai
BH" lanjut Ita sambil langsung menarik tali BH-nya yang ikatannya ada
di lehernya.
Tubuh Ita pun hampir bugil tanpa sehelai benang pun kecuali
selembar kain tipis segi tiga yang membungkus bagian bawah
selangkangannya. Aku akhirnya terpaksa mengikuti juga apa kemauan Ita.
Kulepas singlet dan hot pants-ku hingga tinggal memakai G String yang
di ujung lipatannya tersembul ujung-ujung bulu kemaluanku yang halus
dan lembut.
Aku buru-buru menceburkan diri ke dalam air, kami bermain dan
berenang dengan riangnya. Baru kali ini aku melihat bentuk tubuh Ita
yang ternyata juga molek serta bersih dan putih sekali. Terus terang
tubuhku juga tidak kalah dengan tubuh Ita hingga tidak dapat
kubayangkan seandainya ada mata cowok yang mengintip kami berdua saat
itu. Tapi aku melihat sekeliling yang ternyata cukup aman, selain
dikelilingi tembok yang tinggi, di sekeliling bagian dalam tembok juga
ditumbuhi pohon penesium yang cukup rindang dan tumbuh rapat sekali,
jadi boleh dibilang tidak mungkin ada orang dari luar pagar tembok yang
bisa mengintip ke dalam villa.
Air kolam renang lumayan dingin juga hingga kami pun tidak bisa
berlama-lama berenang, maka kemudian kami sama-sama naik dan masuk ke
dalam rumah untuk mandi dengan air hangat. Kami berdua mandi dalam satu
kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur utama, kamar mandinya
cukup besar dan mewah.
Ita tidak canggung-canggung melepaskan CD-nya di hadapanku,
tubuhnya mulus dan sexy sekali, tak kalah dengan kemolekan tubuhku.
Vaginanya bersih tanpa bulu kemaluan yang ternyata bukan karena
dicukur, vagina Ita menurut pengakuannya memang sejak kecil sudah tidak
pernah ditumbuhi bulu.
Ita menarik tali G Stringku sehingga aku pun ikut bugil di
hadapannya, Ita juga mulai menggosokkan sabun cair ke tubuhku,
tangannya mengelus seiap bagian tubuhku sambil meratakan tubuhku dengan
sabun cair. Elusannya membuatku horny. Aku pun ikut menyabuni tubuhnya,
sehingga kami akhirnya saling mengelus dan saling meraba. Elusan dan
rabaan itu lama-kelamaan menjadi remasan-remasan, terutama saat
tangan-tangan kami menyentuh bagian payudara kami masing-masing.
Saat itu kami sudah sama-sama terangsang sekali, sehingga entah
kapan mulainya, kami pun sudah saling berpagutan, bibir kami saling
lumat dan tangan kami juga saling raba, lidah kami pun bergantian
saling menyusup dan saling lumat. Entah sudah berapa lama kami berdua
saling kulum.
Liang vaginaku sudah basah sekali, demikian pula liang vagina Ita saat
jari-jari tanganku menyusup di celah belahan vaginanya. Kami melakukan
semua itu di bawah siraman shower, hingga beberapa saat kemudian Ita
memutuskan untuk melanjutkannya di tempat tidur saja.
Selesai mengeringkan tubuh kami dengan apa adanya, kami pun
bergumul di tempat tidur. Ita langsung melumat bibirku, dan aku pasrah
saja saat bibir Ita melumat bibirku. Herannya aku tidak merasa jijik
saat bibirku dikulum oleh sesama jenisku, bahkan aku sangat
menikmatinya.
Ciumannya memang berbeda dengan cowok, beda yang paling menyolok
adalah adanya kelembutan pada ciuman bibir Ita, kami sudah sama-sama
diselimuti hawa nafsu hingga kami pun bergumul layaknya sepasang kasih
yang sedang dilanda asmara, Ita bertindak lebih agresif dengan menjilat
bagian leherku, sesekali bibirnya memberi kecupan di tubuhku.
Mulut Ita terus beraksi di sekujur tubuhku, payudaraku tak luput
dari lumatannya, puting susuku dimainkan dengan ujung lidahnya. Aku
jadi benar-benar horny, liang vaginaku kembali basah karena luapan
birahiku, aku hanya dapat mengelus selangkangan Ita yang ternyata juga
sudah mulai dibasahi oleh cairan yang mengalir keluar dari dalam
rahimnya.
Kumainkan ujung jariku di atas klitoris Ita hingga membuat cairan
bening yang membasahi liang vaginanya lebih deras mengalir keluar,
kuselipkan ujung jariku dan kugesekkan naik turun dari atas ke bawah di
sela lipatan bibir vaginanya. Ita jadi lebih bernafsu sekali tampaknya,
jilatan lidahnya terus mengarah ke bagian bawah tubuhku.
Tangan Ita meremas-remas payudaraku sambil mulutnya tetap menjilat
menjalari bagian perutku, ujung lidah Ita sengaja dikorekkannya di
pusarku, sesekali bibirnya mengecup pusarku hingga aku merasa geli
bercampur nikmat, kemudian Ita mengawali menjilat vaginaku, aku pun
melakukan hal yang sama padanya dalam posisi 69.
Aku terus terang sangat terangsang saat menjilati vagina Ita yang
mulus tanpa bulu kemaluan itu, kukecup klitorisnya dan kumainkan dengan
ujung lidahku. Cairan sedikit kental yang membasahi vagina Ita kujilat
dan kutelan bersama ludah yang membasahi rongga mulutku.
Dapat kurasakan Ita sangat menikmati sekali jilatanku, dia pun tak
kalah piawainya melumat habis bibir vaginaku, ujung lidahnya dijulurkan
dan ditancapkannya ke dalam liang vaginaku, dapat kurasakan ujung
lidahnya menyentuh bagian dalam dinding vaginaku yang juga sudah sangat
basah oleh cairan yang mengalir deras dari dalam rahimku. Mulut Ita
mengulum klitorisku, sambil ujung lidahnya sengaja dimainkannya di
situ.
Entah dari mana diambilnya, tiba-tiba tangannya sudah menggenggam
sebuah alat yang berbentuk seperti batang kemaluan pria yang terdiri
dari dua sisi bertolak belakang. Panjang dan besar sekali batang
kemaluan mainan itu, bila dibandingkan dengan aslinya yang selama ini
pernah kulihat, terbuat dari bahan semacam silikon atau mungkin sejenis
plastik elastis.
Ita langsung memasukkan ujung batang kemaluan mainan itu ke dalam
liang vaginaku sambil diputar dan dikocoknya, aku mengalami kenikmatan
yang luar biasa. Liang vaginaku jadi tersumbat penuh oleh benda yang
mirip sekali dengan batang kemaluan asli itu, ujungnya
menyentuh-nyentuh benjolan daging sebesar ibu jari yang tumbuh di dalam
liang vaginaku.
Aku hanya dapat mengeluh panjang sambil menghentikan jilatanku pada
vagina Ita, aku tidak mempu melakukan sesuatu kecuali merintih dan
menggeliat sambil menikmati batang kemaluan mainan yang keluar masuk
memompa liang vaginaku. Punggungku terangkat dan kugoyangkan mengikuti
irama kocokan batang kemaluan mainan yang besar dan panjang itu.
Ita rupanya mengetahui bahwa aku sudah akan mencapai puncak hingga
tangannya mengocokkan batang kemaluan mainan tadi lebih cepat lagi.
Rasanya luar biasa sekali, lebih heboh daripada aslinya, dan aku baru
pertama kali merasakan hal seperti ini, sebelumnya memang aku juga
pernah melihatnya saat menonton BF, namun tidak pernah terbayang
sebelumnya kalau aku ternyata akhirnya juga dapat menikmati memakai
alat tersebut.
Tubuhku menggigil dan terguncang hebat, akhirnya aku mencapai
puncaknya, kurasakan semburan cairan dari dalam rahimku muncrat keluar
membasahi liang vaginaku. Mengetahui bahwa aku sudah mengalami orgasme,
Ita langsung menjilati klitorisku sambil tetap mengocokkan batang
kemaluan mainan tadi.
"Aa.. Aacch! Ayoo.. Itt..! Teruu.. Uuss..!" rrangku sambil terus melepaskan semburan lendir dari dalam liang vaginaku.
Vaginaku berkedut-kedut saat melepaskan hasratku sementara bibir
Ita tetap menempel ketat di klitorisku sambil ujung lidahnya sengaja
menggelitiknya. Kemudian Ita juga memasukkan ujung batang kemaluan
mainan yang sisi satunya ke liang vaginanya sendiri sehingga posisi
vagina kami saling berhadapan dan masing-masing tersumpal oleh ujung
mainan yang berbentuk batang kemaluan itu.
Tangan Ita memegang dan mengocok-ngocok batang kemaluan mainan
tersebut, saat ujung yang satu masuk lebih dalam ke liang vaginaku, di
bagian ujung lain yang berada di dalam liang vagina Ita jadi sedikit
tercabut. Demikian pula sebaliknya, bila di bagian ujung yang terbenam
di dalam liang vagina Ita tertancap lebih dalam lagi, maka di bagian
yang terbenam dalam liang vaginaku jadi sedikit tercabut, demikian
terus menerus saat dikocok oleh Ita. Posisiku tetap telentang sementara
Ita sedikit berjongkok di atas tubuhku.
Nikmat sekali, aku terus terang baru pertama kali melakukan hal
seperti ini. Tangan Ita terus membantu memegang dan mengocok batang
kemaluan mainan tersebut. Ita memainkannya dengan piawai sekali
sehingga kami akhirnya mengalami orgasme secara hampir bersamaan. Pada
saat selesai orgasme, Ita langsung mencabut alat itu dan kembali
melumat vaginaku.
Dengan tanpa merasa jijik sama sekali Ita menjilat habis dan
menelan semua cairan yang membasahi liang vaginaku. Aku pun tidak mau
kalah dengannya, kujilat pula vaginanya hingga kami akhirnya kembali
melakukan posisi 69. Ita rupanya mempunyai kesamaan denganku, sangat
suka saat klitorisnya dijilat, apa lagi saat ujung klitorisnya
dimainkan dengan ujung lidah.
Ini adalah sungguh suatu pengalaman yang luar biasa bersama Ita
yang pasti juga membaca kisahku ini. Selesai melampiaskan segala bentuk
kepuasan bersama, kami tertidur tanpa mengenakan sehelai benang pun
yang menutupi tubuh montok kami, dan kami baru terbangun saat udara
dingin di Trawas mulai menghembus dan merayapi tubuh dan menyusup ke
dalam tulang.
Ita memberikan sebuah kimono untuk kupakai, sedang Ita sendiri
hanya memakai hem yang longgar dan agak panjang, sehingga lebih mirip
dengan rok mini yang berbentuk hem. Gila betul Ita ini, pikirku, karena
selain itu ia sudah tidak mengenakan apa-apa lagi, sehingga bagian
selangkangannya dapat terlihat dengan jelas saat dia berjalan, karena
ujung hem yang ia kenakan ujungnya hanya menutupi tepat di bagian
selangkangannya.
Mungkin ini juga dikarenakan Ita sudah terbiasa dan tidak terusik
dengan keberadaan Pak Djo, yang memang sejak Ita masih kecil sudah ikut
mengasuh Ita hingga dia terbiasa cuek saja dengan penampilannya seperti
itu saat ada Pak Djo, dan kulihat Pak Djo juga biasa-biasa saja saat
kami berada dalam satu ruangan, ketika Pak Djo harus mengantarkan
minuman untuk kami.
Untuk makan malam, Ita meminta Pak Djo membelikan ayam goreng di
sebuah restoran. Pak Djo pergi cukup lama dengan mengendarai ojek,
karena tempatnya cukup jauh dari villa yang kami tempati. Pada saat
menunggu kedatangan Pak Djo kami berdua menonton BF koleksi Ita.
Rupanya Ita banyak menyimpan BF di villanya, ada tempat tersembunyi
yang hanya dia yang mengetahui tempatnya untuk menyimpan BF, dan
berbagai peralatan masturbasi. Ita punya berbagai macam dan bentuk
mainan yang berbentuk alat kelamin pria, ada pula vibrator, memakai
baterai yang bisa berputar meliuk-liuk sambil bergetar.
Ita mengambil salah satu yang bisa bergetar dan meliuk-liuk,
bentuknya transparan, di dalamnya ada banyak semacam bola-bola yang
akan bergeser saat berputar melingkar bagaikan mata bor. Di bagian
atasnya ada tonjolan panjang dan lunak sekali, bisa bergetar hebat saat
vibrator dinyalakan, fungsinya ternyata untuk mengorek-ngorek klitoris
kita (kaum wanita tentunya) saat batang kemaluan mainan tersebut
ditancapkan ke dalam liang vagina. Gila!, pikirku dalam hati, bagaimana
Ita bisa mendapatkan benda-benda seperti itu?
Ita menyalakan TV-nya, sementara dia menyuruhku telentang di sofa
yang panjang, aku seperti terhipnotis saja layaknya dan menuruti semua
perintah Ita. Lalu dia berjongkok di samping sofa dekat selangkanganku.
Kimonoku disingkapnya sedikit ke atas sehingga bagian bawah tubuhku
terpampang jelas, karena aku tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam
kimono yang kukenakan.
Ita membuka pahaku lebar-lebar, kakiku yang kiri diletakkan di atas
sandaran sofa, sementara kaki kananku diarahkan ke bawah sofa sehingga
selangkanganku terbuka lebar dan vaginaku terpampang jelas di
hadapannya. Ita mulai menyalakan vibrator di tangannya, dan kulihat
batang kemaluan mainan yang dipegangnya sejak tadi itu mulai menggeliat
berputar melingkar dengan tempo tetap.
Butiran yang ada di dalamnya ikur terputar, ujungnya digesekkan ke
belahan bibir vaginaku, dapat kurasakan ujung batang kemaluan mainan
itu bergetar dan berputar di belahan bibir baginaku. Ita
menggesek-gesekkan ujungnya naik turun di sela-sela lipatan bibir
vaginaku, sesekali berhenti di ujung klitorisku dan ditekankan sedikit.
Bisa dibayangkan bagaimana rasa yang menyelimuti bagian luar
vaginaku yang langsung seketika itu juga menjadi basah. Hal ini
memudahkan Ita untuk mulai menyusupkan batang kemaluan mainan itu masuk
ke dalam lipatan bibir vaginaku, dapat kurasakan ujungnya mulai masuk
ke dalam liang vaginaku.
Bagaikan mata bor yang besar berputar pelan sambil bergetar
memasuki liang vaginaku lebih dalam lagi, aku merasakan kenikmatan yang
belum pernah kurasakan sebelumnya, kuremas-remas payudaraku sendiri
sambil memilin-milin puting susuku. Batang kemaluan mainan itu akhirnya
benar-benar masuk membenam di dalam liang vaginaku, kurasakan ujungnya
menempel, menekan dan berputar di tonjolan daging kecil sebesar ibu
jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku. Ita menarik dan
membenamkannya kembali, mengocok terus makin lama makin cepat.
Ujung tipis yang bergetar di bagian luar vaginaku menyentuh ujung
klitorisku, aku merasakan setiap inci dinding vaginaku mendapat
rangsangan hebat, liukan batang kemaluan mainan itu membuat dinding
bagian dalam vaginaku bergetar, cairan yang membasahi liang vaginaku
makin lama makin banyak.
Aku hampir pingsan rasanya karena merasakan kenikmatan yang luar
biasa. Tidak memerlukan waktu yang lama hingga aku mengalami orgasme
yang hebat sekali. Ita tampak tersenyum puas setelah berhasil
mengerjaiku dengan alat koleksinya.
"Kamu mau alat ini?" tanya Ita padaku sambil menawarkan alat yang baru digunakannya untuk memuaskanku.
"Ini untuk kamu saja. Kalau kamu mau, besok boleh kamu bawa pulang"
imbuh Ita sambil menyodorkan batang kemaluan mainannya yang baru saja
membuatku orgasme.
Demikianlah kisah petualanganku dengan sesama wanita.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1470