Main Berempat
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang
entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.
Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berbunyi
dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita
yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.
"Hallo, selamat siang joko," suara wanita yang sangat manja terdengar.
"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius. "Namaku Karina," kata wanita
tersebut mengenalkan diri. "Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor
saya dari mana?" tanyaku menyelidiki. "Oya, aku temannya Yanti dan dari
dia aku dapat nomor kamu," jelasnya. "Ooo... Yanti," kataku datar.
Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti
adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai' kehidupan sex aku.
"Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?" tanyaku. "Baik,
sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu," jelas
Karina.
Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama.
Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana
bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk
fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.
"Hallo... Joko, kamu masih disitu?" tanya Karina. "Iya... Iya Mbak... "
kataku gugup. "Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?" tanyanya
menggodaku. "Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh," celetukku. "Masa
sih... Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda. "Joko, boleh
nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Karina. "Boleh aja Mbak... Bahkan
aku senang bisa bertemu dengan kamu," jawabanku semangat "Oke deh, kita
ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat. "Terserah Mbak deh, Joko sih
ngikut aja?" jawabku pasrah. "Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc.
Donald plasa senayan," katanya. "Oke, sampai nanti joko... Aku tunggu kamu
jam 18.30," sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.
Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu.
Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon
aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor
untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang
kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare
dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja.
Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak
mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak
pede dengan hal seperti itu.
Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai
dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald
seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi
pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan
tersebut.
Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada
seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku,
wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga
cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi
pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian
depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan
belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat
aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang
aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih
bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.
Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku
berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja
dengan aku.
"Maaf apakah kamu Joko?" tanyanya sambil menatapku. "Iy... Iyaa... Kamu
pasti Karina," tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.
Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa
mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan
penuh perasaan.
"Silahkan duduk Karina," kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
"Terima kasih," kata Karina sambil tersenyum. "Dari tadi kamu duduk disitu
kok nggak langsung kesini aja sih?" tanyaku. "Aku tadi sempat ragu-ragu,
apakah kamu memang Joko," jelasnya. "Aku juga tadi berpikir, apakah wanita
yang cantik itu adalah kamu?" kataku sambil tersenyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang 'menyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah
cantik saja wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita
yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan
kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.
"Karin, kamu kenal Yanti dimana?" tanyaku.
Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online bersama.
Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah
tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan
dengan penuh semangat.
"Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,"
tanyaku penuh penasaran. "Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak
tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh
pengertian. "Ooo, begitu... " kataku sambil manggut-manggut. "Ini adalah
hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan
kantorku selesai," jelasnya tanpa aku tanya. "Sebenarnya tadi Yanti juga
mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan
datang besok harinya dia bisa dateng," jelasnya kembali. "Memangnya Mbak
Karina menginap dimana nih?" tanyaku penasaran. "Kebetulan sama kantor
sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H... "jelasnya. "Mmm, emangnya
Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik. "Ya sendirilah, Joko... Makanya
saat itu aku tanya Yanti," katanya "Tanya apa?" tanyaku mengejar. "Apakah
punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta," katanya. "Dan
dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam.
Dan toko pun sudah mulai tutup.
"Jok... Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya. "Boleh, masa
iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian," kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke hotel H... Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan.
Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan
sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak.
Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
berjalan dibelakangnya.
Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang
asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya.
Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina
pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan
tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b)
sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara
yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku
duduk.
Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian
mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun,
tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun
dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat
terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang
besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa
bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba
menghentikannya.
Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang
pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun
langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku
pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun
beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya.
Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya
yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun
mendesah.
"Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh... "
Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku
semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun
mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia
bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil
berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.
Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan
Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah
beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan
dia pun mendesah. "Jok... Akuu mauu keeluuarr."
Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun
langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun
langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku
masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam
vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan
sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku
lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.
"Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt... "
Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia
mulai berkicau lagi.
"Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh... "
Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua
kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku
mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali
mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih
tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir
cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap
vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.
Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah.
Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung
masuk. Bless... Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia
pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai
mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan
sensasi yang diberikan oleh Miranda.
Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Karina
mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya
yang membuat aku mendesah.
"Aaahh enak Mir... Terus Mir... Goyang terus Mir... Lebih dalam lagi
Mir... Aaahh sstt"
Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,
"Mir... Aku... ingiin keeluuaarr"
Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa
kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih
mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan
terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah
cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku
yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan
menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung
menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes
di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang
berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Dahlia
dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang
jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.
"Ooohh... Joko... Geelli... " desah Dahlia.
Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa
merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara
mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya
sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang
masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit
puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi
dan dia medesah.
"Aaahh enak sekali Jok... Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt...
"
Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah
itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat
penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya
langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi
rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya,
membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung
aku julurkan kepermukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar
selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
"Ssstt... Jok... Nikmat sekali... Ughh," rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku
diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan
naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang
vaginanya.
"Joko... Gila banget lidah kamu... " rintihnya "Terus... Sayang... Jangan
lepaskan... " pintanya.
Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat
yang bergejola dihatinya.
"Oohh... Joko, aku nggak tahan... Ugh... " rintihnya. "Joko cepet masukan
penis kamu aku sudah nggak tahan nih," pintanya.
Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk
itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali
hentak.
"Bleest... " kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia. "Aowww... Gila
besar sekali Jok... Punya kamu," Dahlia merintih.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat danm
sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa dibatang kemaluanku.
"Joko... Jangan berhenti sayang... Oogghh," pinta Dahlia.
Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan
penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia
membantu pinggulnya untuk berputar-putar.
"Joko... Kamu... Memang... Jagoo... Ooohh," kepalannya bergerak ke kiri
dan ke kanan seperti orang triping.
Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat
Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi
sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku
terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.
"Joko... Terus... Sayang... Jangan berhenti... " Dahlia meminta.
Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan
birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol
birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.
"Joko... Aakuu... Kelluuaarr... Aaakkhh... Goyang sayang," rintih Dahlia.
Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin
tak terkendali.
"Jok... Ooo... Aaammpuunn," rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan
membasahi seluruh penisku.
Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha
untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging.
Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan
kembali ke lubang vaginanya Dahlia.
"Ooohh... Joko... Kamu... Memang... Ahli... " katanya sambil merintih.
Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya
penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
"Dahlia... Vagina kamu memang enak banget," pujiku. "Kamu suka minum jamu
yaa kok seret?" tanyaku.
Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina
Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan
sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi
permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah
mengoyak birahiku.
"Dahlia... Aku mau... Keluar... "kataku mendesah. "Aku juga sayang...
Ooohh... Nikmat terus... Terus... " Dahlia merintih. "Joko... Keluarin
didalam... Aku ingin rasakan semprotan... Kamu... " pintanya. "Iya
sudah... Ooogh... Aaakhh... " rintihku.
Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin cepat
dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.
"Joko... Aku... Aku... Ngaak kkuuaatt... Aaakhh" rintih Dahlia. "Aku juga
sudah... Ooogh... Dahh," aku merintih. "Crut... Crut... Crut... " spermaku
muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.
Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar
dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan
tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
"Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu
memang luar biasa" kata Dahlia merintih. "Biasa aja kok Mbak, aku hanya
melakukan sepenuh hatiku saja," kataku merendah. "Kamu luar biasa... "
Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali
menyerang bibirku yang masih termangu.
Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka
sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak
kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam
aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum
batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun
menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan
kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang
kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena
pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.
Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka
dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde
terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi
bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan
tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag
shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu,
sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.
"Ughh... Joko... " mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan
puntignya yang memerah.
Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat
memburu birahinya yang tidak kenyang.
Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus
berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat
jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan
Hotel H... Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan
oleh permainan tadi.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2432