Menebus Rasa Bersalah
Dua minggu setelah aku diperkosa beramai-ramai di malam Halloween, Doni
akhirnya menyempatkan diri datang ke kotaku diantara kesibukan sekolah dan
tugas-tugas akhir semester dia. Aku tentu saja senang sekali dijenguk Doni
dan kami berdua memikirkan rencana untuk akhir pekan itu.
Terus terang aku merasa sangat bersalah terhadap Doni karena aku sangat
menikmati perkosaan itu, dan aku belum dan tidak akan menceritakan
kejadian itu kepada siapapun, terlebih lagi Doni. Di antara kami berdua
memang tidak ada perjanjian untuk setia, dan kami setuju untuk bebas tidur
dengan siapapun yang kami inginkan, tapi aku yakin perjanjian itu tidak
dimaksudkan untuk seks keroyokan seperti dua minggu lalu, meski demikian
aku yakin sejak kita mulai pacaran pasti telah ada beberapa cewek yang
menghangatkan ranjang Doni.
Mungkin karena rasa bersalah itu aku merencanakan sebuah surprise untuk
Doni. Hari Jumat pagi itu aku mengepak pakaian tidur seksi yang kubawa
ketika aku menyerahkan tubuhku ke Doni untuk pertama kalinya (baca Akhir
Pekan yang Panjang). Doni akan
tiba sekitar pukul 6 sore, dan kami akan makan malam bersama. Aku sengaja
memesan sebuah kamar hotel untuk kami berdua malam itu dengan tujuan untuk
memberikan servis seks yang terbaik untuk Doni.
Kelas terakhirku hari itu beres jam 5.30, aku berjalan ke arah
perpustakaan di sekolahku dimana kami berjanji untuk bertemu. Sambil
berjalan aku melewati gedung kelas tempatku diperkosa beramai-ramai,
dengan setengah tak sadar aku berjalan masuk ke gedung kelas itu. Kejadian
malam itu dua minggu lalu berputar di kepalaku seperti sebuah kaset film
porno. Aku membuka ruang kelas tempat si Drakula menyeretku dan mereka
berenam bergiliran menikmati tubuhku. Payudaraku terasa mengeras, cairan
vaginaku merembes keluar memikirkan kejadian malam itu yang sangat nikmat.
Tanpa terasa aku melamun di sana membayangkan si Kelinci dan si Drakula
menyetubuhiku secara bersamaan di atas meja di depanku.... Sampai
tiba-tiba lamunanku diganggu orang-orang yang masuk ke ruangan itu untuk
kelas berikutnya.
Aku melanjutkan perjalananku ke perpustakaan, dan duduk di bangku di depan
gedung menunggui Doni datang sambil memperhatikan orang lalu-lalang di
depanku. Sepasang tangan menutup mataku dari belakang, "Doni sudah ada di
sini", pikirku.
Aku membalikkan badanku dan langsung mencium bibir pria di belakangku,
tapi ternyata uupps.. Ita yang ada di belakangku.. kami berdua tertawa
berderai-derai.
"Gile Ness, elo udah bernapsu banget ya pengen ketemu Doni hahaa.. gua
baru aja beres kelas nih"
"Iya, ampir aja gua remes pantat elo untung nyadar elo bukan doni hehee...
"
"eits.. malem itu kita maen masih belum puas yah ? hahahaa.."
Aku tersipu mendengar komentar Ita terakhir itu. Beberapa hari yang lalu
aku dan Ita sempat berhubungan seks sesama jenis ketika vaginaku masih
terasa terlalu perih untuk disetubuhi dengan penis tapi aku benar-benar
sedang birahi. Ita, sebagai sahabatku (yang kebetulan juga sedang bernapsu
tinggi), membantu menuntaskan nafsu seksku.
"hus.. jangan bilang siapa-siapa yah.."
"jangan takut bos.. pokoknya sip deh. Gua pulang dulu deh. Enjoy date sama
Doni, jangan sampe terlalu perih seperti kemaren hehe ntar gua mesti bantu
elo lagi"
Kuremas pantat Ita dengan gemas dan kucium bibirnya untuk membalas
komentar itu. Ita bukannya ngacir, tapi malahan memeluk badanku dan french
kiss denganku di depan perpustakaan itu.
"Lhooo.. katanya mau date denganku, tapi koq malahan cipokan dengan cewek
lain?", Doni tiba-tiba muncul di sampingku.
Ita dan aku berdua tertawa cekikikan tertangkap basah sedang berciuman.
Ita mencium pipiku dan pulang ke rumahnya.
Doni menggamit tanganku dan kami berdua pergi makan malam bersama sambil
bercerita tentang sekolah dan mengobrol. Restoran tempat kami makan ada di
dekat pusat kota, dengan suasana romantis penuh dengan pasangan2 yang
sedang pacaran. Kami duduk di pojok yang agak sepi. Doni tampil keren
malam itu dengan kemeja dan celana jeans, sedangkan aku sempat berganti
pakaian setelah kelasku tadi, mengenakan sexy mini dress hitam yang biasa
kupakai untuk mencari cowok di dance clubs. Tapi malam ini aku sengaja
mengenakan itu untuk menarik perhatian Doni. Ketika kami berjalan ke meja
kami di restoran itu, aku bisa merasakan mata semua cowok-cowok disana
mengikuti lenggak-lenggok tubuhku.
Kami berdua duduk berdekatan di pojok itu, diterangi satu lilin kecil di
tengah meja yang memancarkan sinar remang-remang. Sambil makan kami
masing-masing minum segelas wine, membuatku agak teler juga, tetapi lebih
penting lagi, membuatku sangat horny.
Kami berpegangan tangan di bawah meja sambil menikmati makanan dan
minuman. Sesekali Doni mencium pipiku atau mengusap-usap pahaku di bawah
meja. Situasi yang romantis di restoran itu, ditambah dengan wine yang
kuminum benar benar mempengaruhi birahiku yang meninggi. Aku memegang
tangan Doni dibawah meja, dan sengaja menarik tangannya naik ke pahaku, ke
bawah hem dressku yang memang pendek itu. Jemari Doni dengan lincahnya
merayap ke pangkal pahaku, menari-nari di luar kemaluanku. Doni hanya
tersenyum ketika dia menyadari aku tidak mengenakan celana dalam malam
itu, cairan vaginaku meleleh ke jari telunjuk Doni. Ketika tiba-tiba
pelayan kami datang untuk mengambil piring-piring kotor dari meja kami,
Doni cepat-cepat menarik tangannya dari kemaluanku, aku dengan tersipu
merapikan kembali dress bawahku. Sementara Doni dengan tersenyum nakal
malah menjilat jari telunjuknya yang berkilau-kilau dari cairan
kemaluanku. Aku bisa merasakan mukaku merona merah padam melihat itu.
Kami berdua memesan sebuah dessert sebagai penutup makan malam itu, sambil
menunggu dessert kami datang, jari2 Doni yang nakal kembali merayap di
dalam dressku, mula-mulanya mengusap-usap vaginaku dari luar, lama
kelamaan jari jempolnya sudah mengusap-usap kelentitku, sementara jari
tengah, jari telunjuk dan jari manisnya asyik keluar-masuk dari vaginaku,
membuat nafsuku melayang-layang menuju orgasme.
Tubuhku dipacu terus-menerus oleh jemari Doni di bawah meja, sampai
akhirnya seluruh ototku menegang seolah-oleh terkena listrik, jari Doni
bergerak pelan-pelan sekali di dalam vaginaku, menciptakan gesekan-gesekan
nikmat di dinding kemaluanku. Dalam keadaan setengah sadar itu, aku
membuka kakiku lebar-lebar di bawah meja, di tengah-tengah restoran yang
ramai (meskipun dalam keadaan remang-remang). Untung sekali aku bisa
menahan jeritan kenikmatan orgasmeku itu. Ketika nafsuku turun kembali,
dan kesadaran pelan2 masuk kembali ke tubuhku, doni sedang meminum wine
sedikit-sedikit sambil menjilati jarinya yang penuh dengan cairan vaginaku
dan tersenyum penuh kepuasan setelah membawaku ke sebuah orgasme yang
nikmat.
Kami berdua menyelesaikan makanan kami, dan berjalan keluar, lengan Doni
memeluk pinggulku dengan erat. Aku berbisik ke telinga Doni,"Say, gua udah
ngebook hotel buat kita berdua malam ini"
"Mmmm.. kita mungkin engga bakal sempat tidur malem ini kalo begitu", Doni
meremas pantatku dan mencium bibirku dalam-dalam.
Kami menyetir ke sebuah hotel yang terletak di tengah kota, aku sudah agak
tidak sabaran dan langsung menyeret Doni menuju lift naik ke tingkat 30.
Di dalam lift sengaja aku mengusap penis Doni dari balik celana panjang,
dan perlahan-lahan penis
Doni menegang keras. Ketika kami tiba di tingkat 30, kemaluan Doni saking
kerasnya dia agak kesulitan berjalan keluar lift. Aku lagi-lagi menarik
tangan Doni cepat-cepat ke kamar kita sambil tertawa melihat masalah Doni
berjalan.
Ketika kami tiba di pintu kamar kami, ada pasangan lain yang sedang
berusaha membuka pintu kamar mereka yang bersebelahan dengan kami. Cowok
itu mencuri-curi pandang tubuhku sambil membuka pintu mereka, dan aku
dengan perlahan-lahan mengeluarkan kartu kunci kamar yang kusembunyikan di
daerah payudara dress-ku, sengaja memperlihatkan sedikit payudaraku ke
cowok sebelah. Lalu aku menggamit tangan Doni dan kami berdua masuk ke
dalam kamar, hihi pasti cowok sebelah itu akan penasaran apa yang terjadi
selanjutnya, dan aku bertekad untuk menjerit lebih keras malam ini ketika
disetubuhi Doni supaya cowok-cewek kamar sebelah tahu apa yang terjadi.
Begitu pintu kamar kami tertutup, aku mendorong tubuh Doni ke pintu, dan
membuka retsleting celana Doni. Sambil melihat mata Doni dalam-dalam, aku
perlahan-lahan berlutut di depan dia, dan menjilati kemaluan Doni seperti
sebuah es krim. Doni mendongakkan kepalanya menikmati kehangatan mulutku
di penisnya. Sambil aku menyedot penisnya keras-keras, Doni menggerakkan
pinggulnya maju mundur dan memegang kepalaku dengan dua tangannya. Aku
bergilir menjilati dan menyedot penis Doni, sesekali aku juga menjilati
testisnya dan di sekitar penis. Tak lama kemudian penis Doni sudah tegang
sekali, kelihatan seperti tiang yang terbuat dari besi berdiri tegak. Doni
menarik lenganku berdiri dari posisi berlutut, dan mendorong tubuhku ke
arah balkon kamar di luar. Aku tersenyum membayangkan apa yang akan
terjadi berikutnya. Dengan tegasnya Doni menaruh kedua tanganku di pagar
balkon sambil kita berdua menghadap ke arah pemandangan kota. Lidah Doni
menari-nari di tengkuk leherku, memberikan rangsangan-rangsangan nikmat.
Aku mulai melenguh panjang supaya terdengar tetangga kamar sebelah ,"
oooooohhhhh Doni.. it's sooo goooooodd..."
Tangan Doni meraba-raba pahaku, perlahan-lahan naik ke atas membawa hem
dressku naik.
Aku meracau lagi dalam bahasa Inggris, "Ohhhh.. yeah.. Don, enak
sekaliii.. elo pengen nelanjangin gua di sini don.. oohh.. "
Sedikit demi sedikit merayap ke arah kemaluanku, tangan Doni mengusap-usap
pinggulku di bawah mini dress, kulit tangan menyentuh kulit tubuhku
langsung tanpa dihalangi celana dalam. Vagina dan tubuh bawahku terpampang
jelas di udara malam yang dingin.
"Don, that's it.. that's it baby.. touch my pussy.." Dari sudut mataku
kulihat korden jendela kamar sebelah bergoyang dan siluet dari dua orang
mengintip terlihat jelas.
Aku semakin bersemangat menarik perhatian tetanggaku.
Doni sudah tidak sabaran rupanya, dan mulai menggosok-gosokkan penisnya ke
kemaluanku. Cairan kemaluanku yang sudah mengalir deras sejak tadi
membasahi penis Doni yang keras.
"Ohhh yeah.. rub your cock on my pussy don, please stick it in me", aku
sekarang bisa melihat kedua tetanggaku telah membuka pintu balkon mereka,
dan sedang menonton kami berdua berhubungan intim. Sepertinya merekapun
akan memulai adegan seks mereka sendiri sebentar lagi.
Doni memegang pinggulku dengan keras, dan tiba-tiba mendorong penisnya
masuk ke liang senggamaku. "Yeesssss.. itt'sss so biiiiggg baby.. ", aku
terus meracau menggambarkan nafsu birahiku. Penis doni masuk sampai ke
ujung vaginaku yang terdalam, memberikan kenikmatan yang luar biasa, lalu
Doni berhenti sebentar supaya vaginaku terbiasa dengan ukuran penisnya.
"Don please fuck meeeee.. fuck me hard like a whore", aku memohon-mohon
doni untuk mengentotku dengan keras.
Tangan doni berpindah ke pundakku, menurunkan baju atasku ke pinggang
hingga sekarang seluruh tubuhku terlihat jelas hanya pinggangku yang
tertutup dress mini ku. Sambil meremas-remas buah dadaku, Doni mulai
menyetubuhiku dari belakang. Kontolnya yang besar menggosok-gosok liang
senggamaku dari dalam.
Aku menggeleng-gelengkan kepala penuh kenikmatan duniawi,"Baby, I can feel
every inch of your dick inside me, fuck me like a whore.. faster.. faster"
Di jendela balkon tetanggaku, cowok itu sedang melihat ke arah payudaraku
sambil mengentoti ceweknya dengan gaya missionary. Jelas sekali dia sedang
membayangkan bersenggama denganku meskipun dia sedang meniduri ceweknya
dia sendiri. Aku tersenyum dan menjilat bibirku dengan gaya yang sangat
sensual. "Oh Don.. you're such a stud. I love your big dick.. Keep fucking
me.. fuck me with that big dick of yours"
Tak lama kemudian penis Doni membesar di dalam vaginaku, dan aku bisa
merasakan tubuhnya menegang. Aku segera membalik dan menyedot penisnya
keras-keras sambil berjongkok. Ketika Doni memuncratkan spermanya di
mulutku, aku bisa merasakan aroma sperma Doni dan aroma cairan vaginaku
bercampur di mulutku. Kutelan semuanya dan kujilat bersih kemaluan Doni.
Kulepaskan dressku, dan menyisakan hanya sepatu hak tinggiku. Tangan Doni
meremas dan mengusap tubuhku yang bugil di balkon sambil kami berciuman,
ditontoni pasangan kamar sebelah yang sedang bersetubuh.
Lengan Doni yang kekar merengkuh dan mengangkat tubuhku masuk kembali ke
dalam kamar.
Sesampainya di ranjang, dia menjatuhkan tubuhku ke ranjang yang berukuran
besar. Kami bersenggama sekali lagi di ranjang dengan aku masih mengenakan
hanya sepatu hak tinggi. Lalu kami langsung tertidur bugil kecapaian
setelah seharian penuh aktivitas sekolah dan seks.
Aku berharap servisku malam itu cukup untuk menebus rasa bersalahku untuk
menikmati perkosaan beramai-ramai dua minggu yang lalu.
Keesokan harinya kami berhubungan intim terus sejak bangun pagi, sampai
akhirnya waktu check-out tiba dan kami harus keluar kamar. Kami berdua
pulang ke apartemenku, dan aku meneruskan usahaku menebus rasa salah
dengan mengentoti Doni seharian, bahkan membiarkan Doni mencicipi
kenikmatan anal seks denganku. Tapi toh rasa bersalah itu masih terus ada
di sudut hatiku, dibayangi kenikmatan seks dengan 6 pria sekaligus...
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2921