Akibat Terjun Ke Dunia Politik
Ini adalah kisah tentang Venna Melinda (37 tahun), seorang anggota DPR yang dulunya adalah seorang artis sinetron yang populer pada dekade 90an, selain itu ia juga pernah menjadi puteri Indonesia tahun 1994. Politisi yang sekarang bergabung dengan partai berlambang bintang merah putih bersudut tiga ini memang terkenal pantang mundur dengan apa yang dia perjuangkan dan memegang prinsip. Hari itu, sang ibu beranak dua yang masih terlihat cantik ini sedang bersiap menuju ke kantornya di pusat kota. Hari itu Venna mengendarai mobil sedan Honda Jazz merahnya. Pukul 5 dini hari ia telah berangkat untuk menghindari macet. Suaminya, Ivan, sedang berada di luar kota sementara sopirnya sedang izin pulang ke kampungnya. Venna tak menyadari bahwa saat ia keluar dari kompleks rumahnya ia telah diikuti sebuah mobil minibus di belakangnya. Saat itu masih gelap, di sebuah jalanan sempit dan sepi, mobil itu memotong mobilnya dan menghadangnya. Venna pun spontan menginjak rem karena kaget, dari mobil itu turun dua orang pria bertampang sangar dan bertubuh kekar menghampirinya. Salah satu dari pria itu dengan cepat mengayunkan kapak yang dipegangnya ke kaca mobil Venna beberapa kali hingga kaca tersebut pecah. Venna tersentak kaget dan mencoba menjerit, namun sebelum sempat melakukannya, pintu mobilnya sudah dirusak oleh mereka dan mereka menyeretnya keluar dari mobilnya. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, walau ia berusaha melakukan perlawanan namun tenaga pria itu lebih kuat darinya, seorang merangkul bahu Venna dan menggendong tubuhnya menuju ke mobil mereka seorang lainnya membekap mulutnya agar ia tidak berteriak. Setelah memasukkan wanita itu ke minibus berkaca gelap itu, mereka pun segera tancap gas dan meninggalkan mobil Venna begitu saja di jalanan. Minibus itu melaju dengan cepat meninggalkan lokasi kejadian. Di dalam mobil itu Venna mendapati dirinya bersama empat orang lelaki, satu sopir dan dia berada di tengah tengah dua orang pria yang menghancurkan mobilnya
“Heii siapa kalian?? mau dibawa kemana saya?” tanya Venna dengan suara bergetar.
“Nanti juga kamu tahu sendiri dibawa kemana…kami gemas melihat sepak terjang kamu dan partaimu” jawab salah seorang pria yang berada di depan dengan nada dingin.
“Apa-apaan ini?? Apa mau kalian?” Venna semakin ketakutan karena semakin menyadari mereka berniat tidak baik padanya.
“Udah.. jangan banyak tanya! Nanti juga tau kok” ujar yang di sebelah Venna.
Mobil itu terus melaju, di dalam mobil Venna berusaha berontak melawan mereka.
“Eehh…bandel juga si ibu anggota dewan nih!” ujar lelaki yang memegangi Venna, ia kaget saat Venna menggigit tangannya sehingga spontan ia layangkan pukulan ke pundak Venna, hingga gigitannya terlepas.
“Uuuhh gua entot lu sekarang juga sampe hamil!!” katanya mulai marah melihat Venna terus berontak berusaha melepaskan diri.
Venna terus meronta dan menjerit hingga kedua lelaki itu mulai kesulitan memeganginya.
“Stop berhenti dulu! Pelacur ini harus dibungkam dulu!” sahut lelaki gemuk di sebelahnya pada temannya yang sopir.
Mobil pun berhenti. Si gendut itu langsung menggumuli Venna dan merengkuh tubuhnya. Venna berusaha menggeliat geliat melepaskan diri, namun ia kalah tenaga dari pria itu,
“Ayo ikat tangannya ke belakang” perintahnya pada temannya
Temannya yang berambut kribo itu langsung melepas ikat pinggangnya dan mengikat kedua tangan Venna ke belakang dengan erat.
”Udah, lu suruh aja dia nyepong biar diem!” ujar si sopir.
“Iya mendingan kita gangbang aja nih cewek ini rame rame..” ujar yang disebelahnya.
Venna terkejut bagai disambar petir di siang bolong mendengarnya
“Jangannnn… kurang ajar kalian…kalian tidak tahu sedang berbicara dengan siapa!?” ancamnya mencoba menggertak mereka.
”Eehh…kita tahu kamu tuh Venna Melinda, si artis yang ikutan trend jadi politikus itu!! So what gitu loh!! Mau ngancam dengan jabatan?!” balas lelaki itu sinis
“Lagian kamu kan tua tua keladi, makin tua makin berisi” ujar temannya sembari tertawa terbahak bahak.
“Brengsekkk!! Haram jadah kalian semuanya. Jaga mulut kalian bangsattt!!!” maki Venna,
Namun lelaki yang orang pria yang mengapitnya itu makin kurang ajar, kedua belah kaki Venna yang tak berdaya karena ikatan tangan yang mengunci pergerakannya itu dibentangkan lebar-lebar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal lelaki tersebut dengan leluasa menyeruak meraba selangkangannya yang merupakan daerah sensitif wanita kemudian dengan bernafsu mengusap-ngusap wilayah segitiga sorgawi itu. Venna meronta dan menjerit, namun teriakannya ditelan oleh deru mobil yang kencang. Mobil itu terus melaju di pagi yang sunyi itu, menenggelamkan teriakan wanita cantik yang malang itu. Setelah setengah jam lebih perjalanan, mobil itu berhenti di sebuah tempat yang sunyi, ada sebuah bangunan kecil di situ seperti bekas sebuah gudang yang telah lama tidak digunakan. Mereka membawa Venna ke dalam gudang itu lalu mendorongnya ke sebuah tumpukan jerami kering, hingga wanita itu tergeletak di sana.
Wajah mereka yang seram itu siap memangsa dirinya yang tak berdaya. Venna makin ketakutan, nafasnya ngos-ngosan dan pergelangan tangannya yang terikat terasa sakit karena terus berontak di mobil tadi. Salah seorang dari mereka menghampirinya dan langsung merengut kemeja yang dikenakan Venna hingga beberapa kancingnya terlepas dan terlihatlah payudara montoknya yang masih tertutup bra merah. Kontan Venna pun menjerit dibuatnya
“Ck ck ck perempuan ini masih bahenol padahal udah turun mesin” ujarnya penuh nafsu melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Venna, memang walau usianya hampir kepala empat dan beranak dua, tubuhnya tetap padat dan berisi karena rajin menjaga kebugaran tubuhnya.
“Siapa kalian??!!! jangann …mau apa kalian sebenarnya!!” jerit Venna dengan sesegukan.
“Hehehe Bu Venna jangan salahkan kami Bu, ini resikonya kalau masuk dunia politik, musuh bisa di mana aja termasuk dari partai ibu sendiri, kita ini cuma jalanin tugas kok!” katanya menyeringai sambil meremas payudara Venna dari luar branya
Venna benar-benar bingung bercampur takut, siapa gerangan yang tidak menyukainya sampai harus melakukan hal ini? Ada seseorang yang tidak senang dengan tindakan politiknya tapi apa itu? apa yang salah dengan tindakannya? Ia merasa selama ini ia berpolitik dengan benar tanpa menerima suap ataupun korupsi. Siapa pula yang dimaksud sebagai orang dalam partai seperti kata pria itu tadi? Apakah ada yang tidak senang padanya di dalam partai yang sama?
“Ayo cepetan coy… kita udah gak sabar nih pengen ngetotin anggota dewan yang terhormat ini” ujar temannya yang tadi mengendarai mobil.
“Gua udah ngaceng berat nih! Kita mulai aja!” ujarnya mendekati Venna, posisi tangan Venna yang terikat membuat tangan lelaki itu leluasa mengoyak kemeja safari yang dikenakan Venna hingga sisa kancing yang belum terbuka kini terlepas semua.
Bagian tubuh atas Venna pun terlihat lebih jelas. Venna mengenakan bh berwarna merah. Kulitnya masih kencang untuk wanita seumur dirinya.
“Wah… memang kulit artis beda dengan kulit lonte ya…udah beumur gini masih tetep kencang dan mulus” ujar pria yang hendak memperkosa Venna yang diketahui bernama Rembo itu.
“Biadabb kalian… iblisss!!!” maki Venna.
“plakkk !!“ tangan Rembo melayang ke pipi Venna hingga ia meringis kesakitan.
“Kamu tuh sekarang pelacur kami tahu!!! Liat aja…kamu nanti akan kami apakan ibu anggota dewan yang sombong ini” ancamnya dengan wajah bengis, muka Rembo memang bengis, hitam dan ditumbuhi cambang yang lebat.
Rembo melepas pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat, badannya dipenuhi bermacam tattoo, dan batang penisnya telah berdiri tegak. Venna bergidik melihat benda yang menggantung di selangkangan pria itu. Membayangkan penis hitam dan berbulu lebat itu akan memasuki liang kewanitaannya saja, Venna merasa dirinya sudah tak tertolong lagi.
“Aampunn masss… jangan perlakukan saya begini, apapun yang kalian minta akan kuberikan, tapi tolong jangan lakukan ini pada saya” rengek Venna pada mereka yang tentu saja tidak mereka pedulikan.
“ahh… nanti aja bicara kalau udah merasakan punyaku!!” ujar Rembo yang langsung memeloroti celana panjang yang dikenakan Venna dengan paksa,
“hhhh…ampunnn jangannnnn!!!” teriak Venna saat rembo merengut celananya. Kemudian dengan paksa rembo mengangkangkan kedua kaki Venna. Dan langsung menciumi daerah selangkangan Venna yang masih tertutup celana dalam berwarna senada dengan branya itu.
“ uhhhh.. arghhhhh..ohhhh” jerit Venna mengap mengap saat selangkangannya diciumi oleh Rembo.
Sementara ketiga temannya tertawa tebahak-bahak melihat kelakuan Rembo. Venna menatap pria itu yang sedang melumat vaginanya dari luar celana dalam dengan ketakutan,
“Jangan, jangan Ohhh!!” ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam Venna sehingga bagian bawah tubuhnya telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan Venna yang ditumbuhi bulu-bulu halus terawat yang tidak begitu lebat. Venna menangis terisak-isak meratapi nasibnya. Para lelaki yang berada di sekitar Rembo itu pun pada terdiam melongo melihat indahnya kemaluan artis cantik itu. Untuk sementara ini mereka hanya dapat melihat Rembo mereka mengerjai Venna.
Kini Rembo kembali memposisikan kepalanya tepat di hadapan selangkangan Venna yang nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa membuang waktu, direntangkannya kedua kaki Venna hingga selangkangannya agak sedikit terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan Venna dengan bibirnya. Dengan rakus bibir dan lidah Rembo mengulum, menjilat-jilat lubang vagina Venna, badan Venna pun menggeliat-geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat mulai banjir membasahi tubuhnya, dan rintihan-rintihannya pun mulai keluar dari bibirnya akibat ganasnya serangan lidah Rembo pada kemaluannya,
“Aahh.. sssshhhh.. hhmmh!!” desahnya dengan tubuh menggeliat
Tidak tahan melihat itu, si sopir yang bernama Joni dan seorang yang bernama Edo yang berdiri di samping langsung meremas-meremas payudara Venna yang masih terbungkus BH itu.itu. Sementara itu seorang lagi sedang mengarahkan sebuah handycam kecil ke arah mereka merekam pemerkosaan itu. Venna sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu ketiga pria itu. Jari-jari Rembo meraba secara liar daerah liang kemaluan yang telah banjir oleh cairan kewanitaan Venna dan air liurnya. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk.
“Aakkh.. Ooughh..” Venna semakin keras mengerang-ngerang.
Setelah puas dengan selangkangan Venna, kini Rembo bergeser ke atas ke arah wajah Venna. Kini giliran bibir merah Venna yang dilumat oleh bibir tebalnya. Sama ketika melumat kemaluan, bibir Venna pun dilumat dengan rakusnya, dicium, dikulum dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut wanita itu.
“Hmmph.. mmph.. hhmmp..” Venna hanya dapat memejamkan mata dan mendesah-desah tertahan di antara cumbuan kasar Rembo.
Bunyi decakan dan kecupan semakin keras terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-netes. Kemudian mulut Rembo turun menjilati dan menghisap leher jenjang Venna.
Pria lainnya pun kini semakin ganas menggerayangi tubuhnya. Joni merenggut bra merah itu dengan kasar hingga robek. Buah dada Venna yang bulat montok dengan puting coklat itu pun tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wuih…teteknya, bener-bener yahud, masih kenceng!” sahut Joni sambil meremas payudara kirinya dengan gemas
“Nah sekarang waktunya jos!” sahut Rembo yang disambut oleh kegembiraan teman-temannya
Kini Rembo yang telah puas berciuman berlutut di antara kedua belah paha Venna yang terbuka lebar. Nafas wanita itu terengah-engah akibat percumbuan dengan Rembo tadi, matanya masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri seolah membuang wajah dari pandangan Rembo. Nampaknya pria ini mempunyai kedudukan tinggi di antara mereka karena kedua pria itu menyingkir sementara ketika ia akan memulai eksekusi.
“Beginilah wanita!! Muna…awalnya bilang gak mau, tapi kalau udah dipegang memeknya dikit aja….eeehh…ngecrot juga” ujar Rembo meledek Venna yang memang telah mengalami orgarme yang membasahi liang vaginanya akibat serangan lidah dan jari pria itu yang menjilat, menyedot dan mengorek ngorek liang kenikmatannya barusan.
Kini Rembo meluruskan posisi tubuh Venna dan merentangkan kembali kedua kakinya hingga selangkangannya terkuak sedikit kemudian mengangkat kedua kaki itu serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada Venna. Kemaluan Venna yang kemerahan itu pun kini menganga seolah siap menerima serangan. Tangis Venna semakin keras, badannya terasa gemetaran, dia tahu akan segera menjadi korban perkosaan. Rembo pun mulai menindih tubuh Venna, tangan kanannya menahan kaki Venna, sementara tangan kirinya memegangi batang kemaluannya membimbing mengarahkan ke lubang vagina Venna yang telah menganga.
“Ouuhh.. aah.. ampuunn…jangan lakukan, saya mohon!” rintih Venna.
Badan Venna menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
“Aaakkh..!” Venna menjerit keras, matanya mendelik, badannya mengejang keras saat Rembo dengan kasarnya menghujamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vaginanya dan melesakkan sisanya secara perlahan ke dalam lubang vagina Venna yang masih kencang dan rapat itu.
Keringat pun semakin membasahi tubuh Venna. Badannya semakin menegang dan mengejang keras disertai lolongan ketika kemaluan Rembo berhasil menembus kedalam liang vaginanya yang pernah melahirkan dua orang anak tersebut. Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Venna, Rembo mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Lendir pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Venna yang sedang disusupi kemaluan Rembo itu. Dengan irama cepat Rembo mulai menggenjot tubuh Venna .Rintihan Venna pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Rembo.
“Ooh.. oh.. oohh..!” badannya terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan Rembo yang semakin bernafsu.
Setelah beberapa menit kemudian badan Rembo menegang, hujaman-hujaman penisnya semakin ganas dan cepat hingga akhirnya disertai erangan kenikmatan, Rembo berejakulasi di rahim Venna. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Venna hanya dapat pasrah menatap wajah Rembo dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Rembo kembali menusuk pelan untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuhnya.
Venna kembali menangis tersedu-sedu menyadari dirinya telah ternoda, ia nampak sangat shock. Badan Rembo yang menindih tubuhnya pun terguncang-guncang jadinya karena isakan tangis wanita itu.
“Gimana rasanya Bu? Enak kan? Gak usah pura-pura suci gitu lah!” kata Rembo sambil membelai-belai rambut Venna dan mencium ringan pipinya
Beberapa saat lamanya Rembo menikmati kecantikan wajah Venna sambil membelai-belai rambut dan wajah Venna yang masih merintih-rintih dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina Venna.
“Saya kasih tau aja, gini nih kejamnya dunia politik Bu, kalau mau nyalahin, salahin aja tuh rekan partai ibu yang nyuruh kita hehehe!” sambung Rembo sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari vagina Venna.
“Ayo giliran siapa sekarang?” ujar Rembo kapada teman-temannya.
Baru saja Rembo selesai bicara, Edo sedari tadi cuma menonton dan menahan nafsu sudah langsung mengambil posisi di depan Venna yang masih lemas terkulai diatas tumpukan jerami. Joni yang tadinya mau maju kini mereka mundur lagi, karena posisinya dalam geng ini di berada di bawah Edo sehingga ia mau tidak mau harus mengalah. Edo yang berumur pertengahan 30 dan bertubuh gempal ini segera melepaskan celana jeans kumalnya, dan kemudian berlutut tepat di atas dada Venna. Kemaluannya yang telah tegang tidak kalah besarnya dengan kemaluan Rembo itu kini tepat mengarah di depan wajah Venna. Venna pun membuang muka sambil memejamkan matanya. Ia merasa jijik melakukannya apalagi melihat kemaluannya yang menjijikkan dengan kepala tak bersunat itu. Edo menjejali benda itu dengan paksa ke bibir Venna untuk mengoralnya. Tangannya yang kokoh meraih kepala Venna dan menekankan mulut wanita itu pada kemaluannya. Venna pun mau tidak mau membuka mulut karena rambutnya dijambak dan kepala penis itu terus dijejali ke bibirnya, benda itu langsung masuk ke dalam mulut Venna hingga masuk sampai pangkal. Sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibir Venna yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal oleh kemaluan Edo yang besar itu. Edo mulai memaju-mundurkan batang penisnya di dalam mulut Venna yang megap-megap karena kekurangan oksigen. Pria itu memompa kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga buah zakarnya memukul-mukul dagu artis cantik itu
.
Gesekan bibir Venna dan penis yang sedang dikulumnya menimbulkan bunyi kecipak dan desahan tertahan. Sejujurnya Venna tidak suka melalukan oral seks yang dianggapnya menjijikkan, bahkan dengan suaminya saja ia jarang melakukannya, pemaksaan ini membuatnya sangat tersiksa terlebih aroma penis itu cukup menusuk. Sapuan lidah dan hisapan Venna membuat Edo semakin terbang ke awang-awang dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Venna. Sesekali Venna tersedak dan hampir muntah karena brutalnya pria itu menyetubuhi mulutnya. Sekitar sepuluh menitan penis hitam Edo sudah keluar masuk di mulutnya dan membuat Venna makin lemas dan pucat. Tak lama kemudian, akhirnya tubuh Edo pun mengejang keras, pria itu mendesah dan menumpahkan spermanya di rongga mulut Venna. Venna yang merasakan semburan dahsyat di mulutnya tersentak dan kaget, cairan itu begitu kental dan berbau tidak sedap, ia ingin menarik kepala dan memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Edo di kepalanya keras sekali, sehingga dengan terpaksa Venna menelan sebagian besar cairan putih kental itu.
“Aaah…sedothh terus Bu!” Edo melenguh keenakan sambil mengeluarkan isi penisnya sampai benda itu menyusut di mulut wanita itu.
Begitu pria itu menarik lepas penisnya, Venna langsung meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Ketika masih terbatuk-batuk dan berusaha meludahkan sperma yang tertumpah di mulutnya, tiba-tiba lengannya ditarik seseorang dan orang itu segera menindihnya. Orang itu tak lain adalah Joni, si sopir, yang sudah tidak sabar menanti gilirannya.
“Uuuh…sudah cukup…jangan lagi!” Venna mendesah dan meronta lemah berusaha menghindar dari pria itu
Setelah itu dengan kasarnya pria itu menggerayangi kedua payudara Venna. Seperti kelaparan, mulutnya mencaplok gunung kembar itu serta mengisapinya dengan gemas. Si pria yang memegang handycam mendekatkan alat itu ke arah payudara Venna yang sedang dilumat. Joni dengan gaya kampungan melihat ke kamera sambil memberi tanda v dengan dua jarinya.
“Aah… sudah hentikan…ampun!” sambil menangis sesegukan Venna mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Namun toh semua itu tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Joni dengan rakusnya terus melahap kedua bukit kembar payudara Venna yang montok secara bergantian. Diremas-remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua gunung yang indah itu hingga meninggalkan bercak-bercak kemerahan dan mulai membengkak. Setelah puas mengerjai payudara Venna, Joni mengarahkan penisnya ke vagina wanita itu, siap menyatukan tubuh mereka.
“Aaakkhh!!” rintihan Venna memenuhi ruang itu karena Joni telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vaginanya.
Mata artis cantik itu kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang kejantanan pemerkosanya.
Tanpa membuang waktu lagi, Joni langsung menggenjot penisnya di dalam kemaluan Venna. Kembali Venna hanya dapat merintih-rintih seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu. Ketiga teman Joni menyorakinya seperti sambil menonton dan menghisap rokok.
“Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!” Joni melenguh panjang dan matanya berkejap-kejap merasakan dinding vagina Venna makin berdenyut meremasi penisnya.
Pria itu semakin liar menyetubuhinya, tangannya tak pernah lepas dari sepasang payudara montok itu. Selang beberapa menit kemudian ia pun akhirnya berejakulasi di rahim Venna. Dia pun akhirnya tumbang setelah menyemprotkan tetes sperma terakhirnya.
“Hehehe…sedap, memek Ibu emang legit” katanya sambil mengecup bibir Venna.
Nampak pada belahan vagina Venna yang masih tertancap penis Joni mengalir cairan putih kental bercampur dengan cairan kewanitaannya yang berwarna bening.
“Gua sekarang…Do, gantiin gua nge-syuting dong!” sahut pria yang daritadi mensyuting Venna itu pada temannya.
Kini giliran si kameramen yang juga tidak kalah berwajah garang, orang itu bernama yang bernama Hendrikus, badannya tegap dan besar serta berotot, rambutnya kribo dan kulitnya gelap, ia berasal dari Papua, usianya sekitar 35 tahun. Venna ingat orang ini adalah yang menariknya paksa keluar dari mobilnya. Ia dengan santai mulai mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang belum disunat itu pun sudah ereksi maksimal. Venna yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang pasrah. Kini hanya tinggal senggukan-senggukan kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-engah dan tubuhnya masih terasa pegal-pegal karena disetubuhi tiga pria sebelumnya. Setelah telanjang, pria itu mendekati Venna dan menarik tubuhnya. Cengkraman tangannya kuat sekali, dia membalikkan tubuh Venna hingga telungkup, lalu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Venna dan menariknya hingga posisi wanita itu menungging. Jantung Venna pun berdebar-debar menanti akan apa yang akan terjadi pada dirinya.
“Tidak…aakkhh.. ja.. jangan di situu!!” tiba-tiba Venna menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya kembali menegang keras.
Ternyata Hendrikus berusaha menanamkan batang kejantanannya di lubang anus Venna. Tanpa merasa kasihan, ia dengan santainya mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-lahan ke dalam lubang anus Venna.
“Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!” Venna meraung-raung kesakitan, badannya semakin berkelejotan menahan nyeri akibat penetrasi penis jumbo pria Papua itu.
Tak lama kemudian Hendrikus bernapas lega ketika seluruh kemaluannya berhasil memperawani anus wanita itu. Venna tampak ngos-ngosan dan berlinang air mata, belum juga ia beradaptasi, pria itu sudah mulai menyodominya dengan kedua tangan memegangi pinggulnya. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang sehingga membuat tubuh Venna tersentak-sentak.
“Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah.. oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!” begitulah rintihan Venna sampai akhirnya Hendrikus berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Venna yang juga telah mengalami pendarahan itu.
Namun belum lagi habis sperma yang dikeluarkan oleh Hendrikus di lubang dubur Venna, dengan gerakan cepat pria itu membalikkan tubuh Venna yang masih mengejang kesakitan hingga telentang. Karena masih belum puas, maka Hendrikus kembali menusukkan lagi kejantannya, kali ini ke lubang vagina Venna.
“Oouuff.., aahh..!” Venna kembali merintih saat kemaluan Hendrikus menusuk lubang vaginanya dengan kasar.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Hendrikus kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan kasar sampai-sampai tubuh Venna yang tidak berdaya itu membentur-bentur lantai berlapis jerami di bawahnya.
“Ouh.. oohh.. ohh..!” Venna merintih-rintih dengan mata terpejam, kedua payudara montok itu tergoncang-goncang seirama tubuhnya.
Akhirnya sekitar sepuluh menit kemudian Hendrikus berejakulasi kembali, yang kali ini di rongga vagina Venna. Begitu Hendrikus menarik lepas penisnya, Edo yang nafsunya bangkit lagi kembali maju, rupanya ia masih ingin menikmati kehangatan tubuh artis cantik itu, ia buru-buru mengoperkan handycam pada Joni
“Sini gua lagi…ketagihan nih, kapan lagi ngentotin artis coba!” katanya
Pria itu menekuk kaki Venna hingga lututnya bersentuhan dengan dada dan telapak kakinya serta vaginanya menghadap atas, lalu ia menekan ke bawah penisnya hingga menyeruak masuk ke vagina Venna. Kali ini Venna hanya merintih kecil karena terlalu lelah dan kering tenggorokannya. Ia juga makin terbiasa dengan rasa sakit itu. Beberapa menit lamanya Joni memompa tubuh Venna yang sudah loyo itu. Bunyi berdecak terdengar setiap kali Joni menghujamkan penisnya ke liang vagina Venna yang telah sangat basah.
Badan Venna hanya tersentak-sentak lemah seperti seonggokan daging tanpa tulang sampai rahimnya kembali dibanjiri oleh sperma.
“hhhh….ssiiippp, memek yang seret!! bener-bener memek artis!!” ujarnya puas.
Keempat orang tadi memang telah mendapat jatah tubuhnya, tapi itu bukan berarti penderitan Venna berakhir. Rembo dan Hendrikus kembali bangkit dan mereka secara bersamaan meyetubuhi tubuh Venna dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Merasa sudah cukup merekam adegan, Joni yang memegang kamera, meletakkan alat itu dan ikut bergabung dengan teman-temannya menjarah tubuh Venna. Empat pasang tangan kasar pun menggerayangi tubuh mulus itu. Venna yang sudah lelah untuk berontak hanya bisa meneteskan air mata merenungi nasibnya yang malang. Tatapan matanya terlihat kosong ketika disetubuhi. Sperma mereka muncrat di mana-mana baik di dalam ataupun di luar tubuhnya, wajah, rambut, dada, perut, paha dan selangkangan semua tidak ada yang lepas dari semprotan sperma keempat pria bejat itu. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, kebrutalan mereka telah menyebabkan Venna tidak sadarkan diri. Tubuh telanjangnya yang telah belepotan keringat dan sperma para pemerkosanya itu tergolek lemas di atas jerami. Para pemerkosa itu kini telah berpakaian kembali sambil tersenyum puas karena telah menikmati kehangatan tubuh artis dan politikus cantik serta ibu beranak dua itu. Setelah mereka beres mereka meninggalkan wanita itu begitu saja di gudang terlantar itu.
“Beres tugas kita, tar sorean gua lapor sama minta bayarannya!” kata Rembo, “sekarang kita buruan cabut sebelum ada orang dateng”
“Dia gimana Bos?” tanya Joni
“Biarin aja, kan masih ada bajunya robek-robek, dibawa berabe, tenang aja dia ga bakal banyak omong kok, kita kan punya ini!” jawab Rembo menunjukkan handycam di tangannya.
*************************
Pukul enam sore, hari yang sama, di sebuah rumah
“Bagus…kerja kalian memang bagus, gak percuma saya membayar kalian!” kata seorang pria di balik meja pada Rembo yang berdiri di hadapannya.
Mata pria itu memandang pada layar laptop di mejanya, nampak handycam yang tadi dipakai untuk merekam perkosaan Venna tadi terhubung dengan kabel data ke laptop tersebut.
“Ahh…sudah selesai!” kata pria itu setelah proses transfer data selesai.
Pria itu lalu mengklik file yang baru didapatnya itu hingga di layar tampil media player yang menjalankan file movie. Pada bibirnya yang di atasnya terdapat kumis tipis itu terkembang sebuah senyum, senyum yang mesum dan memuakkan, ketika melihat adegan film itu.
“Bagus sempurna…bener-bener bahenol ya si Venna itu, gak sabar saya pengen nikmatin dia juga hahaha! Sekarang tinggal potong dikit yang mukanya ga terlalu jelas lalu sebar di internet, setelah publik bereaksi saya yang akan angkat bicara apakah asli atau nggaknya, nah saat itu dia sudah gak bisa lepas dari genggaman gua, gua juga bakal dianggap pahlawan partai gua karena berani berterus terang tentang skandal sesama anggota partai…hak…hak…hakk!!” tawa pria itu dengan mesum.
“Dasar otak memek…ngaku-ngakunya doang pakar telematika, taunya cuma pakar bokepmatika! Bisanya cari sensasi melulu, nih negara tambah gawat kalau yang ngaku pakar kaya satu ini” gerutu Rembo dalam hati melihat kebejatan pria itu, “yah gimana lagi, dengan makhluk-makhluk kaya satu ini baru profesi gua sama temen-temen bisa menghasilkan fulus.”
Rembo pun akhirnya mohon diri setelah menghitung jumlah uang dalam amplop yang diterimanya benar. Pria berkumis itu masih tersenyum-senyum mesum sambil terus menonton adegan perkosaan Venna Melinda, seribu satu pikiran dan fantasi kotor memenuhi kepalanya memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah ini.
“Hehehe…liat aja nanti Ven, tunggu pembalasan gua gara-gara dulu pernah ngatain gua pakar gak jelas waktu kasus foto bugil Azhari bersaudara!” senyum licik kembali menghias bibir berkumis pria itu.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3371