Bila Pria Ditolak Cintanya
Miyori sebenarnya bukan gadis paling cantik yang pernah kukenal,
tetapi entah mengapa, sejak pertama kali aku meninggalkan kedua
orangtuaku di Tokyo untuk berkuliah di Kobe, Miyori seakan
memberikan kepadaku rasa percaya diri baik bagi pribadiku maupun
tugas-tugas akademisku. Satu hal yang kuketahui, Miyori telah
memiliki seorang tunangan di Hiroshima, namanya Ito. Miyori dan
tunangannya itu saling mengunjungi minimal tiga bulan sekali.
Suatu kali, kami menyelesaikan tugas laboratorium jauh lebih awal
daripada jadwal yang kita tetapkan. Setelah makan siang bersama,
kami bersantai ria duduk di atas lantai sambil bersandaran ke
dinding. Aku berkata, "Miyori-san, apakah anatawa menyadari bahwa
Hiroshi memberikan perhatian khusus pada Miyori?"
Miyori mengangguk pelan, dengan senyuman seolah ada sesuatu yang
lucu. "Miyori-san... Hiroshi mengharapkan bila terjadi sesuatu di
antara Miyori-san dan Ito-san, Hiroshi boleh menggantikan tempat
Ito-san." "Hiroshi-san", kata Miyori, "Miyori menghargai perasaan
Hiroshi pada Miyori. Bagaimanapun, Miyori sudah menambatkan hati
pada pemuda lain..." Aku merasa hatiku hancur berantakan. Hari itu
serasa menjadi neraka. Itulah saat pertama dalam hidupku aku
menyatakan dan ditolak cinta. Miyori tahu persis perasaanku.
Dipegangnya kedua tanganku sambil berkata, "Hiroshi-san, berjanjilah
pada Miyori bahwa Hiroshi akan menjalin hubungan yang baik lagi
dengan gadis yang lain!"
Keesokan harinya, ketika kami belajar bersama lagi, aku membisikkan
ke telinganya, "Miyori-san, Hiroshi senang sekali bisa membuat
Miyori-san tertawa terpingkal-pingkal seperti kemarin itu."
Miyori memandang ke arahku, tersenyum dan tertawa kecil, "Habis
cerita kamu lucu sih..."
"Sama seperti Michiko dulu waktu melihat tubuhku..." kataku pelan.
Miyori menatap matanya ke arahku, terdiam. Tak lama kemudian ia
berkata, "Apa yang Hiroshi lakukan bersama Michiko?"
"Hiroshi memberitahu Michiko bahwa Hiroshi seorang pria..." jawabku
lirih.
"Kenapa? Apakah Hiroshi suka melakukan hal itu?" tanyanya lagi.
"Tidak! Hiroshi memberitahukannya hanya kepada orang-orang yang
Hiroshi cintai..."
Miyori terdiam dan tersenyum lucu. Sambil mengembalikan perhatiannya
pada buku di hadapannya, Miyori berkata lirih, "Asyik, dong?"
Seperti tersumbat tulang aku mencoba berbicara lagi, "Asyik?
Bolehkah Hiroshi memberitahu Miyori-san bahwa Hiroshi seorang pria?"
Miyori hanya menggerakkan matanya yang kecil itu kepadaku, sebentar
kemudian tersenyum simpul, setengah tertawa kecil mengatakan, "Boleh,
asal gratis..."
"Apa maksudnya gratis?" tanyaku berbasa-basi.
"Maksudnya gratis ialah Miyori tidak memberikan sesuatu balik apapun
pada Hiroshi..."
Tak lama kemudian kami berada di dalam dormitory Miyori. Aku berkata,
"Miyori, sebelum aku memberitahukan pada Miyori, bolehkah Hiroshi
menyatakan sesuatu di telinga Miyori dan Miyori menjawabnya?" Miyori
menjawab, "Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak memberikan sesuatu
balik kepada Hiroshi!" Aku berkata lagi, "Tidak ada hubungannya
dengan hal itu kok..." Miyori menganggukkan kepala sambil berkata, "Boleh..."
Aku menghampiri Miyori yang berdiri terpaku di sana. Tanganku
memegang kedua tangannya, dan mulutku kudekatkan pada telinganya.
"Miyori-san, kalau Hiroshi melakukan hal ini pada Miyori-san, itu
pertanda bahwa Hiroshi masih mencintai Miyori-san..." Miyori terdiam
kaku, tidak mengatakan apa-apa. Aku meneruskan, "Ini saat pertama
dalam hidup Hiroshi bahwa Hiroshi menyatakan diri sebagai seorang
pria di hadapan gadis yang menolak cinta Hiroshi.
Miyori seperti terkesiap mendengar itu semua. Mukanya merah, diam,
tidak mengatakan sepatah katapun. Tak lama kemudian aku mengambil
sebuah kursi, mendekatkannya ke tempat tidur, dan mensilakan Miyori
duduk di situ. Aku merebahkan diriku ke tempat tidur, dan perlahan
melepas sabukku. Tiba-tiba Miyori tertawa terpingkal-pingkal.
"Miyori-san..." bisikku perlahan, "Sebentar lagi Miyori-san akan
memahami tubuh seorang pria..." Tawa Miyori semakin meledak. Aku
belum pernah melihat seorang wanita tertawa seperti itu. Aku ingin
memastikan bahwa aku menikmati setiap detik dari derai tawa Miyori.
Kelihatannya ini adalah saat pertama Miyori akan melihat dan akan
memahami tubuh seorang pria, dan akulah pria itu.
Aku sudah tidak sabar lagi melihat wajah Miyori merah padam dan
tertawa terpingkal-pingkal melihat tubuhku. Sepertinya derai tawanya
tak bisa dihentikan oleh apapun. Ia tak lagi mendengar ucapanku. Aku
juga tak ingin mengecewakannya dengan memotong rasa gembiranya di
tengah jalan, jadi kuturunkan pakaianku perlahan-lahan sampai rambut
tubuhku terlihat. Sepertinya Miyori sudah tidak tahan lagi dengan
gelak tawanya yang menjadi-jadi. Dipeganginya perutnya dan sesekali
melihat ke arah lain.
"Aduh... aku sudah tidak tahan lagi..." katanya memegangi perutnya
yang mungkin sakit akibat tertawanya itu. Aku juga sudah tidak tahan
lagi untuk berhenti. Dengan sekejap mata kulepas pakaian terakhirku
dari kedua kakiku. Miyori semakin terpingkal-pingkal melihat tubuh
priaku. Sebenarnya aku ingin mengajak tangannya membelainya lembut,
tetapi tidak kulakukan karena satu tangannya memegangi perutnya dan
tangan yang lain di depan mulutnya. Rupanya ia tanpa sengaja
mengeluarkan banyak air ludah karena tertawanya itu.
Aku membelai-belai tubuhku sendiri. Aku membisikkan kepadanya, "Miyori-san,
ini tubuh Hiroshi..." Tak lama kemudian aku menarik nafas panjang,
berbisik pada Miyori, "Miyori, perhatikan tubuh Hiroshi..." dan aku
melepas jauh nafasku, memancarkan air kepriaanku dan mendesah
panjang beberapa kali karena kenikmatan. Miyori semakin tertawa
terpingkal-pingkal. Tak lama kemudian aku terbaring diam di sana.
Miyori masih tertawa. Akhirnya aku mengambil handuk yang sudah
disiapkan, membersihkan tubuhku, membalutnya, mengambil semua
pakaianku dan berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. Tawa Miyori
sedikit mereda ketika aku selesai membersihkan diri dan berpakaian
lengkap kembali. Miyori tertawa cekikikan waktu aku berkata, "Miyori,
besok Hiroshi teruskan lagi. Kapan saja Miyori menginginkan untuk
melihat tubuh Hiroshi, Hiroshi selalu bersedia..." Tak lama kemudian
ia reda, dengan senyum panjang menungging di bibir, Miyori
menyilakan aku pulang.
Keesokan harinya aku kembali memperlihatkan tubuhku pada Miyori di
tempat yang sama. Ia kembali tertawa terpingkal-pingkal dan
cekikikan, tetapi tidak seperti tawanya pada saat pertama.
Dibutuhkan tiga kali "pernyataan" sampai Miyori mengganti tawanya
dengan senyumnya yang lebar, dan dua kali "pernyataan" lagi untuk
mengganti senyumnya yang lebar itu dengan tatapan matanya yang
mungil itu. Saat yang keenam, Miyori mengajak Ryu dan Ellin untuk
melihat tubuhku, Ryu dan Ellin tertawa terpingkal-pingkal, tetapi
Miyori hanya tersenyum lucu, dan sorotan matanya tidak lagi "menghunjam"
tubuhku, tetapi menikmati gelak tawa Ryu dan Ellin.
Miyori akhirnya menikah dengan pria lain, tetapi aku bisa memastikan
bahwa pria itu bakal salah tingkah melihat Miyori yang sudah
memahami tubuh seorang pria.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2460