Tawa Sutra XXX
Hari itu Dokter Budi kedatangan pasiennya sepasang suami istri, Pepi dan Sabria, dengan santai Dokter Budi mengangguk kepada Pepi dan Sabria yang dibalas dengan anggukan kedua orang itu. Dokter Budi tersenyum, keduanya pun membalas senyuman sang dokter. Kening Pepi berkerut membentuk angka 11 saat menyadari Dokter Budi tersenyum sambil melirikkan ekor matanya ke arah dada Sabria.
“Dok, gimana caranya biar istri bisa hot di ranjang?” Pepi bertanya serius kepada dokter Budi, sekaligus untuk mengalihkan ekor mata Dokter Budi yang terus mengintai tonjolan dada Sabria.
“Ooooh biar hoooot” ujar dokter Budi dengan mulut dimonyongkan dan suara dipanjang-panjangkan, sementara ekor matanya mengerling-ngerling mesum mengintai dada Sabria.
“plak…!!.ye, dokter becanda” Pepi menampar mulut Budi sambil menggerutu.
Dokter Budi sendiri misuh-misuh sambil memegangi bibirnya yang seksi itu, matanya sedikit juling akibat tamparan mendadak yang mampir saat ekor matanya sedang melirik kearah tonjolan buah dada yang menggiurkan.
“Gimana dong solusinya dok?” tanya Pepi lagi
“Gampang, itu… olesin sambel aja yang banyak… ntar juga hooooooot” gurau dokter Budi lagi
“Eeeeh… becanda… becanda…” seru dokter Budi sambil cengengesan demi melihat tangan Pepi siap menowel bibir sexynya lagi, Sabria sendiri tampak sibuk menenangkan Pepi yang tampak emosi.
“Nah, pep” kata dokter Budi akhirnya,
“sebenarnya gimana cara kalian bercinta sih? kok istri seseksi Sabria sampe ngga bisa hot?”
“Waaah, dok… malu dong kalo di ceritain” kata Pepi sambil saling cubit menahan malu dengan Sabria.
“Ye… gimana mau kasih solusi kalau ngga tau masalahnya,” omel dokter Budi, “makanya rambut itu ditaro di kepala, bukan di dagu” celetuknya lagi dan berakibat bibir sexynya kembali dicium tangan Pepi
“Udah ah… udah,” sergah dokter Budi, “mau diobatin kaga?”
“Iye….dok, iyeeee…”, omel Pepi.
“Gini dok, saya udah coba bermacam gaya, teknik, buku, daaaan lain sebagainya, tapi bini saya ngga hot juga dok, gimana dong?”
“Wah, berat”, kata dokter Budi sambil manggut-manggut kaya profesor,
“saya harus lihat praktek langsungnya”
“Haaaah? yang bener aja dok, masa saya harus ngentot di depan dokter?” sembur Pepi
“Soalnya kasus anda unik sekali, saya harus yakin.”
“Ah, ngga ah. Ngga mau.”
“Ya udah, saya ngga bisa bantu”
“Yee dok, masa harus begituan di sini sih?”
“Supaya saya yakin kalau Sabria itu frigid, bodoh”
Pepi mesem, Sabria tampak kikuk, dokter Budi bergaya ala James Bond, pegang dagu sambil menggut-manggut kaya burung kaka tua.
“Ya, oke deh dok…, tapi ada syaratnya saya mau lihat dulu pasangan yang sudah sukses, yahh, minimal saya harus tahu dulu successful storynya dong” kata Pepi panjang lebar sambil menatap dokter Budi dengan tatapan mata curiga.
“yawdahhh… kamu ikut saya ke belakang…, tapi Sabria tunggu di sini yaaa!”
“oke lah…, kalau begitu…, ehh emang mo Dok ?? entar kalau saya sampe diapa-apain gimana??”
“mau juga gua bini lu yang gua apa-apain , bukannya elu dodolll…!!”
“sorry dokkk,jangan marah gitu dooonggg he he he”
Pepi mengikuti Dokter Budi dari belakang,
“ARGGHHH.. ARGGGHHHH… ARGGGG…!!”
Tiba-tiba Pepi dikejutkan dengan suara erangan keras yang misterius.
“waduhh…, suara apaan itu dok ?? “
“ini.., euhhmmm…itu, pasangan yang kelewat sukses.” Dokter Budi menggaruk-garuk kepala.
“Kelewat sukses ?? sukses gimana dok ??coba saya liat…”
Dengan hati-hati Dokter Budi membuka pintu kamar di mana terdengar erangan keras seorang pria tersebut. Pepi melongokkan kepalanya mengintip dari balik pintu kamar berukuran 3 x 4 meter, mata Pepi mendelik, kedua lututnya serasa goyah dan gemetaran, keringat dingin seketika mengucur membasahi punggung dan dadanya.
“Heggghhh.!!Egggggkkkhhh…!!, ENnnnGAHHHH…!!”
“hi hi hi hi hi.. hi hi hi hi hi Amingggg… I luv uuuuuu”
Seorang laki-laki bertubuh kurus menggelepar tidak berdaya dibawah tindihan seorang wanita bertubuh gemuk berlemak, wanita itu berteriak – teriak histeris sambil cekikikan dengan posisi woman on top, ranjang itupun bersuara kreketan karena kelebihan beban.
“AKHHHH… Patah…!! Patah gua PRETTTT…!! PRETTTTY…!!”
Aming menjerit, kedua matanya membeliak-beliak, tangannya berusaha menahan gerakan Pretty yang tengah asik menaik turunkan pinggulnya.
“Krekettt… Kreketttt…!! KRAKKKK…. BRAKKKKK…!!MAMPUSSS…!!“
Aming berkelojotan di bawah tindihan tubuh Pretty Asmara saat ranjang itu rubuh.
“Haduhhhhh…., leher gua Dokkkk….!!” lidah Pepi terjulur saat lehernya terjepit oleh daun pintu.
“E-ehhh, sorry, sorrryyy, gua kaget…., leher lu nggak apa-apa Pep??”
Dokter Budi buru-buru membebaskan Pepi.
“Nihhh…., yang nggak apa-apa..”
Pepi melayangkan cakarnya hendak menggaruk wajah Dokter Budi, dengan reflek dokter kita memalangkan lengannya di depan muka untuk memblokir cakaran Pepi, AUHHH…!! Dokter Budi menjerit kemudian meringis saat Pepi menggenggam sesuatu yang lain, sepasang buah di selangkangan sang dokterpun menjadi korban remasan tangan Pepi.
“Dok, Gimana urusannya si Aming bisa barengan gitu ama si Pretty ?? “
“Gini Pep, mulanya Si Aming itu seorang cowok yang frigid, disentuh aja nggak mau, nahhh kebetulan saya punya stock si Pretty, yang gemar sekali menyentuh, makanya untuk menyeimbangkan unsur Yin dan Yang antara yang nggak mau disentuh dan yang rajin menyentuh, saya satuin aja si Aming dan si Pretty dan hasilnya yahhhhhh, seperti yang kamu liat, mereka berdua sulit sekali untuk dipisahkan…!! Biasa, cinta monyet….he he he he”
“Krettttt….!!”
Dokter Budi dan Pepi sama-sama terkejut saat pintu itu terbuka.
“dokterrrr…!! Pepiii, I Luv U Alllll… hi hi hi”
“Mampusss….!! “
Dokter Budi dan Pepi lari tunggang langgang melihat kemunculan Pretty yang hendak mendekap mereka.
—
“Ada apa ini!! Ada ap.. hahhh….??e-uh Bos tangan-in gih…, tar kalau u kalah baru sayah yang turun tangan……, maju Bosss, Ganbateeeee…!! Hidup Bos Shu…., prok prokkk prokkkk….”
Pimp Lord buru-buru mendorong punggung seseorang, bulu kuduk Pimp Lord langsung berdiri tegak tanpa dapat ditawar-tawar lagi. Pimp Lord bertepuk tangan berusaha memberi semangat pada Bos Shu yang ternganga di hadapan Pretty Asmara, bener-bener nggak banding jika ditimbang dari segi ukuran tubuh.
“Wahhhh, Glukk Ceglukk, WAduhhh…, B-be-berat ini…!!WHUZZZ…”
“Bossss…!! Mo ke mana Boss, Ceilehh, cepet amat larinya ?? !!“
Secepat kilat bos kita menyingsingkan kain sarung batik yang dipakainya hingga 5 cm di atas lutut, (ada sebuah tulisan kecil yang tertera, Made in INDONESIA), kemudian dengan reflek bos kita ngacir terbirit-birit dan melompati pagar tembok. Pretty Asmara melompat menerkam Pimp Lord yang meriang panas dingin saat menghindar dari pelukan terdahsyat abad ini.
“Kyaaaaaa…!! BOSSSS…!!! TUNGGGUUU BOOSSSSSSSSSSS…..!!”
Pimp Lord pun lari jatuh bangun menyusul bos kita, dibutuhkan sekitar 20 pria berotot seperti Ade Rai untuk menundukkan Pretty Asmara dan memasukkan wanita itu kembali ke dalam kamar bersama Aming yang masih termegap dan merayap di atas lantai.
“nggakkk.., mauuuu, tulungg euyyyy, Dokteeerrrrrrr…..!! aduh..! gelo siah.. PRETTTTTTYYYY!!@_@” terdengar suara Aming yang melengking saat daun pintu itu kembali tertutup dari dalam.
—
“ini sih nggak bisa Dokk!! masa hasilnya ancur begitu sihhh?! dasar dokter palsu, tukang tipu……, yin ama yang apaan, emangnya matematika + 1 ama – 1 disatuin jadi nol ?? nyang bener aja dokkkk…!!” Pepi mencecar dokter Budi dengan sejuta uneg-uneg di hatinya.
“Heehhh…, jangan sembarangan ya…jangan terlalu mudah memandang permasalahan dari satu sisi dan juga jangan pernah menyamaratakan satu masalah dengan masalah yang lain, sayakan sudah bilang masalah kamu itu beda!!! gitu saja koq repot, ayo ikut saya kasih liat yang lebih HOOT…!! Tapi inget, jangan menganggu aktivitas pasien saya!!!”
Dokter Budi merasa panas saat Pepi menghina dirinya. Pepi mengikuti Dokter Budi ke kebun belakang. Ketika melewati sebuah ruangan yang berisi beberapa layar monitor, Dokter Budi meminta ijin sebentar,
“Sori Pep, gua sekalian ngecek percobaan sebentar, mumpung lewat!” lalu ia memerintah asistennya yang sedang bertugas memantau, “Dul coba kamera di kamar Bang Haji“
Mereka pun tertegun melihat gambar yang muncul. Nampak Rhoma Irama kelabakan dan menggapai-gapai berusaha lepas dari Ivan Gunawan, Indra Brugman, dan Betrand Antolin yang mengeroyoknya.
“Wadoohh…teganya…teganya…teganya!! tulunnggg!! Tulungg!!” Rhoma berteriak-teriak ketika Indra menarik lepas celananya.
“Aduh bulu dadanya aja seksi…eh kakinya juga banyak bulu, duh gemesin deh!” sahut sang madam Ivan Gunawan sambil menarik satu bulu dada Rhoma.
“Bagus…semua ada bulunya!” kata Betrand menirukan gaya sang saja dangdut itu pada iklan Kartu As dengan gaya kemayu, “ekeu paling demen ama cowok berbulu soalnya ekeu kurang bulu”
“Hoek…kok jeruk makan jeruk gini? Percobaan apaan sih ini Dok?” tanya Pepy dengan muka mesem-mesem menahan mual.
“Ini percobaan tentang daya tarik pria berbulu dada terhadap kaum gay Pep, makanya gua minta mereka jadi sukarelawan” jelas Dokter Budi, “Yuk jalan lagi!”
Pepi geleng-geleng kepala atas kegendengan si dokter. Mereka berdua lalu meninggalkan ruang monitor sementara di layar kondisi bang haji Rhoma Irama semakin gawat karena diperkosa ketiga pria penyuka sesama jenis tersebut.
“Hegghh…awas lo Bud…janjinya gua mau dikasih Trio Macan, taunya malah Trio Maho…sungguh ter…la…luh!!” terdengar Rhoma berteriak memaki Dokter Budi.
Keduanya tiba di sebuah taman, Budi mengajak Pepi mengintip dari sebuah tempat yang tersembunyi. Birahi Pepi langsung meledak-ledak saat melihat Ririn Dwi Aryanti tengah duduk bugil sambil mengangkang di sebuah bangku panjang, Lyra Virna tengah asik memainkan jarinya pada belahan vagina Ririn.
“mbak Lyra.. ahhh…”
“ohhh, Ririn, sudah lama aku ingin mencium memekmu sayanggg” Lyra menciumi permukaan vagina Ririn.
“ah-ahhhhh hsssshhhhh….”
Tubuh Ririn tersentak saat mulut Lyra mencucup dan mengemut belahan vaginanya.
“clekkk.. clekkk clekkkkk….” ujung lidah Lyra mengorek dan menusuki belahan vagina Ririn, dengan tidak sabaran Lyra membuka bibir vagina Ririn yang memekik kecil saat bibir vaginanya dikuakkan dengan kasar. Ririn memejamkan kedua matanya rapat-rapat agar ia dapat lebih fokus menikmati jilatan-jilatan lidah Lyra yang menggerayangi tonjolan klitorisnya.
‘Cupphhh.. cuppphhhh… cupphhhh…” mata Lyra berbinar-binar kemudian bibirnya berkali-kali mengecupi bibir vagina Ririn
Pipi Lyra mengempot saat ia mengemuti bibir vagina ririn yang becek oleh lelehan-lelehan cairan vagina gadis itu, setelah puas mencicipi lezatnya vagina Ririn, Lyra duduk di sisi gadis itu, tangannya membelai buah dada Ririn, kontan saja Ririn membuka kedua matanya saat merasakan belaian Lyra. Mata Ririn beradu pandang dengan mata Lyra, bibir Lyra menghampiri bibir Ririn dan menempel dengan erat. Ririn membalas lumatan-lumatan bibir Lyra, tangan ririn merayap mengusap-ngusap permukaan paha Lyra bagian dalam kemudian jari tengahnya mencoblos liang vagina Lyra.
“ahhh, kamu nakal… “ Lyra tersenyum kemudian memangut bibir Ririn.
“Mbakkk…, punya mbak masih seret.. dan peret…padahal..”
“padahal apa sayanggg ?? “ Lyra tersenyum sambil mengusapi paha Ririn.
“emmm, tapi mbak Lyra jangan marah yaa…”
“enggak koqq, ngak akan marah ayo bilanggg…”
“Padahal, itunya Mbak kan pasti udah sering ditusuk ama titit…udah pernah melahirkan lagi”
“ha ha ha ha…, mau tau rahasianya ??”
“he-eh, mau, apa rahasianya Mbak ??”
“nahhh, kalau gituuuu…, kamu harus cobain yang namanya titit…”
Lyra meraih hpnya dan menelepon seseorang dengan nada menggoda.
“Hai.., gabung dong, kita ada di kebun belakang nihh…, dinginnnn”
“Nelpon sapa Mbak ?? “ Ririn bertanya pada Lyra.
“Titit buat kamu….”
“Maksud Mbak Lyra ?? “
Lyra tidak menjawab ia hanya tersenyum penuh arti. Setelah mendengar nada miss call, Lyra duduk di belakang bokong Ririn. Vagina Lyra mendesaki bokong gadis itu, ia membalut kedua mata Ririn dengan secarik kain, mata Pepi mendelik saat dua sosok tubuh menghampiri Ririn dan Lyra. Lyra mengangguk sambil tersenyum manis kepada kedua orang itu.
“ihhh…, siapa nih mbakkk…?? “
Ririn meronta saat merasakan jilatan-jilatan lembut di ujung putingnya dan ia tahu tidak mungkin kalau Lyra yang menjilati kedua puting susunya sekaligus dalam waktu yang bersamaan, pasti ada orang lain….
“Mbak Lyra…, lepasin saya Mbakkk.., aaa…”
Tubuh Ririn bergetar hebat menahan rasa nikmat yang merayapi tubuhnya, cumbuan dan jilatan yang datang silih berganti membuat Ririn serasa melayang ke awang-awang. Lyra tersenyum sambil ikut mencumbui batang leher Ririn, sementara kedua tangan Lyra masih mencekal pergelangan tangan gadis itu yang berusaha melakukan perlawanan, Pepi berusaha mengingat-ngingat dimana ia pernah melihat muka kedua orang itu, Plakkk..!! Pepi menepuk jidatnya sendiri, bukankan itu Ki Daus dan Sule…!!
“nnnnhhh, Mbakk Lyra…mbakkk….”
Ririn menyerah pada rasa nikmat yang mulai menjalari tubuhnya, ia merintih saat Ki Daus menyusu dengan lembut di puncak payudaranya, sementara Sule mencicipi belahan vagina Ririn Dwi Aryanti, batang lidah Sule terjulur panjang memanjakan belahan vagina Ririn yang becek oleh cairan vagina. Setelah Lyra yakin Ririn sudah terbius oleh rasa nikmat, barulah ia melepaskan kain yang membalut mata gadis itu.
“ahh ? Ki Daus…?? Suleeee…?? “
“ehh, neng Ririn, mulus banget bodynya…, lagi ngapain sih pake ngangkang-ngangang segala… ”
Sule cengengesan sambil mengusapi lekuk-liku tubuh Ririn, dengan sigap pria berambut pirang (palsu) dikucir itu menahan kedua kaki Ririn yang hendak merapat..
“Pokoknya Neng Ririn paling top dah…, saya nggak bakalan nolak kalau dinikahkan sama Neng Ririn…, “ Ki Daus mengedipkan mata kirinya dengan nakal.
“Enak ajaaa…,!! Situ sama Ruben aja, Neng Ririn kawin ama Sule aja ya.. Prikitiww” Sule membenamkan wajahnya keselangkangan Ririn Dwi Aryanti.
“Ahhhhhhh…!! S-sule.. enak Suleee.. awwww…”
Mata Ririn sampai terbalik ke atas hingga terlihat putihnya saja saat lidah Sule memijati klitoris gadis itu, rintihannya semakin keras saat Ki Daus meremas-remas induk payudaranya, Don Juan tua yang banyak pengalaman itu mesem-mesem dengan wajahnya yang mesum.
“he he he.., enak ya Rinnn…., aduhhh susu Ririn halus banget sampe ati Ki Daus deg-deg-an begini…”
“ati-ati.., ntar ngak kuat pingsan kiii..” Lyra tersenyum nakal.
“ya enggak lahh, Ki Daus mah kuat kalau soal beginian..hnyumm.. nyummmm”
Mulut Ki Daus mengemut – ngemut puncak payudara Ririn, gadis itu merintih keenakan, rasanya seperti sedang digigit-gigit oleh seekor macan ompong, apalagi saat Ki Daus semakin rakus mengemut-ngemut buah dada Ririn yang semakin membongkah padat, putting susunya pun semakin lancip menantang karena terangsang hebat, Lyra mengusapi rambut Ririn sambil mengecup-ngecup bahu gadis yang tengah dimesumi oleh Ki Daus dan Sule.
“aaa,, nnnhh.. nnhhhhh.. nhhhhh…”
Ririn merintih hebat, ada sesuatu yang membuatnya semakin resah, seperti kencing yang tertahan.
“Aaaaaa…!! Crrutttt.. cruttttt……”
Tubuh Ririn mengejang kemudian mengelinjang saat gelombang klimaks menggeluti tubuhnya, Sule dan Ki Daus menghentikan aktifitas mereka agar Ririn dapat lebih berkonsentrasi menikmati denyutan-denyutan puncak klimaks. Ki Daus mengusap keringat didada Ririn, sementara Sule mengambil posisi menyerang sambil mencekal dan mengangkangkan tungkai paha kanan gadis itu sementara tangan kanan Sule membimbing Sule Jr pada belahan garis vagina Ririn yang masih rapat.
“Bisa kaga Lee..?? “ Ki Daus bertanya cengengesan sambil meremasi buah dada Ririn.
“adu-duu-duhhhh. Ahhhhhh…” Ririn mengeluh saat merasakan desakan-desakan kepala penis Sule.
“AHHHHHHHHHHHH……!! “ gadis itu menjerit keras sambil menendang kepala Ki Daus yang sedang mengintip.
“NGUFFFHHHH…!!OAHHHH….KECROTTTT…!!.”
Wajah Ki Daus mirip seperti orang yang tengah mengalami puncak klimaks.
“makanya Kiii, jangan maen intip seenaknya, baru keserempet dikit aja udah ngecrott..”
Sule cengengesan sambil menekankan batang penisnya lebih dalam lagi pada rekahan vagina Ririn Dwi Aryanti yang meringis kesakitan saat batang penis Sule menerobos memasuki dirinya. Sule menjejal-jejalkan batang penisnya hingga selangkangannya berdesakan dengan selangkangan Ririn. Lyra Virna memapah ki Daus dan mendudukkan si Aki di sebelah Ririn yang tengah dicoblos oleh batang penis Sule.
“duhhh, Mbak Lyra emang baekk sama Aki” Ki Daus memuji kebaikan hati Lyra yang sedang asik mengusap-ngusap batang penisnya yang Loyo, dengan susah payah Lyra membangunkan batang penis Ki Daus.
“Biar gini-gini, titit saya mah paling maknyus Nengg… he he he, ee-hh”
Lyra mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal saat batang ki Daus kembali tertidur, akhirnya Lyra memberikan sebutir pil untuk Ki Daus.
“Minum Kii…”
“apaan nih ?? “
“Udahhh Minum aja, bukan racun koqq…”
“ahhh, biarpun ini racun, Ki Daus mah rela mati demi Neng Lyra…”
Tanpa pikir panjang Ki Daun menelan pil itu, beberapa saat kemudian.
“JRENGGGG….!!” batangan di selangkangan Ki Daus pun bangkit dengan gagah perkasa.
“yahhh, parahh ah si aki…, kudu dicekok dulu baru ngaceng…!!” Sule menyindir Ki Daus yang tersenyum pahit.
“Ouhhh, Neng Lyra!!“ Lyra menghisap-hisap batang penis Ki Daus, yang melingkarkan tangannya memeluk tubuh Ririn yang tengah terguncang dengan lembut
Sementara vaginanya terus digenjot-genjot oleh Sule, putting pink Ririn tidak lepas dari jari-jari nakal Ki Daus yang terus memilin-milinnya, batang lidah Ki Daus menjilat-jilat rahang kanan Ririn dan mengejar setiap tetesan peluh yang bergulir di leher jenjang artis cantik itu.
“Ohhh, Suleee.. Suleeee….”
Ririn menggelungkan kakinya membelit pinggul Sule, saat Sule bergoyang Ririn pun ikut bergoyang, saat Sule menyentakkan batang penisnya Ririn ikut menyentakkan liang vaginanya menyambut sodokan maut Sule, Clokkk.. clokkk.. clokkk clokkkk.., suara keras beradunya liang vagina Ririn dan batang penis Sule. Jeritan liar Ririn disambut suara geraman-geraman gemas Sule yang tengah asik berkutat menggarap liang vaginanya.
“ahhhhhhhhhhh, SULLEEEEEEE.. Crrutttt… Cruttttt…”
Tubuh Ririn mengejang hebat, seiring dengan itu jepitan kedua kakinya yang mulus terlepas dari pinggang sule. Ririn terkulai lemas dengan kedua mata terpejam-pejam. Mata Ki Daus melotot saat Lyra menungging dengan posisi doggy style. Sang Don Juan yang sudah renta mengejar sambil menjulurkan lidahnya keluar menjilati belahan vagina Lyra yang mengangkap kaki kirinya , mirip seperti posisi anjing yang sedang kencing.
“hsss-ahhh, shhhh-ahhh, Ki Dauuusss….” Lyra mendesah keenakan saat batang lidah Ki Daus menusuk membelah rekahan vaginanya
batang lidah Ki Daus terjulur panjang dan menggaruk-garuk dinding vagina Lyra, dengan gairah menggebu ki Daus membalikkan tubuh Lyra. Jari kirinya membentuk huruf V untuk membuka bibir vaginanya, dengan teratur jempol kanan Ki Daus memijat-mijat klitoris Lyra Virna yang merintih liar. Dua jari Ki Daus menusuki belahan vagina Lyra yang semakin banjir oleh cairan-cairan lengket licin.
“ahhhhh…crutttt… crutttt…. “ Lyra pun akhirnya orgasme oleh tusukan-tusukan jari Ki Daus.
“Lira tu vigers in…(Lyra two fingers in), now, may, setik will in tu..” akibat keompongannya Ki Daus kesulitan mengucapkan Bahasa Inggris.
Ki Daus menindih tubuh Lyra, wajahnya semakin mesum saat tubuh keriputnya bergesekan dengan tubuh Lyra yang halus mulus. Lyra memeluk tubuh Ki Daus, bibir Lyra saling melumat dengan bibir si aki yang keriput. Lyra menggeliat gelisah saat cumbuan Ki Daus turun ke arah dadanya.
“ahhh, enakkk.., enakkk Kiiiii…”
“Nyummm.., ceilehh, liarrrrrnyaa he he hehe…”
Mulut Ki Daus mengemot-ngemot buah dada Lyra Virna yang merintih liar keenakan sambil membusungkan payudaranya agar hisapan-hisapan mulut si aki yang sebenarnya sudah tidak layak tarung dengan wanita secantik Lyra.
“Auhhh…, akhhh akiiii….” Lyra menekuk dan mengangkangkan kedua pahanya saat wajah Ki Daus mengunjungi vaginanya, tanpa ampun batang lidah Ki Daus memandikan permukaan vagina Lyra hingga jembut wanita beranak satu tapi masih seksi itu basah kuyup oleh air liurnya. Ki Daus memperkuat hisapannya pada liang vagina Lyra saat ia mendengar suara erangan dan desahan tertahan artis cantik itu.
“ahhhh.. currrrr.. currrr… “
“sruppp… srupppp.. slrrruuuupphhh”
Ki Daus menelan habis cairan vagina Lyra Virna, kali ini si Aki mulai memasangkan kepala penisnya pada rekahan vagina Lyra. Dengan lembut ki Daus membelah vagina Lyra Virna.
“K-khhh…., akhhh… ahhh…”
“He he he, gimana rasanya digenjot ama Ki Daus, saya masih hebat kan Neng Lyra?? lebih hebat dari genjotan suami Neng Lyra pan?”
Ki Daus memainkan batang diselangkangannya, digenjotnya liang vagina Lyra dengan tempo lambat berirama Waltz, kemudian mendadak mengubah irama genjotannya dengan irama Tanggo, kemudian berubah menjadi irama Salza. (loh…loh…emangnya dansa apa?)
Tubuh Lyra menggeliut indah, sementara tubuh Ki Daus sebelah bawah menghentak-hentak dengan semakin kuat dan cepat.
“ohhh, Ki Daussssss hhhssssshhh Awwwww… enakkkk…akhh crrutttt…!!”
Ki Daus semakin bersemangat memacu batang penisnya, Lyra terpekik saat vaginanya berdenyutan dengan nikmat. Ki Daus membenamkan batangnya semakin dalam. Lyra menikmati puncak klimaks sedangkan Ki Daus menikmati remasan liang sempit wanita cantik itu yang berkontraksi dengan kuat, disaat yang bersamaan terdengar suara pekikan Ririn. Batang kemaluan Sule meraih kesuksesan dan membenamkan tubuh Ririn ke dalam kuali kenikmatan. Sule membimbing dan menaikkan tubuh Ririn ke atas tubuh Lyra dalam posisi 6.9, posisi pasangan pun kini berganti, penis Ki Daus mengincar bokong Ririn, sedangkan batang Sule mengincar selangkangan Lyra.
“Ohhhhhhhh…. “
Hampir bersamaan Lyra dan Ririn mendesah keras saat liang vagina mereka masing-masing disodok oleh Ki Daus dan Sule, mata Lyra menatap ke atas pada batang penis Ki Daus yang tengah membelah-belah liang vagina Ririn, sedangkan Ririn menatap selangkangan Lyra, ada sebuah benda milik Sule yang sedang asik keluar masuk menusuki belahan vagina Lyra. Suara rintihan dan rengekan Lyra ditimpa dan disambut oleh suara rintih Ririn, butiran keringat kedua wanita cantik itu bercampur dengan keringat Ki Daus dan Sule.
“crutttt… cruttt… Suleeeeee…”
“Ki Dausss Ahhhhhh cretttttt.. kecretttt…..”
“Pofffhhh…, pofffhhh“ terdengar suara letupan lepasnya alat kelamin masing-masing dari belahan vagina Ririn dan belahan vagina Lyra, kini sule dan Ki Daus terlentang pasrah di atas kain sarung. Lyra dan Ririn saling berpandangan, keduanya tersenyum nakal sambil merangkak menghampiri batangan di selangkangan Sule dan Ki Daus, lidah Ririn menempel pada buah zakar Ki Daus dijilatinya buah zakar Ki Daus dan dihisapinya sepasang buah zakar si Aki yang terkekeh keenakan bercampur ngilu. Setelah puas menghisap-hisap buah zakar Ki Daus bibir Ririn mengecup naik semakin ke atas, dan happp, diterkamnya kepala penis si Aki.
“Outtssshhh, Neng Ririn…seneng yang ama titit Ki Daus, he he”
Tangan kanan Ki Daus mengelusi kepala Ririn.
“bukannya seneng, tapi kepaksa ketimbang nggak ada…soalnya titit saya lagi diemut sama Mbak Lyra…, gimana rasanya titit saya??”
“enakkk…, gurihhh… Emmmh Suleeee.. Nyemmmhhhh..!!”
Lyra menekankan kepalanya ke bawah, secara otomatis batang Sule semakin dalam terbenam kedalam tenggorokannya, mulut Sule membentuk O besar, kedua matanya membeliak lebar selebar mata Ki Daus yang keenakan saat batang penisnya terselip di kerongkongan Lyra.
“nahh lu liat Pepp, kalau birahi cewek sudah naek begitu…, mereka berdua bisa diapain aja, mau yang semi hard sampe super hard….pokoknya semuanya bisa…” Budi berbisik di telinga Pepi
“ah.., masa sihh ?? “Pepi semakin antusias.
“yeee liat aja tuhhh….”
Kali ini sepertinya permainan akan berlangsung dengan agak keras, Sule mengeluarkan tali plastik, demikian pula Ki Daus, mereka mengikat pergelangan tangan Ririn dan Lyra pada sebatang pohon. Maka posisi kedua bidadari itu kini saling memunggungi mengapit pohon itu. Ki Daus mengangkat kedua kaki Ririn dan memposisikan diri diantaranya, pria tua itu mengarahkan penisnya yang masih mengacung tegak ke arah liang kemerahan Ririn yang dikelilingi hutan lebat berwarna hitam.
“Oouuhhh….Kii…!!” erang Ririn saat penis Ki Daus melesak ke dalam vaginanya.
Ki Daus terkekeh-kekeh lalu mulai menggoyang pinggulnya menyetubuhi Ririn yang terikat tak berdaya. Efek obat kuat masih bekerja sehingga penis Ki Daus masih cukup keras merojok-rojok vagina Ririn dan membuatnya menjerit-jerit kenikmatan. Sambil menggenjot mulutnya terus menjilati wajah artis muda itu, dalam satu kesempatan mulut mereka bertemu dan berpagutan panas.
Sementara di belakang Ririn, Lyra sedang menikmati permainan sado masokisme bersama Sule. Pelawak berambut kuncir itu menyeringai sambil menetesi payudara Lyra dengan lilin berwarna merah. Tetesan-tetesan lilin itu memberikan sensasi panas yang nikmat bagi Lyra, terutama ketika mengenai putingnya. Bukan itu saja, Sule juga memasukkan sebuah dildo berukuran sebesar pisang ambon ke vagina Lyra sehingga Lyra merapatkan pahanya menahan sensasi nikmat yang ditimbulkan dari benda yang mengobok-obok vaginanya itu.
“Hihihi…asyik kan Mbak Lyra?” Sule tersenyum mesum melihat Lyra yang mengerang-ngerang akibat perlakuannya itu.
“Uuuhhh…enak Leee…entot gua…plisss…entotin gua, jangan nyiksa gini terussshh!” erang Lyra menggigit bibir bawah.
“Nanti Mbak…nikmatin aja dulu biar lebih asoy!” kata Sule terus menetesi payudara wanita itu dengan lilinnya.
Lima menit kemudian setelah lilin itu sangat pendek barulah Sule meniup apinya hingga padam. Saat itu payudara Lyra telah belepotan tetesan lilin yang telah mengering. Sule menarik lepas dildo yang menancap pada vagina si artis cantik itu. Benda itu pun telah berlumuran cairan kewanitaan yang menjuntai ketika dicabut dari vagina Lyra. Sule menyodorkan dildo hitam itu ke mulut Lyra yang langsung menjilatinya tanpa harus disuruh. Seperti orang yang kehausan, Lyra menjilati cairan kewanitaannya sendiri yang membasahi dildo itu. Setelahnya Sule menjatuhkan dildo itu ke tanah lalu mendekap tubuh telanjang Lyra, diangkatnya kaki kanan wanita itu sambil tangan satunya menempelkan penisnya pada bibir vagina Lyra. Keduanya mendesah bersamaan ketika Sule mendorong pinggulnya sehingga penisnya melesak ke vagina Lyra. Pada pohon itu kini terikat dua orang wanita cantik yang sedang disetubuhi dalam posisi yang sama. Tak lama kemudian, setelah berhasil mengantar Ririn ke puncak orgasme, Ki Daus mencabut penisnya dan crot…crot…cairan putihnya muncrat membasahi perut dan payudara Ririn hingga akhirnya ia terduduk lemas di tanah. Sementara Sule makin ganas menghujam-hujamkan penisnya pada vagina Lyra. Wajah ibu cantik beranak satu itu semakin kemerahan akibat sensasi nikmat yang melandanya, ia sudah di ambang orgasme. Tidak sampai lima menit kemudian, sebuah erangan panjang terdengar dari mulutnya bersamaan dengan tubuhnya yang menggelinjang hebat, terasa agak sakit pada pergelangan tangannya yang terikat tapi tidak seberapa dibanding kenikmatan orgasme yang didapatnya. Dalam waktu bersamaan pula, Sule juga mencapai klimaks, ia membenamkan penisnya hingga mentok pada vagina Lyra serta menyemprotkan spermanya. Cairan hangat itu segera memenuhi rahim Lyra dan sebagian meleleh keluar bibir vaginanya. Sule ambruk begitu menyelesaikan orgasmenya, demikian pula Lyra, tubuhnya melemas dan kepalanya tertunduk lesu sambil tetap berdiri terikat pada pohon.
“Nahhh, sekarang kamu percaya Pep?? “
“Percaya Dokk.., percaya…., gila liar amat ya…, very hoottt” Pepi mengangguk-angguk dan melepaskan tangannya dari selangkangannya, tanpa disadari ia sejak tadi mengocok-ngocok penisnya sendiri sambil menyaksikan adegan panas di taman.
“Kamu mau istri kamu jadi hot seperti Ririn dan Lyra?? coba kamu bayangkan saat Sabria menjerit liar dan menggeliat-geliat seperti Lyra dan Ririn, merintih, mendesah dan memekik keras-keras…saat aku memompa ehh kamu Pep…kamu….yang mompa“ Dokter Budi buru-buru menarik pinggulnya kebelakang saat tangan Pepi hendak menggampar sesuatu yang membengkak di selangkangannya.
“Gimana mau Pep??“ Dokter Budi kembali bertanya.
“Mau Dokk, mauuuuu, tolong dokkkk…”
“Oke.., sekarang kita kembali….., nahhh, yang tadi itu itung-itung pembelajaran buat kamu, agar mengerti bagaimana memperlakukan seorang wanita, jadi bukan asal sodok ajaaaa…buktinya Ki Daus dan Sule bisa memuaskan Ririn dan Lyra, masa kamu kalah, nggak sanggup memuaskan istri kamu, yang frigit kaya Sabria gitu, harus dicairkan dengan kehangatan Pep…jangan dikasarin” Dokter Budi memberikan wejangan
Pepi mengangguk-angguk sambil mengelus-ngelus sesuatu membayangkan sedang mengelus buah dada Sabria.
“ada-dadahhh…!! “ dengan refflek Pepi menarik tangannya.
“Hahhh ??!! ngapain lu ngelus-ngelus buah duren Pep??” tanya Dokter Budi bengong
Pepi dan Dokter Budi pun kembali menemui Sabria.
“Nah sekarang praktekkan, ya. Saya lihat dulu, baru komentar,”
Lalu Pepi mulai beradegan dengan Sabria sambil bercerita.
“Pertama standar dok, kite bedua ciuman hot, kaya gini nih” kata Peppi sambil kemudian berfrenchkiss dengan Sabria yang membalas dengan liar.
Dokter Budi sampai geleng geleng melihat liur keduanya yang berlelehan di dagu. Keduanya beradu lidah dengan penuh gairah sampai lidah mereka saling belit dan saling jilat.
“Terus saya peluk dia dari belakang” desah Pepi yang mulai bernafas lebih berat menahan nafsu,
Pepi kemudian memeluk Sabria dari belakang, menggengam tangan istrinya itu dengan lembut namun tegas dan menekap kedua payudara Sabria yang mulai naik turun dengan lebih tidak teratur. Sabria mendesah ketika dengan lembut Pepi mencium cuping telinganya, lalu menjilat tengkuknya.
“Terus saya suruh dia jongkok, dan…” Pepi langsung membuka celananya, dan memaksa Sabria mendeepthroath penisnya.
“Woi brenti… brenti…!” dokter Budi langsung menghentikan Pepi, demi melihat Sabria tersedak hampir muntah menahan serangan penis Pepi.
“Lho.. apa yang salah, Dok?” tanya Pepi dengan lugunya.
“Lu pikir bini lu tembok. Kaya make jack hammer aja lu” sembur dokter Budi yang tumben-tumbennya ngerti Jack Hammer.
“Kalo gitu, harusnya gimana dok?”
“Sekarang minggir, gua yang contohin!”
Budi mengangkat Sabria yang megap-megap mencari udara, lalu dengan lembut mengelus punggungnya sambil mendekap wanita itu. Perlahan Budi mencium tepi bibir Sabria, menjilat lembut bibir sensual itu. Sabria membalas dengan lebih lembut, berusaha meresapi permainan bibir dan lidah dokter Budi yang profesional. Lidah Budi merayapi leher Sabria yang memejamkan matanya dan mendesah lirih menikmati getaran nafsunya. Tangan dokter Budi dengan lembut merayapi punggung Sabria, memijatnya lembut, dan mengarah dari bahu turun ke pinggulnya, menelusuri tulang punggungnya. Meremas lembut pinggulnya, buah pantatnya.
“Nah…” kata Budi sambil melepas Sabria dengan tiba-tiba, “begitu cara foreplaynya, sekarang kamu coba Pep”
Pepi mulai mengikuti metoda dokter Budi, dan dokter Budi bisa melihat ada lelehan cairan yang mengalir membasahi paha dalam Sabria yang mengenakan baby doll pada session itu yang menandakan ia mulai terangsang.
“Lha terus gimana dok?” tanya Pepi bego karena cuma melakukan gerakan yang sama berulang-ulang, sampai Sabria menunjukkan wajah bosan.
“Heran, pep…lu itu bodoh atau bego sih? bisanya langsung sruduk banteng ajah”, kata Budi sambil meraih Sabria dari Pepi.
“Lu liat nih caranya.”
Lalu Budi memeluk Sabria dari belakang, meremas-remas pinggulnya, menggigit kecil pundak dan tengkuknya, lalu dengan gerakan lembut meloloskan babydoll yang dikenakan Sabria dan membiarkan gadis itu menahan jatuhan babydollnya tepat di bawah payudaranya yang meggantung bebas tanpa disangga bra. Budi meciumi punggung Sabria dengan lembut sembari tangannya mengelusi sekeliling payudara gadis itu dengan telapak tangannya.
“Nah Pep, kalau kamu ngeliat toket bini lu udah begini biasanya diapain?” tanya Budi.
“biasanya sih di giniin dok” kata Pepi sambil dengan gemas meremas payudara Sabria dan mengenyotinya dengan kasar hingga Sabria meringis kesakitan.
“Emangnya bini lu sapi!” sembur Budi sambil menyentak kepala botak Pepi menjauhi payudara Sabria yang memerah.
“Toket itu harusnya diginiin tau!” katanya lagi sambil kembali mengelus lembut bukit payudara Sabria, memijatnya lembut, dan menyentil payudara gadis itu dengan gerakan halus, yang menyebabkan tubuh Sabria bergetar dan mengejang menahan nikmat.
Cairan yang mengalir di selangkangan gadis itu makin deras. Dengan lembut, Budi membimbing tangan Sabria untuk membiarkan babydollnya jatuh dan membiarkan kini seluruh tubuhnya terexpose bebas tanpa sehelai benang pun tertinggal.
“Gila lu, pep. Bini binal gini bisa sampe lu bilang ngga hot?”
“Lah dok, abisnya kalo ama saya kaya gedebog pisang.” kata Pepi seenaknya.
“Paraaaaah.”
Lalu dengan lembut lidah Budi bermain di punggung Sabria, dari tengkuk turun ke punggung, turun ke pinggul. Di sana Budi berhenti sejenak, emberikan gigitan-gigitan kecil di pinggul Sabria yang melenguh keras melepas orgasmenya. Lalu tanpa merasa jijik, membuka belahan pantat Sabria yang kini tertelungkup di meja kerja Budi dengan kaki dan pinggul menjuntai di pinggir meja. Untuk kemudian menjilati lubang anus gadis itu yang makin menjadi-jadi dalam orgasmenya. Kemudian Budi bangkit dan membalikkan tubuh Sabria, kini ia mempermainkan payudara gadis itu dengan lembut, jilatan, hisapan lembut, lidah itu menelusuri belahan dada montok Sabria, turun ke perutnya yang kencang, dan kemudian dengan lembut namun mematikan membongkar vagina gadis itu, yang makin mengerang-ngerang kenikmatan.
“Gimana sekarang rasanya Sab?” tanya Budi sambil terus mengobok-obok vaginanya dengan jari-jarinya.
“Aaahhh…Dok enakhhh…sshhh…terusin, entotin saya Dok!” lenguh Sabria dengan wajah semakin merah.
Budi lalu bertanya pada Pepi, “Lu belum pernah sampe kaya gini, kan?” yang dijawab dengan gelengan kepala Pepi, “Pep, kalo bini lu udah begini, apa aja dia rela, termasuk kalu lu entot pantatnya,”
“Ah masa, Dok, yang bener!?”
“yeee…lu nggak inget studi tour di kebun belakang tadi? Nih sekarang gua lanjutin, perhatiin baik-baik!”
Budi meloloskan celananya dan menarik Sabria mengikuti tubuhnya yang terlentang di lantai ruang praktek itu, dan membimbing Sabria untuk ber woman on top. Sabria kini terlihat lebih agresif dan menikmati permainan itu, ia menggenggam penis Budi dan mengarahkannya ke vaginanya yang telah basah kuyup. Sebuah desahan panjang terdengar dari mulutnya ketika penis Budi yang lumayan besar itu amblas ke vaginanya dengan sempurna. Budi pun membiarkan gadis itu bergerak sekehendak hatinya hingga Sabria mendapatkan orgasmenya kembali.
Budi merengkuh Sabria hingga tubuh mereka berdekapan erat, dicuminya bibir Sabria dan lidahnya mengait lidah wanita itu. Sementara itu tangannya membuka belahan pantat Sabria seakan memberi tanda untuk Pepi untuk ikut bergabung. Namun sebelum Pepi beraksi, Budi segera menyela,
“Jangan kasar-kasar, nyet.. ntar napsunya ilang”
“Iye, nyuk..” balas Pepi sambil dengan perlahan menghujam penisnya ke anus Sabria, yang lalu merintih dan menggeletar keenakan, walau ini adalah sodomi perdananya.
Kemudian ketiganya bergerak seirama, saling mengisi, menghujam, memberi kepuasan. Sabria benar-benar tak sanggup membendung nafsunya yang selama ini selalu tertahan karena Pepi hanya menganggapnya sebagai penampungan peju. Sementara kini, ia diperlakukan bagai ratu, dibuat terbuai, dan menikmati cumbuan yang maha dahsyat, hingga walau kini tingkahnya bagai pelacur nomor wahid, ia lakukan itu semua karena nafsunya yang menggelegak. Tak lama kemudian Budi melepaskan penisnya dari vagina Sabria lalu berlutut sehingga penisnya mengarah ke wajah wanita cantik itu. Tanpa diperintah, Sabria meraih penis Budi yang telah basah, membuka mulut selebar-lebarnya, dan…hap…Sabria mengulum dan menghisapi penis yang masih menegang itu. Lidahnya bergerak lincah membersihkan cairan-cairan yang masih berleleran di batangnya. Dokter Budi mencapai orgasmenya paling awal, ia melenguh dengan mata melotot seperti habis habis melahap sambal ABC sebotol. Spermanya muncrat dengan deras di dalam mulut Sabria sampai meleleh di sudut-sudut bibirnya. Dengan bernafsu Sabria melahap cairan kental itu hingga habis dan penis Budi menyusut. Lima menit kemudian, Pepi dan Sabria pun mencapai puncak kenikmatan bersama. Lenguhan dahsyat mengisi ruang praktek yang kini bagai surga dunia itu, bahkan untuk Sabria…walau vagina dan mulutnya disiram sperma Budi yang jelas-jelas bukan suaminya. Tubuh keduanya mengejang, Pepi meremas kedua payudara Sabria hingga akhirnya ambruk menindih tubuh wanita itu. Di tengah nafasnya yang masih ngos-ngosan, Sabria tersenyum puas ke arah Dokter Budi.
“Nah, sekarang lu tau kan harus gimana, Pep?” kata Budi setelah mereka sudah bisa menguasai diri dan berpakaian lagi. Pepi dan Sabria kembali duduk sebagaimana dokter dan pasiennya.
“Iye dok, makasi, ye…” kata Pepi sambil membayar tagihan konsultasi pada Budi…
“Dok…” kata Pepi lagi
“Apa?”
“Kalo saya masih punya masalah, saya kemari lagi, ya…”
“Atur aja pep, gua siap bantu…”
Ketika Pepi serta Sabria ke luar ruang praktek, mereka terkejut melihat, Stanley, Dede, Ruben dan Fany tergeletak lemas dengan celana dan kolor yang turun hingga ke lutut, dan tangan kanan di penis masing-masing yang sudah menyemburkan sperma sampai tak mampu lagi berejakulasi. Dengan mesra Pepi menggandeng Sabria melewati Ruben Onsu, Sabria tersenyum sambil mengerling nakal pada Pepi, Pepi membalas dengan meleletkan lidahnya untuk menggoda Sabria yang kini HOT.. dalam bercinta.
“E-ehh Ayammm… ?? !!“ Ruben sampe soak melihat Sabria yang liar dan panas dengan bernafsu Sabria melumat bibir Pepi.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3107