08. Isi Sebuah Diary
Besok harinya seusai kelas kuliahku, aku segera menuju ke alamat yang diberikan Ratna kepadaku dengan mengendarai mobilku. Tepatnya disebuah bilangan jalan yang tertata apik dimana dikanan kirinya terdapat kompleks perumahan yang bisa dibilang cukup elite. Aku menghentikan laju mobilku tepat didepan rumah nomer 43. “Wow.” Gumamku ketika melihat rumah tersebut.
Rumah besar dengan dua lantai dibagian depan dan satu lantai pada bagian depan ditambah dengan halaman rumah yang cukup lebar, yang dapat menampung 6-7 buah mobil tipe kijang capsule. “pasti pemiliknya orang kaya, sampai sempet-sempetnya menata tamannya seeksentrik itu.” Aku kembali bergumam sendiri sambil melirik kearah taman disebelah kiri bangunan utama rumah tersebut.
Belum sempat aku membunyikan bel di pagar rumah, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu tua membuka pagar dan mempersilakan aku masuk. Bahkan pembantunya sesigap ini, berbeda dengan pembantu kebanyakan. Begitu masuk aku cukup kaget juga melihat ternyata arsitektur rumah ini dilihat dari dekat benar-benar berbeda, suasananya lain dengan saat dilihat dari jauh. Hal ini menguatkan keyakinanku bahwa pemiliknya seorang jutawan. Namun seolah-olah semua itu mendadak terbakar dan hangus menjadi abu dan terbawa angin malam pergi terburai jauh-jauh saat aku melihat dari balik pintu ada dua orang gadis cantik menghampiriku. “Kukira kamu nggak mau datang. Sudah ditunggu nih. Ayo masuk, anggap aja rumah sendiri!” ucap seorang gadis yang aku sadari beberapa saat kemudian bahwa dia adalah Ratna namun nampak berbeda dengan kepang yang dilepas dan tanpa kacamata.
Didalam rumah sudah menunggu 3 orang gadis dan seorang pemuda. Entah hanya perasaanku saja atau memang saat itu suasana mendadak aneh. Serasa dadaku berdesir bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan disini. Lamunanku terbuyar saat Ratna mengenalkan teman-temannya satu persatu.
Dhea Anastasia, seorang gadis SMU kelas 3 yang sebentar lagi lulus dan merayakan ultah nya yang ke 17. Tepatnya 2 hari lagi. Badan cukup tinggi, kulit putih dan berambut lurus sepusar dengan cat rambut menghiasi beberapa lembar rambutnya. Warna merah campur oranye.
Saskia Rukmana, seorang lulusan akademi keperawatan, berusia 26 tahun dan sekarang sedang bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Tubuh tinggi juga, lebih tinggi sedikit dari Dhea, berkulit sawo matang dan rambut berombak sebahu. Yang menarik dari dirinya adalah bibirnya yang sensual, tipis dan sedikit lebar.
Endrawati Galuh Chandra, seorang mahasiswi dari jurusan akuntasi di sebuah universitas swasta. Kejutannya adalah dia satu angkatan denganku. Badan tidak terlalu tinggi, sedangkan tubuh ideal sih walau dibeberapa tempat kelihatan sedikit gemuk, mungkin karena pipinya yang agak tembem itulah penyebabnya. Rambut lurus (hasil karya rebonding ) sedikit dibawah bahu dan ciri khasnya adalah menggunakan anting bewarna mencolok dan besar. Kulit sih sawo matang, diluar dari pada itu ternyata orangnya sangat pintar ngomong. Tidak heran kalau Ratna memperkenalkan dirinya sebagai radio berjalan.
Sulis Hardani, seorang gadis teman kuliah Ratna. Tubuhnya kecil membuat orang sering mengira dia masih kelas 1 SMU. Putih dan berambut pendek. Cenderung pendiam. Sebenarnya jikalau dia lebih tinggi atau setidaknya setinggi Ratna, mungkin akan banyak cowok yang naksir kedia, karena jujur saja wajahnya cukup lumayan dibandingkan dengan Ratna.
Yang terakhir adalah pemuda yang bernama Catur. Sebenarnya aku paling malas menceritakan perihal pria, namun karena nanti dia juga berperan dibab berikutnya maka aku ceritakan saja mengenainya. Pemuda ini setinggi diriku dan walaupun berat kuakui kalau dia lebih cakep dari aku (sigh….). Hanya satu kekurangannya, yaitu badannya yang kelewat langsing. Yah setidaknya bisa sedikit mententramkan hatiku bahwa dalam hal tubuh aku sedikit lebih baik darinya.
Sudah sekitar satu jam aku duduk bersama mereka berenam dan ngobrol ini itu tanpa arah. Jam sudah menunjukkan jam 7 malam dan aku berniat untuk mohon diri karena aku sendiri cukup bosan dengan acara ngobrol seperti ini. Nampaknya Ratna sudah mengetahui gelagat ini dan segera mulai angkat bicara, “Jangan pulang dulu Di! Acara aja blom mulai kok.” Lalu dia berjalan menjauh dan hilang dibaling gorden yang memisahkan ruang santai keluarga dengan ruangan lain. Ruangan santai ini terdiri dari sofa yang menghadap televisi besar dan didepannya terdapat karpet membentang dan sejenis kasur tipis yang bergelombang. Nampaknya sang pemilik rumah sering tiduran didepan televisi juga, pikirku.
Sementara itu aku melihat tingkah polah kelima orang yang lain, nampaknya hanya Catur dan Dhea yang masih gugup dan ‘seperti orang asing’ diruangan ini. Saat aku akan menanyakan suatu hal kepada Dhea, tiba-tiba Ratna datang dan membawa sebuah kue tart besar dengan lilin berbentuk angka 17 diatasnya. “Met ultah yah Sya.” kata Ratna kepada Dhea. Terlihat senyuman mengembang diwajah Dhea. “Ini kejutan buat kamu. And adalagi kejutan dari kami buat kamu.” Ratna lalu duduk disebelah gadis cantik itu.
Dhea lalu bertanya, “Kejutan apaan mbak? Jadi penasaran. Pengin tau dong….” rajuknya manja. Lalu Ratna menyuruhku dan Catur mendekatinya.
Disaat Dhea masih bingung, Ratna lalu berkata sesuatu yang membuat Dhea, ah tidak…bukan hanya Dhea, namun aku pun dibuatnya kaget setengah mati. “Kamu masih inget dua bulan lalu kamu ngomong ke aku kalau pengin tau gimana rasanya ML? Nah, kali ini mbak sudah nyiapin dua orang cowok buat kamu. Terserah kamu mau pilih yang mana, dua-duanya juga boleh.” Ratna kemudian melanjutkan perkataannya ditengah kegugupan Dhea. “Umurmu khan dah 17. Masa ga ingin nyobain? Lagipula kamu khan dah gede Sya.” Katanya lagi.
“Tapi mbak. Dhea khan masih perawan. Takut ntar kalau kenapa-napa. Nggak ah!” tapi nampaknya penolakan Dhea tidak digubris sama sekali oleh Ratna. Dia lalu memutar film blue di DVD playernya. Sesaat kemudian, suara desahan dan erangan tak beraturan keluar dari speaker home theater-nya.
Tidak cukup dengan itu saja, Saskia yang dari tadi diam mendekati Dhea dari belakang dan memegangi kedua tangannya dengan setengah memaksa. “Mbak Saskia! Mbak mau apa?” Dhea setengah berteriak namun dia langsung kembali memandangi Ratna yang sudah mendekatinya dari depan dan mempreteli kancing bajunya satu persatu.
Demikian hingga akhirnya Dhea benar-benar telanjang bulat didepan kami semua. Tak berselang lama kemudian, Saskia, Ratna dan Sulis lalu melucuti pakaian mereka satu persatu hingga ketiganya bugil total dihadapanku. “Nah sekarang khan kamu nggak sendirian Sya. Kami semua juga ikut buka-bukaan kaya kamu khan.” Saskia berseloroh sambil tertawa diikuti dengan tawa canda kedua gadis yang lain. Keempat gadis manis ini berbugil ria dihadapanku membuatku menjadi benar-benar lupa diri. Namun ketika aku beranjak maju untuk mencicipi tubuh gadis-gadis ini tiba-tiba Ratna menghalauku, “Nggak boleh! Kali ini cara kerjanya lain. Karena Dhea yang ultah maka di yang berhak menentukan mau diapain kalian…heheheheh…” Ratna tertawa kecil.
Sulis lalu angkat bicara sambil menutupi payudaranya yang mungil, “Sya! Kamu pilih yang mana? Kamu boleh pilih yang mana aja buat merawanin kamu, tapi kamu lucuti sendiri yah pakaiannya…hihihihi..” tawa Sulis kembali memecah.
Pertama aku melihat Dhea walau masih risih dengan perlakuan ketiganya (dia terpaksa karena semua pakaiannya disembunyikan Ratna) akhirnya mendekati salah seorang dari kami berdua, yaitu Catur. Sial, pikirku. Tapi wajarlah karena pemuda itu dilihat dari tampang emang lebih baik. Kemudian dia melucuti seluruh pakaian Catur sementara pemuda itu sama sekali tidak diperbolehkan untuk melakukan gerakan aktive apapun oleh Ratna dan konco-konconya.
Tak lama kemudian adalah giliran celana dalam Catur yang dibuka dan mencuatlah batang kemaluannya yang ternyata cukup kecil. Soal panjang sih aku tebak sekitar 12 sentimeter-an namun diameternya kurang dari separuh diameter penisku. “Ya ampun, kirain ****** kamu gede Tur. Wah Mbak Saskia bo’ongin kita neh.” Ratna sedikit kecewa juga. Namun Saskia langsung menjawab, “Biar segitu tapi sevice nya ditanggung halal…eh nikmat..hihihi..” dia kembali bergelak. Payudaranya yang besar sedikit berguncang ketika dia tertawa.
Pemandangan selanjutnya adalah dimana Dhea belajar melakukan oral seks seperti yang ada di tayangan DVD disampingnya dengan obyek percobaan batang penis milik Catur. Catur yang agak pemalu itu akhirnya melenguh dan mendesah tidak karuan ketika penisnya dikulum habis-habisan oleh Dhea dan sering sekali Dhea melahap habis batang kejantanan pemuda itu kedalam mulutnya. Setelah sekitar 5 menit Dhea melakukan blow job kepada Catur, dia berdiri dan mendekatiku yang masih dalam posisi berdiri. Seluruh pakaianku pun dia lucuti hingga akhirnya mencuat juga batang kemaluanku dan terpampang jelas didepan semua orang.
“Wow, gila. Gede amat terpedonya. Wah Ratna bener-bener pencari bibit unggul yang hebat.” Sulis terpana juga liat penisku. Dhea yang tadi sempat bermain-main dengan batang kejantanan milik Catur menjadi sedikit deg-degan juga melihat batang kemaluanku ini. Sementara tiga gadis yang lain malah mendekatiku terutama Sulis dan Siska. Kedua gadis ini berebut untuk memegang batang terpedo ku tersebut dan mengocoknya dengan cepat.
“Hoi! Sabar dong, satu-satu! Setelah Dhea aku masih sanggup ngelayanin kalian bertiga kok.” Kataku sambil senyum-senyum kearah mereka. “Bo’ong banget! Cowok mah sekali udah crut paling langsung lemes.” Saskia membantah ucapanku namun Ratna menukas dengan cepat, “Nggak kok, dia lain. Yang ada juga kalian-kalian ini yang dibuat kelenger ma tongkolnya.”
Dhea nampaknya kesusahan saat mencoba melumat batang kemaluanku. “Kegedean mas, Dhea ga isa nelan semua.” Gadis ini tersipu malu saat berkata padaku. Aku hanya tersenyum, “Nggak apa-apa kok. Selama ini juga belum pernah ada cewek yang sanggup menelan semuanya…..alasannya sama kaya kamu Sya..” kembali wajah gadis ini merona merah.
Setelah sekitar 5 menit dia mengoral batang kemaluanku, aku segera merebahkan dirinya yang sudah telanjang bulat itu. Kedua tungkai kaki Dhea aku lebarkan dan sekarang dia dalam posisi telentang dan juga mengangkang. Aku dapat melihat vaginanya yang merah muda dan basah kuyup oleh cairan kewanitaannya itu. Kutindih dara cantik ini dengan tubuhku dan peniskupun aku bimbing kearah bibir vaginanya. “Eh, Dhea khan belum mutusin sapa yang boleh nyodok duluan.” Saskia nampaknya berusaha mencegahku melakukan penetrasi.
“Dhea nggak keberatan khan kalau aku yang mulai duluan? Lagipula Dhea kelihatannya dah horny berat yah…” sindirku pada Dhea sekaligus menjawab perkataan Saskia. Kali ini Saskia tidak bisa menjawab apa-apa saat kedua tangan Dhea memegang pinggulku dan menariknya kearah pinggulnya, seolah-olah mengatakan ‘silakan mulai’ kepadaku.
Dalam hitungan detik, batang penisku sudah menempel ujungnya dibibir luar vagina milik Dhea ini. Gadis ini sempat membelalak dan menjerit kecil ketika penisku menyeruak masuk kedalam liang senggama miliknya. “Ach…sakit……pelan-pelan mas!” ucapan Dhea diiringi dengan rintihan ini sangat seksi menurutku, mengingatkanku pada Ranti di Bali.
Setelah 2 menit berusaha akhirnya penisku berhasil masuk dengan sempurna. Dhea sempat menjerit agak keras ketika sodokan terakhirku menuntaskan keperawanannya dan disaat yang sama mengalirlah darah segar membasahi dinding vaginanya yang kemudian mengalir turun membuat sprei warna pink tempat kami bersenggama menjadi ternoda merah darah. Aku mengambil nafas sebentar sebelum akhirnya aku melanjutkan sodokanku yang pelan namun mantap.
Sementara 4 orang yang lain melihatku dengan tampang yang tidak dapat dilukiskan ekspresinya, Dhea nampak sudah dapat menikmati persenggamaan ini, hal ini dapat terlihat dari desahan-desahan yang dikeluarkannya saat batang kejantananku mengobrak-abrik liang kewanitaan miliknya.
Sesaat aku menengok kearah samping dan aku melihat Ratna membawa handycam merekam adegan syur kami berdua. Aku mencoba mencegah dan merebut handycam tersebut namun Ratna mengelak. “Jangan khawatir, ntar kita semua juga bakalan kena rekam kok. Ini koleksi pribadi dan bukan untuk konsumsi orang lain. Liat neh, gue ma temen-temen ku semua kena syut.” Ratna kemudian memutarkan handycamnya dan merekam seluruh tubuh teman-temannya yang telanjang termasuk tubuhnya sendiri.
Aku memutuskan tidak menggubrisnya dan berkonsentrasi pada perempuan molek didepanku ini yang kemaluannya tertancap oleh batang kemaluanku. Seiring dengan desahan-desahan Dhea yang semakin membabi buta, aku segera meningkatkan intensitas sodokanku menjadi lebih liar lagi. Aku percepat pompaanku kepada tubuh dara cantik ini hingga Dhea menjadi semakin liar gerakannya. Kedua buah dadanya kuremas-remas dan puting susunya aku jilati sambil sesekali aku pelintir dan aku hisap dalam-dalam. Akhirnya setelah sekitar sepuluh menitan aku dan Dhea bercinta dengan gaya yang sama, Dhea mendapatkan orgasmenya yang pertama sepanjang hidupnya. Matanya berubah sayu dan kedua tangannya mencengkeram pinggangku dengan sangat erat bahkan hingga membekaskan luka cakaran tipis dikulit pinggangku. Kedua tungkai kaki Dhea yang semula mengangkang bebas kini menjadi mendekap kepinggulku seolah-olah tidak menginginkan diriku untuk mencabut batang terpedoku yang telah memberikannya kenikmatan tiada tara.
Kemudian tak lama setelah Dhea mengalami orgasmenya Siska menyentuh buah pelirku dengan jemari tangannya yang lentik. Sembali memainkan buah pelirku dia menciumi leher dan punggungku sesembari salah satu jarinya ditusuk-tusukkan ke arah anus milik Dhea. Sesaat aku agak grogi tentang apa yang akan terjadi nanti namun akhirnya aku paham juga ketika Sulis mendekati kami bertiga sambil membawa dildo kecil warna merah jambu yang sudah diberi pelumas.
Disaat aku mulai kembali memompa liang kemaluan Dhea dengan penisku, Sulis dengan sigap menggesek-gesekkan dildo tersebut dibagian luar anus Dhea yang sesekali merembet kearah liang vaginanya yang sedang penuh kuhajar. Selang beberapa menit kemudian aku melihat Dhea melotot dan menahan sakit. Aku melihat ternyata dildo tersebut telat ditusukkan kearah dalam anus Dhea. Sebelum Dhea menjerit, aku segera memberikannya ciuman dalam-dalam dan menstimulsi seluruh bagian tubuhnya yang sensitif, mulai dari putting payudara hingga klitorisnya. Sementara itu aku melihat Catur sedang mengocok batang kemaluannya dengan sesekali memegang-megang payudara Ratna yang sedang asyik merekam ulah kami berempat.
“Achh….sakittt!!!” Dhea menjerit agak keras namun segera lenyap karena kututup dengan ciuman yang dahsyat.
Sulis hanya tersenyum, “Sabar sayang, kalo mau jebolin perawan kamu, jangan cuman di memiaw kamu doang tapi pintu belakang juga.” Lalu diselingi dengan tawa Siska dan Ratna. Sementara batang kejantananku masih menghajar liang yang sempit itu, liang belakang milik Dhea disaat yang sama juga sedang dimasuki dildo yang kemudian dimaju mundurkan secara manual oleh tangan Siska. Tak sampai lima menit kemudian, Dhea mencapai orgasmenya yang kedua. Kali ini dia berani meracau berteriak tanpa kendali. “Ahhh…ohhh…kak…ent*tin Dhea lagi….jangan berhenti…!!!” serunya ditengah desahan yang bergairah tersebut. Ratna tak kuasa menahan tawanya dan mengatakan bahwa sekarang Dhea sudah menjadi pecandu ****** walaupun baru sekali coba. Ejekan demi ejekan dikeluarkan oleh Ratna dan Siska namun tak digubris oleh Dhea. Melupakan rasa perih yang ditanggung liang kemaluannya dan anusnya, sekarang dia mulai berani menggoyangkan pinggulnya untuk melakukan inisiatif gerakan ML.
Sesaat setelah orgasme kedua Dhea, aku merasa bahwa kemaluaku mulai berdenyut-denyut kencang itu tandanya bahwa sebentar lagi aku akan mencapai klimaksku. “Dhea, aku keluarin dimana sayang?” aku mencoba untuk meminta pendapatnya namun Dhea sedang diambang ilusi seksnya sendiri dan tidak memberikan jawaban. Siska langsung menukas, “Diluar aja, ntar khan masih ada ronde berikutnya. Soalnya kita-kita nanti masih belum puas ngerjain adek kecil ini. Heheheheheh.” Seloroh Siska dan diamini oleh Ratna dan Sulis.
Lalu aku cabut batang penisku dari liang vagina yang sempit tersebut dan aku kocok tepat diatas wajah Dhea. Sesaat kemudian, keluarlah seluruh cairan kental bewarna putih menyembur keluar membasahi sebagian besar wajah dan payudara Dhea. Sekitar 7 - 8 kali semburan sperma yang kental mengarah ke wajah gadis belia tersebut.
Saat aku beranjak menjauh, tiba-tiba batang penisku langsung ditangkap oleh Siska dan dengan lahapnya di membuka mulutnya dan melahap batang kejantananku yang masih belepotan sperma dan darah perawan Dhea. “Darah perawan campur sperma memang rasanya lain.” Siska berkomentar sambil mengoral batang penisku yang masih tegak mengacung itu yang kemudian diikuti oleh Sulis yang menciumi mulutku yang merembet keseluruh bagian tubuh yang lain dan berakhir dengan melakukan duet oral bersama temannya itu.
Sembari mengocok penisku, kedua gadis ini tak henti-hentinya membuat gerakan-gerakan menggoda birahi begitu juga dengan perkataan yang terlontar dari mulut mereka. Saat aku menoleh kesamping, ternyata Dhea sudah didekati oleh Catur. Pemuda ini lalu mengangkat kedua tungkai kaki Dhea yang sudah lemas karena mencapai orgasme beruntun barusan. Dilebarkannya kedua paha gadis itu dan mengangkang. Lalu diarahkan batang kejantanan milik pemuda itu kearah bibir vagina Dhea yang masih basah karena darah dan cairan cinta kami berdua. Dengan sesekali membuat tusukan kearah klitoris milik gadis belia ini, Catur akhirnya melakukan penetrasinya yang pertama kali kedalam liang senggama Dhea.
“Achhh….ahhh…” rintih Dhea kecil ketika torpedo milik Catur menerobos masuk melewati bibir vaginanya. “Akhh….” Serunya lagi saat Catur mulai memaju mundurkan penisnya yang sekarang sudah amblas semuanya kedalam liang vagina Dhea imut itu. Bibir kemaluan Dhea nampak memerah, yang semua bewarna pink cerah menjadi bewarna merah kusam seperti sudah bengkak. Cairan-cairan kentalpun meluber hingga keluar dari liang kemaluan gadis tersebut.
Belum sempat aku menengok kembali, ternyata Ratna sudah tidak sabar. Siska disuruhnya rebah dilantai sementara Sulis diposisikan menindih Siska dengan posisi tengkurap. Lalu aku disuruh Ratna agar mengerjai mereka dari belakang keduanya sekaligus. Mengingat vagina dua gadis ini tumpang tindih dan berdekatan maka hal tersebut mudah kulakukan, mirip saat aku bercinta dengan dara kembar di Bali tempo hari. Sementara aku mulai memompa vagina dua gadis ini secara bergantian, Sulis dan Siska menstimulsi payudara rekan mereka satu sama lain. Siska dan Sulis berciuman dahsyat dan sembari kedua tangan mereka begerilya di seluruh tubuh temannya termasuk bagian payudara, apalagi Siska yang kedua tangannya tidak digunakan untuk menopang tubuh seperti Sulis dia dengan leluasa meremas-remas payudara dan memilin puting buah dada Sulis yang kecil itu.
Sekita sepuluh menit kemudian aku melihat Catur ambruk lemas disamping Dhea dan kulihat ada cairan kental membasahi liang vagina gadis ini. Nampaknya ejakulasi Catur dilakukan didalam liang cinta itu. Beberapa tetes air mani tersebut ada yang sempat keluar mengalir di paha sang gadis. “Lah, cuman segitu dah kelar Tur?” ejek Ratna tapi Catur hanya menjawab dengan senyuman malu malu lalu dia rebahan di karpet.
“Achh…aku keluar Di…..” teriakan dari Siska membuatku kaget, dan selang beberapa detik kemudian Siska mencengkeram dan memeluk tubuh Sulis erat-erat hingga seluruh tubuh Sulis ambruk menempel tubuh Siska, begitu juga dengan kedua tungkai kakinya langsung mengapit erat kedua pinggang Sulis. Orgasme pertamanya telah selesai, lalu aku cabut batang kemaluanku dan kuberikan lagi kedalam vagina Sulis.
“Achh……cepetan yah say…aku dah ga tahan…” Sulis meracau tak karuan ketika genjotanku aku percepat. Goyangan maupun sodokan batang kejantananku sudah mengobrak-abrik seluruh isi dalam liang vagina Sulis. Desahan dan racauan datang silih berganti mengiringi pompaan penisku. Selang 5 menitan akhirnya Sulis mengejang dan giliran dia sekarang yang memeluk Siska erat-erat. Disaat yang sama aku mempercepat goyanganku setelah tahu fase orgasme Sulis telah lewat. Dan dalam beberapa sodokan keras terakhir aku memuntahkan seluruh cairan sperma kloter keduaku di dalam vagina Siska dan Sulis meskipun ada beberapa yang tercecer keluar dan aku akhiri dengan sebuah sodokan keras kedalam vagina Siska. Siska yang masih lemas karena mencapai klimaks pertamanya terang saja tersentak namun tak ada lagi tenaga darinya untuk protes ketika sisa spermaku menyembur membasahi rongga vagina miliknya.
Selanjutnya adalah malam yang panjang, karena Ratna tak mau hanya jadi penonton saja. Kini aku seolah menjadi barang rebutan bagi keempat gadis ini untuk memuaskan nafsu mereka. Tapi berhubung Dhea yang berulang tahun maka dia lah yang kami kerjai habis-habisan. Setelah gadis ini mandi dan mencuci sisa sperma yang menempel ditubuhnya kembali dia menghampiri kami. Kali ini dia dikerjai oleh dua penis sekaligus. Batang kemaluanku kembali menghajar vagina gadis cantik ini sementara mulutnya tersumpal oleh batang kemaluan milik Catur. Setiap beberapa menit sekali kami berganti posisi dengan giliranku yang menjarah mulutnya sementara vagina Dhea aku pindah tangankan ke Catur begitu seterusnya hingga sekitar satu setengah jam dengan berbagai gaya yang kami bisa praktekkan. Setidaknya sudah 4-5 kali Dhea mencapai orgasmenya dengan cara ini. Terakhir kalinya aku menyemprotkan cairan spermaku kedalam vaginanya sementara Catur langsung main tancap di lubang anus Dhea dan berejakulasi disana.
Anyssaku Telah Berubah
Sudah 2 minggu setelah kejadian pesta seks dengan Dhea dan kawan-kawannya, aku belum pergi ke kost Anyssa pacarku. Kami hanya sering bertemu di kampus saja atau di mall saat aku sedang jalan-jalan bersama teman-temanku. Suatu sore aku berencana untuk pergi ke kost Ani dengan berbekal tas ransel karena aku memang berniat menginap disana sambil mencari kehangatan darinya.
Alangkah terkejutnya aku ketika waktu aku kesana aku tidak menemukan Ani yang kata seorang teman kostnya dia sudah pergi sejak 2 jam lalu bersama 5 orang muda mudi yang dikenalnya saat ikut kepanitiaan seminar. Mereka menaiki mobil dan berencana pergi keobyek wisata didataran tinggi sambil menyewa villa
Dengan kesal aku kembali dan saat itu juga terlintas untuk menyusul pacarku tersebut untuk mencari tahu sedang apa dia disana. Yang mengherankan sepertinya nasib sedang berpihak kepadaku karena belum sepuluh menit aku keluar dari kost pacarku itu aku bertemu dengan Iqbal temanku saat aku maen game online (kami sering bertemu di warnet) yang kebetulan akan pergi ke daerah yang dituju oleh pacarku dan kawan-kawannya itu. Iqbal ini walaupun nggak alim-alim amat tetapi dia juga nggak nakal-nakal banget jika dilihat dari kacamataku, setidaknya lebih nakal aku dibanding dia. Iqbal mempunyai villa di dekat obyek wisata tersebut dan sering disewakannya. Kali ini dia ingin memakainya untuk berkumpul dengan teman-teman eks SMU nya yang ternyata pacarnya juga terdapat dikelompok tersebut. Dia menawarkan untuk mengantarku.
Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya kami berdua sampai di villa milik Iqbal tapi nampaknya belum ada teman-temannya yang datang lalu aku mohon diri untuk berjalan-jalan padahal aku ingin mencari lokasi pacarku saat itu. Satu-satunya petunjukku hanyalah mobil Panther warna hitam dengan modifikasi cat corak biru putih di bagian depannya. Lagi-lagi nasib memang berpihak padaku karena hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menitan untuk mencari keberadaan mobil tersebut.
Mobil tersebut berada dipekarangan sebuah villa yang berbatasan dengan warung-warung kecil yang sedang tutup dan berpagar rendah. Aku dengan mudah meloncatinya dari samping karena takut ketahuan. Saat aku melongok kedalam kulihat ada 6 orang sedang bersenda gurau sambil menonton vcd. Tepat disampingku ada sebuah tangga yang mungkin digunakan oleh penjaga villa untuk memperbaiki bagian atap, lalu aku panjat dan mulai aku masuk dari bagian atap dan merayap di internit bangunan tersebut yang untungnya cukup kuat untuk menahan bebanku. Sekarang aku melihat apa yang sedang mereka tonton yaitu sebuah blue film dengan alur cerita agak lucu. Diselingi dengan suara desahan-desahan dan tusukan-tusukan kelamin pemain prianya kearah vagina sang dara.
Terlihat ke 6 orang tersebut berpasangan satu dengan yang lain, nampaknya pria ini adalah selingkuhan Ani pacarku. Aku sempat mendengar waktu pacarku memanggilnya dengan sebutan Kurnia. Sesekali mereka berpelukan dengan pasangan masing-masing, bahkan Kurnia berani curi-curi kesempatan untuk menciumi bibir Ani dan tangannya yang tadi disandarkan dibahu Ani mulai turun dan menyusup di sela-sela kaus yang dipakai pacarku itu dengan meremas-remas tentu saja.
Entah sudah berapa lama aku terdiam disitu, akhiirnya keenam itu mulai berganti posisi masing-masing dan satu demi satu pergi kekamar dengan pasangannya masing-masing terkecuali sepasang muda-mudi yang setelah kuamati dengan jelas adalah Salsa, teman pacarku selama bekerja part time dibagian tata usaha di kampusnya yang juga merupakan adik angkatan Ani. Cukup terkejut juga aku karena yang mencumbu gadis itu bukanlah kekasihnya yang setahuku sudah ditunangkan dengannya oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Kekasihnya sendiri seorang pegawai negeri berumur 31 tahun itu tandanya jauh lebih tua dari Salsa yang masih berumur 20 tahun. Kulihat disana Salsa dengan pasangannya yang aku tidak mengenalnya itu sedang asik-asiknya bercumbu disebuah sofa yang dari tadi digunakan untuk menonton blue film yang kemudian mereka beringsut keatas karpet lebar yang tepat terletak didepan sofa tersebut.
Tubuh Salsa dibaringkan telentang oleh pasangannya (yang dikemudian hari aku baru tahu kalau namanya adalah Decky Irdian). Mereka berpelukan, saling meremas dan mencium. Salsa yang waktu itu sedang menggunakan celana kulot warna hitam selutut nampak sudah mengangkangkan pahanya sehingga mudah bagi jari-jari nakal Decky untuk mengelus-elusnya walaupun dari luar. Sementara itu baju atasannya menggunakan tank top mini warna putih yang didobeli dengan kaus lengan panjang warna merah bergaris hitam yang berbelahan dada sangat rendah, nampaknya pakaian itu memang sudah satu pasangan. Memang diantara teman-temannya, Salsa adalah yang paling modis sedangkan untuk yang paling kuper adalah..tebak saja, yup, pacarku Ani.
Dimulai dari remas-remasan yang menggelora kemudian tangan Decky mulai melucuti seluruh pakaian Salsa hingga dia tinggal menggunakan celana dalam warna krem saja. “Say jangan disini! Nanti ketahuan yang lain khan nggak enak.” Salsa mencoba mengambil pakaiannya yang terlempar setelah dilucuti oleh Decky namun pria tersebut menolaknya dan mencengkeram erat kedua tangan Salsa. “Santai saja sayang, nggak bakal ada yang keluar kamar kok. Mereka paling juga sedang asyik kenthu (*******- red;bahasa jawa) ma pasangannya masing-masing. Santai wis lah.” Katanya sambil kembali menciumi leher dan bibir Salsa lalu dengan cekatan dia menarik kebawah celana dalam Salsa hingga lepas total. Remasan-remasan tangan Decky semakin bervariasi saja dan bukan di payudara gadis itu saja melainkan juga dibongkahan pantat Salsa. Diperlakukan seperti itupun akhirnya Salsa mau tak mau menikmatinya juga kemudian mulai keluarlah desahan-desahan yang disertai jeritan kecil menahan rasa nikmat ketika puting susunya digigit-gigit kecil oleh Decky. Lelaki ini menciumi Salsa mulai dari bibir turun ke leher yang kemudian menjelajahi seluruh bagian dan lekuk tubuh gadis mungil ini. Buah dada Salsa yang berukuran 34B itu pun dibuatnya mengeras dan putingnya mencuat seolah-olah meminta lebih. Tubuh putihnya kini telah bergumul dengan tubuh seorang pria seliungkuhannya.
“Sayang…ackhhh…jangan disini…nanti..ackhhh…nanti mbak Ani liat..ackchh” desahan maupun rintihan sudah tidak dapat dibedakan lagi. Bagi Salsa, saat itu adalah saat yang harus dinikmati oleh nafsu sepenuhnya. Setiap kali Decky memainkan lidahnya di area sensitif milik Salsa, gadis ini langsung menggelinjang dan mendesah yang semakin lama semakin keras saja volumenya. “Mendesahlah sayangku, nggak bakal ada yang dengar. Warung-warung disekitar sini sudah tutup dan hanya buka dipagi hari. Aman kok sayang.” kata Decky sambil tersenyum yang kemudian dengan rakusnya dia mulai menjilati dan menusuk-nusuk bibir vagina Salsa yang berbulu jarang dan lembut itu dengan lidahnya. “Panjang juga lidah kadal satu ini.” Pikirku dalam hati.
“Akhh…jangan disi…tu…say…aku…akhhh…udah dong…ehhh.” Salsa semakin tidak dapat menguasai dirinya lagi. Walaupun tingginya hanya seukuran tinggi pacarku tetapi harus aku akui kalau tubuhnya memang molek dan seksi menggemaskan apalagi saat dia menggelinjang kegelian tiap kali lidah Decky menusuk vaginanya. “Say, gantian dong.” Decky berhenti ketika tubuh Salsa sudah mulai lemas dan liang senggamanya sudah basah kuyup dengan cairan cinta bercampur air ludah Decky. Lelaki ini lalu membuka pakaiannya hingga bugil. Terlihat penisnya sudah mengacung keras, sepertinya sejak tadi sudah menunggu untuk mendapatkan servis. Salsa mengerti apa yang diinginkan Decky, dia lalu menyambar batang kejantanan pemuda itu lalu dijilatinya penis yang bewarna coklat muda itu dengan sesekali lidahnya bermain diujung kemaluan Decky. Tak berapa lama kemudian, Salsa membuka mulutnya dan dengan lihainya gadis tersebut melakukan oral seks terhadap penis Decky. “Terus sayang…ahhh…” ucap Decky sambil meremas-remas payudara Salsa yang menggelantung kebawah karena gadis tersebut tengkurap saat melakukan oral dan Decky yang terlentang dengan mudahnya meremas-remas payudara gadis ini dan menusuk-nusukkan kedua jari tangannya kebibir vagina sang gadis.
Sesekali jemari lentik Salsa mengusap kantung zakar milik Decky dengan lembut dan meremas-remas lemah bahkan tak jarang pula jari tengahnya berputar-putar disekitar daerah anus Decky dengan sesekali menusuk-nusukkan kearah dalamnya. Decky benar-benar dibuat merem-melek dengan perlakuan Salsa yang spesial tersebut. Harus kuakui bahwa soal melakukan oral seks, Salsa jauh lebih lihai dibandingkan kekasihku. Dalam hitungan detik saja batang kejantanan Decky sudah basah oleh air liur Salsa bercampur dengan cairan yang keluar dari penis pemuda tersebut.
“Sayang, aku udah nggak tahan nih. Masukin tongkolmu please.” Salsa duduk dan langsung menciumi bibir Decky dengan liarnya sementara Decky sendiri langsung membalikkan tubuh Salsa dan menindihnya. Dibukanya paha gadis manis ini dan terlihatlah sebuah liang senggama yang tadinya pernah dia jilati dan tusuk-tusuk dengan lidahnya. Tampak vagina itu sudah memerah dan sangatlah basah. Lalu sembari mengarahkan penisnya yang sudah sedari tadi mengacung keras, Decky menciumi payudara gadis cantik ini. “Sayang…aughhh…say…cepetan..” Salsa nampaknya sudah mencapai titik puncak gairahnya.
Dari atas aku dapat melihat batang kejantanan Decky yang sedikit demi sedikit membelah bibir vagina Salsa dan kemudian pelan tapi pasti masuk kedalam liang senggama gadis tersebut. Dan akhirnya, “Blesshh…!!!” amblas semua penis tersebut kedalam liang kewanitaan Salsa. Diiringi dengan menggelinjannya Salsa, Decky menyodok-nyodokkan penisnya dengan perlahan dan disaat Decky mempercepat laju pompaan penisnya, Salsa mencengkeram bahu Decky dan kedua kakinya merangkul paha lelaki tersebut sambil memejamkan matanya. “Erghhh…Decky..sayang…achhh.” gadis ini mendesah sejadi-jadinya. Nampaknya Salsa sudah mencapai orgasmenya yang pertama.
Decky lalu mencium dalam-dalam bibir Salsa dan melanjutkan pompaannya, kali ini dengan tempo yang jauh lebih cepat. “Ohhh…say, memiawmu sempit sekali…enak…” Decky meracau tidak karuan sambil kembali memompa liang kewanitaan Salsa dengan cepat. Gadis cantik itu sudah lemas jadi hanya bisa mendesah ringan sambil sesekali tangannya mencengkeram lengan Decky. Disaat aku sedang asyiknya menonton peragaan blue film secara live show, tiba-tiba keluar perkataan dari mulut Salsa yang menyadarkanku. “Sayang, mbak Ani pasti sedang digarap oleh mas Kurnia yah.” Sembari tertawa kecil Decky kembali menyodokkan dalam-dalam penisnya keliang vagina gadis ini, “Ah, akhirnya kesampaian juga Kurnia ******* ma cewek itu. Sejak kenalan 4 bulan yang lalu dia sudah ngincar tuh cewek. Katanya alim tapi kok menggairahkan, hahahah…”
“Sialan!” umpatku dalam hati. Sadar bahwa diruangan sebelah terdapat tontonan serupa dengan pemain yang kukenal baik yaitu pacarku sendiri, maka aku beringsut dari tempat aku mengintip tadi dan merangkak pelan-pelan di internit atap dan tak lama kemudian aku segera melihat pemandangan yang sangat hot.
Aku dapat melihat dengan jelas dari lubang kecil di internit bahwa disana kekasihku sedang berciuman dengan Kurnia. Anyssa bergumul dengan pemuda tersebut tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh mereka. Kurnia sendiri menyibukkan dirinya dengan meremas-remas payudara Anyssa dan bongkahan pantat pacarku yang memang cukup seksi dan putih tersebut. Setelah keduanya berhenti berciuman dan posisi Kurnia tidak lagi menindih Anyssa baru aku tahu kalau ternyata batang kemaluan Kurnia telah melesak masuk kedalam liang kewanitaan pacarku. Terlihat jelas liang vagina Anyssa yang bewarna putih kemerahan itu telah tertembus penis Kurnia yang coklat kehitaman. Tak lama kemudian Kurnia mulai memompa pelan penisnya diliang vagina Anyssa sembari kembali melakukan remasan-remasan di kedua payudara Anyssa ang nampak sudah mulai memerah. Kedua tungkai kaki Anyssa diletakkan oleh Kurnia diatas bahunya lalu kembali dia menindih Anyssa dan langsung melakukan sodokan tunggal dengan cepat dan dalam. Penetrasinya kali ini membuat Anyssa terkejut, “Achh..pelan-pelan say! Erghh…empfff…” belum sampai Ani berbicara lagi, mulutnya sudah disumpal oleh ciuman Kurnia. Kali ini bisa terlihat proses persenggamaan yang tadi halus sekarang berubah menjadi sedikit brutal. Nampak disitu Kurnia sudah lebih mirip memperkosa kekasihku dari pada bercinta.
“Ohhh..memiawmu putih dan sempit yah Nis. tongkolku jadi kayak diremas-remas gini, enak banget Nis.” Kurnia menggoda Anyssa sembari sesekali melepaskan batang kejantanannya dari vagina Anyssa lalu mengosok-gosokkan di bibir vagina Anyssa yang sudah basah kuyup itu dan terlihat klitorisnya ikut bergesekan dengan penis Kurnia. “Akhhh…sayang…jangan..gituin aku! Aku nggak tahan…sayangggg…” Anyssa tampak memgigit bibir bawahnya dan kedua tungkai kakinya seolah berontak dan tangannya meremas sprei yang sudah acak-acakkan tersebut. Aku paham betul itu tandanya Anyssa sedang mncapai orgasmenya, walaupun kali ini dengan gesekan pada klitorisnya dan posisi penis lawan mainya sedang ada diluar. Sebuah sensasi baru baginya, pikirku.
Kurnia hanya tersenyum melihat Anyssa telah mencapai klimaksnya, lalu dia kembali menyodokkan batang penisnya yang berurat itu melesak masuk kembali kedalam vagina pacarku. “Ternyata alim diluar tapi kalo didalam kamar kamu benar-benar sensual Nis.” Kurnia menggoda kekasihku dan saat Anyssa yang sudah lemas itu akan protes, Kurnia langsung menyodokkan penisnya dengan cepat dan sedalam-dalamnya sehingga protespun tak jadi dan yang keluar hanyalah desahan nikmat bercampur rasa sakit dari mulut Anyssa. “Akhhh…jahat kamu Kur, ackkhhh…tongkolmu brutal banget sih. Vaginaku isa rusak ntar…akhhh…” Anyssa mendesah lagi dengan sisa tenaganya.
Kurnia membalik tubuh Anyssa sehingga menjadi gaya doggy style dan kali ini dengan kecepatan tinggi pula dia memompa laing senggama kekasihku tersebut. “Santai aja Nis. memiaw punyamu legit kok, walau udah dicobain ****** puluhan orang juga ga bakalan kadaluarsa…heheheh..” oloknya lagi. Saat melihat pemandangan mesum didepanku itu aku menjadi marah namun terdapat rasa senang dan aku menemukan sensasi tersendiri saat melihat vagina Anyssa digarap habis-habisan oleh Kurnia. Penisku yang tadi sudah mulai lemas telah kembali tegak berdiri melihat pertunjukan persenggamaan antara pacarku dengan selingkuhannya itu.
“Nis, aku mau keluar nih. Keluarin didalam yah?” pinta Kurnia pada Anyssa. Pacarku langsung membelalak, “Jangan…aku lagi subur, ntar hamil.” Tapi nampaknya sudah telambat karena tepat dengan berakhirnya kata-kata Anyssa, Kurnia merangkul Anyssa dari belakang dalam posisi doggy style dan nampak pinggulnya mengejang setelah menyodok dengan kerasnya, pemuda itu telah mencapai orgasmenya. “Sayang…”Anyssa tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya dan ambruk bersamaan dengan tubuh Kurnia yang menindih punggunnya. Sembari melakukan sodokan-sodokan kecil, Kurnia perlahan mencabut penisnya dari vagina Anyssa dan selang beberapa saat ketika Anyssa mulai telentang, terlihat cairan putih kental yang sangat banyak mulai mengalir sedikit demi sedikit dari dalam vaginanya mengalir keluar dan membasahi sprei warna putih tersebut. Nampaknya saat Kurnia berejakulasi didalam rahim Anyssa, spermanya cukup banyak sampai-sampai liang vagina pacarku itu tidak kuasa menampung semuanya. “Gimana sayang? Puas khan ******* ma aku?” Kurnia tersenyum dan mencium bibir Anyssa. Keduanya lalu rebah bersama dan saling memeluk.
Aku beranjak dari tempat itu, walaupun sempat terpeleset dan membuat sedikit bunyi gaduh namun baik Kurnia mapun Anyssa menganggap bahwa yang diatas internit hanyalah tikus, aman. Diruangan lain aku melihat sepasang muda-mudi yang lain yang cukup kukenal juga, yaitu Nora Indriati yang merupakan keponakan dari salah satu dekan di universitas tempat Ani dan Salsa kuliah. Wow, nampaknya kedua orang ini tak kalah serunya. Aku sempat melihat babak terakhir persetubuhan mereka dimana Nora dengan posisi woman on top sedang menunggangi tubuh pacarnya yang sedang terlentang. Goyangan demi goyangan pinggul Nora menciptakan suara kecipak basah yang terdengan seperti suara tepuk tangan pelan. Namun sayang, 2 menit kemudian sang pria sudah mencapai kepuasan dan menyemburkan air maninya kedalam vagina Nora. Nampaknya Nora yang saat itu belum mencapai klimaknya hanya bisa bersungut-sungut ketika melihat penis pacarnya sudah mengecil lemas. Aku menahan tawa geliku saat melihat Nora beranjak pergi sambil membenahi pakaiannya karena sebal dengan stamina cowoknya, sementara itu sang pria sendiri masih lemas tak berdaya.
Karena Nora nongkrong diluar villa dan tepat dijalan masukku ke atap maka aku urungkan niatku yang akan pergi keluar sore itu. Aku kembali menyusuri kolong atap dan menemukan ruangan semacam dapur dan kulihat Kurnia dan Salsa disitu. Yang menarik perhatianku adalah Kurnia sedang telanjang bulat sementara Salsa hanya menutupi tubuhnya dengan handuk kecil. “Gimana acara mesumnya? Pasti mbak Ani kamu buat klepek-klepek.” Salsa menyidir Kurnia dan dengan santainya hanya dijawab dengan senyuman oleh Kurnia. Salsa kembali merajuk, “Cerita dong, ngapain aja didalam. Emang kamu serius ma mbak Ani?” Salsa kembali bertanya. Sambil mematikan rokoknya, Kurnia menjawab, “Kalo aku sendiri sih cuman pengin ngent*tin dia aja. Sejak pertama kali ketemu 4 bulan yang lalu dan punya angan-angan buat make love ma dia. Soalnya bocahnya keliatan alim, tapi ternyata hot juga di ranjang. Disuruh ngulum tongkolkupun juga mau kok. Kalo dia mau jalan ma aku secara backstreet-an aku mau-mau aja, itung-itung isa ******* gratis. Tapi kalo dia nggak mau juga nggak apa-apa, toh udah dapet barusan. Pokoknya malam ini mau kubuat Anyssa klepek-klepek sampai nggak bisa jalan lurus lagi besoknya.” Kurnia tertawa-tawa yang diikuti dengan tawa Salsa. Saat itulah handuk Salsa melorot, gadis itu mencoba untuk menangkap handuknya yang jatuh namun apa daya, buah dadanya sudah terpampang jelas didepan Kurnia. Tak berapa lama kemudian, terlihat batang kemaluan Kurnia sudah kembali mengeras dan mengacung. Salsa terpekik kaget, namun belum sempat dia bicara mulutnya sudah keburu dicium oleh Kurnia dan payudaranyapun sudah dalam genggaman tangan Kurnia. Hilang sudah handuknya yang tadi dia gunakan untuk menutupi auratnya.
“You harus tanggung jawab nih. memiaw kamu satu-satunya penyelesaian. Aku garap ya Sa?” kata Kurnia tapi sat Salsa akan menolakpun juga sudah tidak mungkin karena diapun sudah bernafsu karena sejak tadi sudah melihat penis Kurnia. Dibalikkannya tubuh Salsa hingga membelakangi tubuh Kurnia. Dibuatnya Ani menghadap kearah meja makan dan condong kedepan sementara dari belakang Kurnia membuat kedua kaki Salsa menjadi mengangkang lalu dengan sigap dia memasukkan penisnya kedalam vagina Salsa menerobos bibir kewanitaan gaids itu. “Kurnia! Apa-apaan sih! Ntar Decky tau bisa bahaya…Kur, ini aku…temenmu. Bukannya kamu sudah punya mbak Ani buat penyaluran.” Namun perkataan Salsa tidak digubris dan bahkan pompaan ****** Kurnia diliang vagina Salsa semakin cepat dan menjadi-jadi. Sambil meremas-remas kedua payudara gadis ini yang menggantung bebas, dia menciumi punggung Salsa. “Akhhh…Sa, aku keluar nih.” Lalu tubuh Kurnia menegang dan menyemprotkan sisa sperma yang tadi belum sempat keluar saat bersenggama dengan Ani, kedalam vagina Salsa. Tak lama kemudian Decky datang dan menemukan Salsa sedang telanjang bulat begitupun dengan Kurnia, sementara dari selangkangan Salsa terlihat cairan putih kental dan bisa dipastikan oleh Decky bahwa sperma itu bukan miliknya karena Salsa sudah mandi barusan. Lalu dimulailah pertengkaran antar Decky dengan Kurnia. Hal tersebut membuat heboh seisi villa dan ini kesempatan buatku untuk kabur. Nora sudah masuk kedalam untuk melihat apa yang sedang terjadi dan pintu keluarpun terpampang jelas.
Aku lalu kembali ke Jogja bersama kenangan bahwa Anyssa ternyata sudah tidak seperti dulu lagi yang polos, Anyssa sudah berubah menjadi gadis yang liar dan berani berselingkuh dibelakangku. Setidaknya aku tidak pulang dengan tangan kosong karena aku membawa rekaman didalam kamera digital 12 mega pixel yang kemana-mana selalu kubawa dan terbukti bermanfaat. Inilah senjataku untuk mengendalikan gadis-gadis itu nantinya.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1456