09. Isi Sebuah Diary
Namanya Jonathan Bramantya, panggilannya di kampus Jo sedangkan keluarga dan saudaranya biasa memanggilnya San San (mungkin nama aslinya, soalnya dia keturunan Chinesse). Seorang yang sangat borju menurut penilaian anak-anak kost ditempatku. Dia barusan masuk kelingkungan kost kami. Dalam hitungan hari saja sudah bisa bergaul dengan akrab dengan seluruh anak kost, maklum tiap kali dia datang selalu bawa cemilan banyak jadi mau tidak mau kami menyambutnya dengan hangat meskipun tak jarang yang kami sambut sebenarnya cemilannya. Berkulit putih (iyalah…) rambut nyaris botak karena habis di plonco di kampusnya dan agak gemuk, untuk tinggi yah seukurankulah sekitar 177 cm. Tapi yang menonjol dari dirinya selain kekayaannya adalah sifatnya yang sok pamer. Tak jarang kami anak-anak kost yang lain dibuat keki oleh sikapnya yang cenderung menganggap dirinya serba bisa.
Sekitar 1 bulan setelah dia tinggal di kost kami, Jo datang kekamarku. Dia memang paling akrab denganku karena akulah yang paling setia mendengarkan bualan-bualannya tentang kekayaan dan apapun yang dia ceritakan walau tak pernah kuperhatikan sama sekali. “Bos, how are you my friend?” seperti biasa Jo menyapaku dengan bahasa inggris segala. “Apaan?” aku asal-asalan saja menjawabnya dan ternyata dia mengajakku untuk pergi nanti malam dengan mobilnya. “Mau kemana emang?” tanyaku penuh selidik. Dengan santai Jo hanya menjawab, “Ntar juga tau bos. Nyantai aja, dijamin asik. Jo gitu lho.” Lalu dia beranjak pergi sambil membawa sebungkus coklat dari kamarku. “Hoi coklat ku…” teriakku tapi dia sudah menghilang. “Sialan! Kaya-kaya kok clutak (rakus-bahasa Jawa;red)” umpatku dalam hati
Sekitar jam 7 malam kami akhirnya jadi pergi juga ketempat yang ditunjuk Jo waktu dijalan. “Kamu yakin ini tempatnya?” tanyaku padanya. Jo menjawab ringan, “Bener kok. Emang disini, asyik khan?”
“Setan! Asyik gundulmu (kepalamu-bahasa Jawa;red) ini khan kost-kostan cewek.” Umpatku kesal. Jo hanya tertawa dan ternyata aku hanya dijadikan sopir baginya karena SIM A nya sedang bermasalah. “Tenang bos! Ntar gua kenalin cewek cantik.” Timpalnya padaku. Dan benar saja, selang beberapa menit kemudian muncullah dua orang cewek cantik. Salah satunya adalah kekasih Jo yang bernama Zara, sementara temannya bernama Anggie. Zara ini berpostur cukup tinggi, tinggi badannya setinggi telingaku sementara badan luar biasa seksi dan padat, maklum hobinya renang. Sementara itu Anggie merupakan cewk yang tidak terlalu tinggi tetapi yang membuatku kagum adalah caranya berpakaian sangatlah seksi. Malam itu Anggie menggunakan tank top warna pink tanpa jacket dan rok mini warna putih bergaris merah muda. Saat kami berempat bercakap-cakap sesekali aku melirik kearah belahan dada Anggie dan nampaknya Jo sudah menyadarinya dan hanya berdehem pelan untuk menyadarkanku.
Kami akhirnya memboyong dua gadis itu kesebuah tempat karaoke dipusat kota. Sembari bernyanyi-nyanyi aku sesekali melirik Jo yang kelakuannya sudah mulai nakal. Tangannya sedari tadi sudah tidak bisa diam dan bermain-main didalam baju Zara. Zara sendiri rikuh karena sesekali payudaranya yang masih tertutup bra warna hitam itu terpampang karena tangan Jo menyingkap kaus tanpa lengannya secara tak sengaja. Namun apa daya tangan nakal Jo sudah menjadi-jadi apalagi ketika mereka mulai berciuman dengan dahsyatnya. “Jo…udah! Ada mas Adi disini, nggak enak.” Zara menukas Jo tapi kekasihnya itu tetap saja melanjutkan foreplaynya bahkan dengan berani dia membuka paksa kaus Zara, “Tenang aja Ra. Mas Adi sudah sangat berpengalaman dibidang ini kok. Heheheh…” sahut Jo sambil terkekeh.
Dalam hitungan menit seluruh baju kedua muda mudi itu sudah terlucuti. Aku dapat melihat payudara putih Zara yang ukurannya 34A itu dengan leluasa walaupun lampu dikamar karaoke ini remang-remang. Bagian vagina Zara tertutupi bulu lembut yang masih jarang, dan jelas sudah basah oleh cairan kewanitaan. Sembari berciuman, Zara mengocok penis kekasihnya itu sampai menegang. Ternyata diluar dugaanku, Jo orang yang sangat percaya diri sekali itu hanya mempunyai penis yang kecil. Astaga, pikirku. Penis milik Catur saja masih lebih besar dari ini, ini sih paling-paling sepuluh cm saja. Sementara itu Anggie yang dari tadi terpana akhirnya sadar juga ketika tiba-tiba aku mencium bibirnya. Gadis yang tadinya melawan ini lambat laun juga membalas ciumanku, nampaknya dia juga sudah terangsang oleh tingkah laku dua temannya itu. Bibir mungil Anggie nampaknya sudah mempunyai jam terbang tinggi, permainan lidahnya benar-benar membuatku semakin terbang dan jujur saja aku akui kalau tehnik ciumannya memang berada diatasku.
Sembari berpagutan dengan Anggie, aku mulai menyusupkan tanganku kedalam kaus dan bra milik gadis ini dan dalam hitungan menit nampaknya Anggie sudah terangsang sekali dan tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Langsung saja dia buka kaus dan bra nya dan dibuang begitu saja kelantai sementara itu aku dengan sigap membuka seluruh pakaianku kecuali celana dalamku. Sembari meremas-remas payudaranya, aku sesekali memberikan ciuman dan kuluman kearah payudara Anggie. Tanganku yang bebas bergerak segera kususupkan langsung kedalam rok mininya dan jemariku langsung dapat menemukan liang kemaluan gadis cantik ini. Vagina Anggie sudah basah dan ternyata tercukur bersih tanpa bulu, berbeda dengan milik Zara. Beberapa saat kemudian berkat kelihaian tangankupun celana dalam Anggie lolos dan terlempar kelantai namun rok mini jeans masih dia pakai.
“Akhh…terus sayang…jangan malu-malu. Sedotan loe emang…paten abis..ohhh” suara tersebut membuatku berpaling dan kulihat Zara sedang melakukan oral seks dengan Jo. Dikulumnya penis Jo dan dikocoknya dengan perlahan menggunakan mulutnya. Pemandangan ini benar-benar luar biasa, seorang gadis secantik Zara mau mengulum penis seorang pria dan dilakukannya dengan cukup liar. Tak beberapa lama kemudian Jo menegang dan memuntahkan cairan spermanya kearah payudara Zara yang putih mulus itu. “Sayang…akhhh…” lenguhan Jo bercampur dengan suara desahan Anggie yang saat itu sudah dalam kondisi persengamaan denganku. Penisku sudah mulai menggenjot vagina gadis cantik ini dengan cepat. Zara berpaling kearah kami dan terkejut. Walaupun dalam kondisi remang-remang, tapi dengan jarak sedekat itu dia bisa melihat dengan cukup jelas vagina temannya tersebut sedang dibombardir dengan sodokan-sodokan batang kejantanan milikku. Entah bagian mana yang membuatnya tertegun tapi yang jelas setiap kali aku melakukan pompaan terhadap Anggie, Zara serasa enggan untuk mengalihkan penglihatannya dari liang kemaluan temannya tersebut.
“Okhhh…terus mas..!! Lebih keras lagi mas…!” Anggie nampaknya sudah hilang akal karena minuman keras tadi. Padahal sodokan penisku sudah terbilang brutal, karena biasanya aku tidak berani melakukannya kepada gadis-gadis lain karena pasti mereka mengeluh sakit, tapi Anggie beda, dia malah ingin lebih keras lagi. Aku lalu memindahkan posisiku agak keatas dan sembari aku kaitkan tungkai kaki Anggie kebahuku, aku mengambil nafas panjang dan lalu kuberikan sodokan terkerasku nan cepat yang membuat Anggie terpekik keras. Sodokan-sodokan berikutnya menjadi sebuah hardcore session karena terus terang saja aku baru pertama kali ini melakukan percintaan sebrutal ini. Namun jujur dalam hati aku sangat menikmatinya dan nampaknya Anggiepun menikmati hal ini juga. Terbukti dari desahan-desahannya tiap kali tongkolku menyeruak masuk dan mengobrak-abrik vaginanya. “Akhh…terus mas! Anggie suka ****** punya mas Adi…akhh…” Anggie terus berceloteh.
Selang beberapa menit kemudian aku merasakan otot-otot vagina Anggie mulai menegang dan seolah mengikat batang kemaluanku. Dia telah mencapai orgasmenya, pikirku. Aku perlahankan genjotanku untuk memberikan dia peluang menikmati kepuasannya. Lalu kemudian aku kembai menghajar liang vagina gadis ini meskipun empunya telah lemas. Hanya beberapa saat kemudian aku merasakan penisku berdenyut-denyut dan, “Crott…crott…crottt…crottt…” menyemburlah cairan putih kental dari ujung penisku membasahi liang senggama gadis itu. “Anggie…aku keluar..” ucapku seraya menciumnya dalam-dalam dan diapun membalasnya dengan tak kalah mesranya, sementara itu tubuh kami saling merangkul erat terutama Anggie seolah-olah tak rela jika aku mencabut batang kejantananku dari vaginanya.
Tak selang berapa lama kemudian kami berdua terkulai lemas dengan kondisi bugil total sementara Anggie masih mengenakan rok mininya. Terlihat air maniku mulai menetes dari kemaluan Anggie yang memerah itu. “Mas Adi hebat yah. Kedua pararku aja cuman isa muasin diri sendiri, kalah jauh sama mas Adi.” Ucap Anggie disertai gelak tawa ringan. Dia menawariku untuk menjadi pacarnya yang itu berarti dia akan punya 3 pacar sekaligus, namun aku menolaknya karena aku sedang berhubungan dengan seseorang. Tapi aku menawarkan jika dia butuh kepuasan dan kebetulan aku lagi longgar, aku akan memberikan service terbaikku padanya dan diapun setuju.
Aku kembali menoleh kepada pasangan Jo. Pemuda itu malah lemas lunglai dan setengah ngantuk sementara Zara terduduk lemas, nampaknya barusan Jo memberikan mansturbasi pada Zara melalui remasan di payudara dan jilatan pada klitoris gadis ini. “Kenapa nggak ngent*tan aja sekalian? Nanggung khan.” Kataku kepada Jo. Jo hanya tersenyum saja tak menjawab. Pada saat pulang baru aku diberitahu olehnya bahwa Zara masih perawan dan belum berani melakukannya. Setiap kali Jo memaksanya hasil akhirnya adalah berantem terus dan Zara mengancam untuk putus. Aku maklum kalau Jo hanya bisa mengalah karena Zara adalah gadis cantik yang lain dari yang lain, bisa dibilang kalau pandai membawa diri seperti Ranti, gadis yang pernah aku kenal di Bali. Jo sengaja mempertontonkan live show antara aku dengan Anggie hanya untuk memancing gairah Zara dengan harapan Zara mau dia setubuhi diruangan itu nantinya. Namun gagal total gara-gara Zara malah termangu melihat penisku yang jauh lebih besar dari pada Jo. Bahkan menurut pengakuan Jo, Zara disaat diantar kekost-nya sempat tanya kepadanya mengenai kehidupan seksku dan cara agar mempunyai penis sebesar itu. Malam itu aku pulang dengan senyum namun Jo pulang dengan kejengkelan akibat nafsu yang tertunda.
Anyssa yang Ternoda
Tiga hari sudah setelah aku memadu cinta dengan Anggie. Pagi itu tiba-tiba HP ku berbunyi dan ternyata nomor Anggie. Dia mengajak untuk ketemuan di kafe dekat kampusnya. Aku bergegas dan menemuinya disana.
“Halo mas Adi. Dah nggak lemes lagi?” candanya kemudian kami berdua tergelak dalam tawa. “Wah ada apa nih? Tumben ada cewek manggil aku pagi-pagi.” Tanyaku penuh selidik.
Anggie tersenyum dan seorang waitress menghampiriku untuk memberikan daftar menu. Setelah aku memesan, kembali aku bertanya pada Anggie, “Nah sekarang ada apa Gie?” tanyaku lagi. Gadis ini hanya tersenyum dan setelah agak lama dia baru mengatakan maksud tujuannya memanggilku kemari. Anggie ternyata tak bisa melupakan kejadian di ruang karaoke tersebut dan menginginkannya lagi. Dia juga mengatakan kalau selama ini baru akulah yang dapat membuatnya orgasme. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya aku bercerita kalau saat ini aku sedang dirundung masalah. Aku menceritakan mengenai penyelewengan pacarku Anyssa sebanyak dua kali (yang aku tahu) dan bingung apakah harus melanjutkan hubungan dengannya atau tidak. Aku juga tidak segan-segan menceritakan mengenai masa lalu hubungan kami yang bisa dibilang tidak lazim karena kami setidaknya sudah dua kali melakukan swing partner. Namun diluar dugaan Anggie menanggapinya dengan serius dan diapun memahami apa yang kurasakan.
“Aku punya ide nih. Tapi nggak tau mas Adi suka atau tidak. Tapi sebelumnya aku mau tanya apakah mas Adi emang berniat menjadikan pacar sekarang menjadi istri?” tanya Anggie penasaran. Aku memandangnya dan menjawab, “Aku juga nggak tahu nih, aku inginnya dia jadi pacarku karena dah cukup lama juga kami berhubungan tetapi nasi sudah menjadi bubur gini, aku juga malas kalau dia ******* ma cowok lain dibelakangku terus.”
Anggie tersenyum, “Hahaha…dasar cowok. Bukannya mas Adi juga sering ******* ma cewek lain selama ini? Aku aja nggak dikasih ampun kemaren..hehehe…” Aku hanya bisa tersenyum saja, karena memang benar kalau akupun tak jauh beda engan Anyssa tapi persetanlah. Anggie lalu melanjutkan, “OK kalau gitu. Anggie punya usul nih. Gimana kalau mas Adi bawa rekaman itu dan menunjukkannya kepada Anyssa terus mas Adi tuntut dia untuk melakukan apa yang mas Adi mau. Itung-itung balas dendam gitu. Pernah nggak pengin bercinta dengan kakak beradik sekaligus? Katanya yang adiknya, si Lina lebih cantik.”
Kata-kata Anggie seperti petir yang menyambar kepalaku dan membakar otakku luar dalam. “Boleh juga usulmu. Tapi Lina mana mau bercinta denganku didepan kakaknya?” lanjutku lagi. Anggie hanya tersenyum, “Itulah masalahnya…heheheh.”
Tapi setelah kupikir-pikir aku jadi ingat kembali kalau Lina pernah mengatakan kalau dia pernah menyukaiku sebelum aku jadian dengan kakaknya. So…what the hell lah. Setelah aku selesai ngobrol-ngobrol dengan Anggie aku lalu pergi menelepon Anyssa dan mengajaknya ketemuan dikostku. Anyssa terkesiap ketika aku menunjukkan rekaman ketika dia bercinta dengan Edwin di kamar kostnya dan Kurnia waktu di villa. Lalu sambil sesenggukan menangis dia berkata bahwa hubungannya dengan Kurnia sudah berakhir ketika dia ribut dengan Decky karena telah bercinta dengan Salsa di villa tempo hari itu. Bahkan Anyssa juga berkata sembari memohon kalau dia akan melakukan apapun agar aku tidak memutuskannya.
“Bagaimana jika aku ingin kamu melayani aku dengan seorang cewek satu lagi?” tanyaku kepadanya dan Ani pun menyanggupinya. “Tetapi siapa ceweknya?” Anyssa bertanya kepadaku penasaran. Aku hanya tersenyum dan mengatakan kalau cewek kedua itu adalah adik kandungnya sendiri, Lina. Ani terkejut dan sempat marah kepadaku namun berangsur hilang emosinya ketika aku menceritakan bahwa aku pernah bercinta dengan adiknya sebanyak dua kali. Dengan berat hati Ani menyanggupi permintaanku.
Pada hari yang ditentukan aku menyewa hotel di Malioboro street (ceile…pake street segala..) yang dulu sempat terbelah dua gara-gara gempa. Dengan kamar kedap suara ukuran superior inilah aku akan bercinta seharian dengan dua dara cantik kakak beradik. Lina semula menolak tetapi aku rayu-rayu akhirnya mau juga datang. Nampaknya dia masih menyimpan rasa cintanya kepadaku.
Sekitar jam 4 sore Lina datang dan aku bersama Ani sudah menunggunya. Kami lalu langsung mandi bersama. Aku bisa melihat kerikuhan dimata kedua gadis ini ketika mencopot pakaiannya satu demi satu hingga bugil total. Payudara Ani dan Lina nampak begitu kontras dalam bentuk namun keduanya sama-sama menggemaskan. Sambil mandi dengan shower aku memeluk mereka berdua dan menciumi bibir mereka satu demi satu bergantian. Sambil saling menyabuni satu sama lain kami juga tak lupa untuk saling meraba-raba. Aku merekasan tangan mungil Lina menemukan penisku dan mulai mengocoknya perlahan. Tak lama kemudian Ani membungkuk dan membuka mulutnya mengoral penisku dengan tangan kanannya disentuhkan ke bibir vagina Lina, adiknya. Sesekali Ani menusuk-nusukkan jari telunjuk dan jari tengahnya kedalam liang senggama Ani dan merangsang klitoris gadis SMU ini.
Mendapat perlakuan seperti itu Lina mulai melenguh, mendesah sejadi-jadinya apalagi payudaranya sedang aku remas dan pilin dengan kedua tanganku sementara lehernya aku ciumi habis habisan.
Selesai dengan foreplay dikamar mandi selama 15 menitan itu kami bertiga mengeringkan diri dan beranjak ketempat tidur besar. Aku mulai menciumi Ani yang dalam posisi terlentang sementara Lina gantian merangsang kakaknya dengan meremas payudara kakaknya dan menciumi sembari menyedot payudara kakaknya seperti yang kusuruh. “Akhh…Lin, udah! Aku mau meledak nih rasanya…akhhh.” Ani mulai meracau ketika jemari lentik Lina juga bermain di liang senggamanya sementara itu aku menciumi leher Ani sembari meremas payudara Lina yang menggantung bebas. “Mas Adi, siapa yang duluan?” Lina nampaknya sudah sangat terangsang mengingat forplay di kamar mandi barusan cukup lama sementara vagina kedua gadis ini sudah basah kuyup.
Aku terus menyuruh Lina tengkurap diatas tubuh kakaknya dan berciuman dengan kakaknya sementara vagina kedua gadis ini seperti berpepetan satu dengan satunya. Sebelumnya kedua gadis ini merasa risih untuk berciuman namun lambat laun mereka mulai mengabaikan rasa itu. “Dari pada satu-satu mending dua-duanya sekalian ya?” kataku pada kedua kakak beradik ini. Tanpa menunggu aba-aba batang kejantananku yang sudah menegang dari tadi langsung menyeruak membuka bibir vagina Lina yang dalam posisi tengkurap diatas tubuh Anyssa yang terlentang. Dalam hitungan etik seluruh penisku sudah masuk kedalam vagina Lina dan disertai dengan sodokan kecil.
“Akhh…” Lina tersentak dan mengerang kecil namun kembali dia mnciumi bibir dan leher kakaknya sambil dengan satu tangan meremas payudara Ani. Aku mulai melakukan sodokan-sodokan perlahan namun dalam. Dalam posisi ini aku dapat melihat tiap kali aku menusukkan panisku kadalam vagina Lina, vagina Ani yang suda membuka kecil nampak berkedut kencang dan ikut bergoyang, mungkin karema ada bagian bibir vagina Ani yang terstimuli oleh gesekan dari buah zakarku (kantung pelir…atau apa ajalah namanya).
“Ohhh…kalian benar-benar seksi sekali. Lina aku agak keras yah mompanya?”
kataku pada Lina. Dia menjawab sembari mendesah tak karuan, “Mfhh…akhh…iya deh terserah mas Adi. Yang keras juga nggak papa kok.” Katanya sambil setengah menengadah seperti sedang terbuai dengan pompaan didalam vaginanya.
“Di! Jangan keras-keras! Kasihan dia ntar. tongkolmu khan gede, kalau memiaw adikku rusak gimana coba?” kata Ani protes namun segera dia ketika aku mencabut batang kemaluanku dari vagina Lina dan aku masukkan dengan cepat kedalam liang kewanitaan Anyssa desilingi dengan erangan Ani. “Akhh…sakit..akhh…” erangan sakit itu hanya bertahan beberapa detik, selang beberapa lama kemudian desangan kenikmatanlah yang berkuasa. Sembari aku meremas payudara Lina dan Ani bergantian dari belakang, aku mempercepat intensitas sodokan penisku keliang kenikmatan mereka berdua bergantian.
Selang lima belas menitan kami dalam posisi ini nampaknya Ani sudah akan mencapai klimaks keduanya (yang pertama dikamar mandi waktu foreplay). Akupun lalu mempercepat goyanganku di vaginanya dan begitu dia mencapai klimaknya aku menusukkan sedalam-dalamnya batang kejantananku kedalam vaginanya dam mendiamkannya disitu untuk memberikan kesempatan Ani mencapai orgasmenya. “Di…aku keluar..akhh…Adi…akhh…” desahan kenikmatan itu cukup keras, untungnya kamar ini kedap suara. Spermakupun juga keluar ketika aku melakukan tusukan final itu karena sebenarnya aku sudah menahannya dari tadi. Cairan putih kental itu menyemprot di rahim Anyssa yang lalu aku cabut penisku dan aku masukkan kedalam vagina Lina dan menyemprotkan sisanya kedalam liang kewanitaan Lina.
“Akhhh…mas Adi..” Lina ambruk menindih tubuh kakaknya dan aku dapat melihat dari kedua bibir vagina baik dari Lina maupun Anyssa menetes cairan putih kental. Aku lalu merengkuh tubuh Lina dan mengajaknya bergeser kesisi tempat tidur yang lain agar Ani dapat beristirahat sebentar. Lalu dengan posisi Women in Top aku kembali bercinta dengan Lina. “Sekarang kamu diatas yah Lin. Kamu yang ent*tin kakak.” Kataku padanya. Wajah Lina agak merah mungkin ada rasa malu disana selain terangsang karena dia sudah berlaku begitu binal kepada kekasih kakak kandungnya dan didepan kakaknya pula. Ani yang masih lemas menoleh dan melihat bagaimana Lina, adiknya menindih tubuhku dan selangkangannya menggilas penisku tak bersisa hingga masuk kedalam semuanya dan terkadang memompanya dengan posisi vertikal yang membuat batang kejantananku berdenyut kencang lagi. “Lina, ternyata kamu bisa sebinal itu yah?” sindir Ani namun tak digubris oleh Lina, “Biarin aja, memiawku kata mas Adi lebih sempit kok.” Balas Lina kepada kakaknya. Aku bisa melihat kecemburuan Ani kepada adiknya.
Lina lalu mencium bibirku dan meningkatkan genjotan vaginanya lebih liar lagi. Luar biasa, setelah orgasme di kamar mandi tadi dia masih punya kekuatan untuk bercinta selama ini. Tak berapa lama kemudian Lina terbelalak dan mengerang kesakitan. Ternyata Anyssa menusukkan dildo bergerigi yang dapat digunakan di pinggang seperti sabuk biasa. Sambil menyalakan dildo tersebut hingga berputar-putar, Anyssa juga melumurinya dengan lotion pelicin. Dengan desakan pinggul Anyssa, dia menusukkan dildo itu kedalam liang anus adiknya, Lina.
“Sakittt…mbak Ani…sakittt..” teriak Lina namun segera kubungkam dengan ciuman dahsyat dibibirnya. Dalam hati aku juga ingin tahu rasanya bagaimana bercinta dengan formasi seperti ini. Karena sudah dilumuri lotion pelicin, maka dildo getar bergerigi tersebut dapat dengan cepat masuk kedalam liang anus Lina lalu Anyssa menyodokkannya pelan-pelan. “Gimana? Enak? Adi yang rencanain ini bukan aku. Kalau mau marah ma dia saja sana.” Goda Anyssa, nampaknya ada rasa jengkel kepada adiknya satu ini karena telah ******* dengan pacarnya, buktinya selang beberapa lama kemudian Ani mulai mempercepat sodokan-sodokan dildo tersebut dengan sedikit brutal juga. Anyssa berubah bernafsu kepada adiknya seperti pria saja mengingat ada dildo yang menggantung di selangkangannya.
Mungkin karena sudah lelah, Lina hanya dapat menerima saja perlakuan seperti ini dan Lina hanya bisa menikmatinya. Sekitar lima menit kemudian Lina mencengkeram rambutku dan mendesah keras, ini adalah tanda dia sudah mencapai orgasmenya. Sambil berhenti bergoyang sejenak Lina memelukku erat-erat sementara Anyssa juga menghentikan sodokannya dan melepaskan dildo tersebut dari sabuknya sehingga dibiarkan menancap di liang anus Lina.
Setelah Lina selesai dengan orgasmenya, aku mencabut penisku dan kusuruh kedua gadis ini untuk mengoralnya bersamaan dan hanya tiga menitan sebelum dari batang kemaluanku menyemburkan cairan sperma kental kearah bibir dan muka kedua gadis ini. Wajah, bibir, leher dan dada juga perut Lina dan Anyssa berlumuran spermaku. Hari itu setidaknya kami melakukan threesome sebanyak 3 kali hingga tengah malam, paginya Lina kembali untuk sekolah sementara aku dan Lina ada jadwal kuliah siangnya jadi tidak sempat bercinta lagi pagi harinya.
Kupikir ini adalah akhir dari hubunganku dengan kedua gadis ini namun ternyata ini adalah sebuah awal yang baru dalam hubungan percintaanku yang kali ini dengan kakak beradik sekaligus.
Menjadi Kamerawan Semalam
Masih ingat dengan Sammy? Yup, teman lamaku yang berpacaran dengan gadis bernama Riska dan kami pernah melakukan swinger berempat. Kali ini dia datang lagi ke kost ku tetapi sendirian. Awalnya dia hanya mengajakku nongkrong di kafe dekat kampus sembari ngobrol ringan tetapi setelah berlama-lama dia akhirnya mengutarakan maksudnya menemuiku.
Ternyata dia ingin aku merekam dan mengabadikan adegan percintaannya dengan Riska. Yang lebih gilanya lagi dia ingin melakukannya dengan tambahan satu perempuan lagi. “Terus gua dapat apaan?” tanyaku bercanda kepadanya. Dan jawabannya ternyata membuatku tambah semangat lagi, “Aku kasih tubuh Riska deh buat kamu semalam. Tapi hutangku waktu itu dianggap lunas yah, hehehe.” Sammy ternyata punya akal-akalan bulus terhadap pacarnya dan kepadaku. Dia pernah meminjam uang sebesar 500ribu rupiah kepadaku untuk melunasi uang kuliahnya dan akupun tak segan untuk memberikannya karena dia sudah kuanggap seperti saudara sendiri lagipula juga sering aku minta tolong padanya jadi uang itu sebenarnya sudah aku hibahkan kepadanya dan bukan pinjaman tetapi nampaknya dia menganggapnya lain, yah tak apalah…toh aku gak rugi.
Sorenya aku dijemput oleh Sammy, ternyata Riska sudah menunggu dirumahnya di Magelang yang letaknya agak jauh juga dari kota tempatku tinggal. Riska ini anak orang kaya sehinga dia diberikan rumah sendiri di Magelang sementara orang tuanya berumah di kota Demak dan Semarang. Rumah yang tingkat dua ini bagian bawahnya biasa digunakan sebagai toko elektronik dan sebenarnya rumah ini jarang ditempati oleh Riska karena gadis ini kuliah di semarang sehingga di menempati salah satu rumah orang tuanya. Adapun toko tersebut sedang tutup sekarang karena hari minggu.
Sebelum aku dan Sammy kerumah Riska, kami terlebih dulu pergi menjemput seseorang di Jogja yang ternyata gadis yang akan ditiduri Sammy nanti bersama Riska. Gadis ini bernama Evita Ratnasari yang biasa dipanggil Ratna, ternyata dia adalah gadis yang sering jadi bookingan ayah dari Riska dan Riska juga tahu hal itu makanya ini menjadi semacam balas dendam sang anak. Ratna ini cukup cantik walaupun tidak secantik Riska tetapi bodynya tinggi dan sangat aduhai, mirip peragawati. Saat aku tanya berapa ongkosnya, tebak saja sekali kencan 1 juta rupiah namun bagi Riska yang membayar, duit segitu dianggapnya kecil asalkan dapat membalas kelakuan ayahnya.
Akhirnya tiba juga kami di Magelang ditempat dimana Riska sudah menunggu kami. Di lantai dua aku masuk kedalam ruangan dimana Riska sudah menyiapkan segalanya. Ruangan besar dengan dikelilingi dinding warna kuning redup sementara atapnya separuh terbuat dari mika transparan yang dapat ditembus sinar matahari namun sangat kokoh. Terdapat dua kasur springbed tipis yang lebar diletakkan di lantai berkarpet. “Nah kalau begini khan tidak takut tentang pencahayaan lagi khan.” Kata Riska sambil menyalakan lampu neon kabut yang biasa digunakan untuk kemping digunung yang diambil dari tokonya.
Dengan tiga buah neon terang ditiap sudut ruangan membuat ruangan tersebut menjadi terang benderang. Sammy datang dan memeluk Riska lalu menciuminya dengan cukup bernafsu. Riska lalu berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman Sammy, “Ini khan belum saatnya mulai, kasihan Adi tuh. Apa dia nggak kepingin ntar heheheh… Suruh onani dulu aja biar nanti bisa menahan libidonya pas kita action.” Katanya kepada Sammy. Sammy hanya tertawa dan mengiyakan.
“Sialan. Aku gak perlu pake gituan juga dapat menahan diri kok. Atau sini aku pelampiasannya kekamu aja Ris.” Balasku kepada mereka. “Wah nggak bisa dong, ntar dia lemas duluan. Bagian kamu ntar aja kalo udah jadi filmnya, OK.” Sammy mencegahku.
Riska lalu berganti pakaian dan kembali lagi dengan mengenakan daster warna silver satin yang tipis menerawang dan terlihat dari luar kalau dia tidak memakai bra. Sementara itu Ratna memakai tanktop dengan rok mini warna merah tua. Akhirnya adegan pertama dimulai ketika Sammy menciumi Riska dan Ratna bergantian. Satu demi satu pakaian Sammy dan Ratna dipreteli hingga mereka bugil total. Sementara itu Riska memelorotkan celana dalamnya tapi masih menggunakan daster silvernya. Terlihat payudara Ratna yang ranum itu sudah mencuat seolah menantang untuk diperlakukan lebih. Memang buah dada Ratna berbentuk lancip tapi besar ini benar-benar seksi jadi wajar saja kalau ayah Riska tergila-gila dengan gadis ini.
Sambil mengarahkan handycam, aku mengintari ruang itu sehingga mendapatkan sudut pandang yang pas. Ratna terlihat sedang menjilati dan menciumi penis Sammy yang hitam itu sementara Riska berciuman dengan Sammy. Kemudian Sammy berbaring terlentang lalu Riska mengangkangi wajah Sammy dan terkuaklah liang vagina gadis yang pernah kutiduri dulu itu, Sammy pun menjilati dan menusuk-nusuk liang kewanitaan Riska dengan lidahnya yang besar itu. Riska mendesah keras sementara Ratna masih menciumi seluruh badan Sammy yang kemudian berciuman dengan Riska dengan panasnya. Lidah kedua gadis ini bertautan dan walau Riska masih canggung tapi Ratna nampak tak masalah bahkan sudah ahli dibidang ciuman ala lesbi ini.
Hanya selang beberapa menit kemudian ciuman kedua dara ini berganti kearah penis Sammy yang dari tadi sudah mengacung keras. Dengan separuh berebut kedua gadis ini memamerkan kelebihannya masing-masing dalam melakukan oral seks kepada Sammy. “Wah, kasihan Sammy kalau kalian kerjain berdua begini. Bisa-bisa dia kena serangan jantung dadakan…hahaha..” Kataku kepada kedua gadis ini namun Ratna dan Riska hanya tertawa saja, sementara Riska malah menjadi-jadi menggoyangkan pangkal pahanya. Cairan kewanitaan mulai keluar dari vagina Riska sementara vagina Ratna masih belum sebasah Riska. Ratna lalu memintaku untuk memberikan lotion kedalam vaginanya untuk memudahkan penetrasi nantinya. Dengan tangankulah lotion tersebut memasuki liang vagina gadis ini. “Akhhh….terus Di..akhh..tahu gini gak perlu pake lotion, tinggal pake jari kamu juga sudah cukup sayang…” Ratna mulai terangsang hebat setelah aku iseng menstimuli liang kewanitaanya ketika aku memberikan lotion.
Sammy lalu mengubah posisinya dan sekarang dia membaringkan kedua gadis ini terlentang saling bersampingan berjajar. Riska disebelah kiri sedangkan Ratna disebelah kanan. Penetrasi pertama dilakukan kearah vagina Riska. Aku dapat melihat dengan jelas saat bibir putih vagina Riska mulai terbelah disaat batang kemaluan Sammy memasukinya. Batang kejantanan warna gelap itu langsung mengobrak-abrik vagina Riska dengan sodokan-sodokannya yang semakin lama semakin cepat saja. Sementara itu tangannya dengan terampil menstimuli payudara Riska dan Ratna. Ratna sendiri ikut berciuman dengan Sammy sembari tangannya melakukan mansturbasi. Selang sekitar 10 menit kemudian, Sammy berganti menyetubuhi Ratna dan dilakukannya dengan gencar. Sodokan demi sodokan terlihat seperti Sammy sedang kesetanan saja.
Dan ketika aku masih terhanyut dengan pemandangan hot didepanku, tiba-tiba Riska datang (aku tidak sadar kalau dia tadi sempat beranjak pergi dari kasur) dan mengikat kedua tangan Ratna dengan salah satu jeruji jendela antar ruang yang terbuat dari besi. Ratna terkejut karena hal ini tidak dalam rencana mereka.
“Apa-apaan nih? Gua dibayar bukan untuk beginian. Lepasin!” Ratna mulai berang dan terganggu namun Sammy malah memaksanya berposisi menungganginya diatas dengan tangan terikat menjulur keatas karena tali ikatan tersebut diperpendek oleh Riska. “Ini karena kamu udah berani jadi pengganggu rumah tangga ortu ku. Sekarang mending jangan berontak atau teriak. Ini lantai dua dan tertutup rapat semua dindingnya sementara sekeliling sini cuman ada toko-toko yang bangunannya cuman setingkat dan pada tutup karena minggu jadi tidak bakal ada yang dengar kamu teriak. Sekarang kamu ikutin aja apa kataku.” Riska balas membentak dan kali ini Ratnapun ciut, apalagi setelah berkali-kali teriakannya seolah membentur dinding.
Sekarang aku mengerti tujuan dari kedua orang ini membawa Ratna turut serta. Ternyata Ratna bukan sekedar wanita panggilan ayah Riska namun sudah menjadi kekasih gelapnya. Bahkan dari ayah Riska, Ratna sudah dapat sebuah rumah tipe 45 di Jogja dan sebuah mobil Panther warna biru tua.
Sammy sekarang dari bawah memaksakan pinggul Ratna untuk bergoyang-goyang dalam posisi Woman on Top dengan kadang disertai sodokan kasar di liang kewanitaan gadis ini. Perkataan maaf dan penuh iba seolah meminta pengampunan tidak digubris oleh Riska. Dia bahkan membawa cambuk sekarang. Mulai dari detik ini semua tidak lagi seerotis yang kubayangkan. Ternyata Riska mempunyai dendam yang sangat besar kepada Ratna yang dianggapnya sebagai biang kerusakan rumah tangga orang tuanya.
Terus terang saja aku sendiri bukan seorang penggemar sadomachosism (seks dengan kekerasan) tetapi saat aku melihat posisi Ratna yang ditunggangi Sammy dengan gaya doggy style dengan buah dada yang bergelayutan dan tiap kali disodok oleh Sammy bergoyang-goyang, lama-lama membuatku menjadi turn on juga. Cambukan demi cambukan yang dilakukan oleh Riska mebuat bekas kemerahan di punggung dan pantat Ratna. Setelah puas dengan doggy style sekarang Sammy berbalik memposisikan dirinya dibawah dan menggunakan gaya women on top. Sementara itu Riska menggunakan dildo kecil menyodokkannya kedalam liang anus Ratna hingga gadis ini menjerit kesakitan. Namun apa daya jeritannya malah membuat kedua sejoli ini tambah bersemangat untuk mengerjai gadis ini.
Sekitar 15 menitan Sammy bertahan dengan posisi tersebut sebelum akhirnya dia mencapai klimaksnya dengan mencengkeram bongkahan pantat Ratna yang sudah membilur akibat cambukan dari Riska. Dari handy-cam aku dapat melihat jelas tetesan sperma mengalir deras ketika Sammy mencabut batang kemaluannya dari liang kewanitaan Ratna. Ratna yang sudah lemas dan nyaris pingsan itu tiba-tiba terbelalak dan mengejang. Ternyata Riska sedang memasukkan dildo ukuran sedang kedalam vagina Ratna dan bukan hanya satu saja melainkan 3 buah dildo ukuran sedang dimasukkannya satu demi satu.
“Kalau udah gini, aku jamin kalau memiaw kamu nggak bakal bisa muasin cowok manapun karena udah longgar. Nih lagi biar tau rasa kamu!” Riska dengan senyuman bengisnya memasukkan dildo keempat diiringi dengan teriakan Ratna kemudian dia lemas tak berdaya. Keempat dildo dengan putaran vibrator tersebut lalu dihidupkan sehingga mengeluarkan gerakan menusuk-nusuk dan berputar, hal tersebut membuat vagina Ratna memerah dan terlihat sangat penuh.
“Arghhh…ampun…akhhh…” Ratna mengerang lirih namun tak dipedulikan oleh Riska, bahkan Sammy lalu mencabut dildo yang sebelumnya masih terpasang di anus Ratna dan dengan memakai kondom berpelumas Sammy menyodomi Ratna dengan sangat liar. Penis hitam Sammy yang panjang itu sekarang mengobrak-abrik liang anus Ratna tanpa ampun walaupun Ratna mengemis-emis pengampunan dan berjanji akan menjauhi ayah Riska.
Tak selang lama setelah Ratna dikerjai dengan cara seekstrim ini kembali Sammy mencapai orgasmenya dan kali ini dia muntahkan cairan spermanya keatas punggung Ratna. Berikutnya keempat dildo bergetar tersebut dikeluarkan dari dalam vagina Ratna oleh Riska dan terpampang jelas liang kewanitaan gadis ini sudah memerah dan terbuka lebar menganga ditambah lagi cairan kewanitaannya yang meluber deras. Aku menjadi berpikir apakah liang senggama Ratna tidak rusak setelah dimasuki beban begitu besar. Bahkan aku dapat melihat gelambir vaginanya yang tadinya terlihat seksi dan tipis sekarang sudah mencuat keluar dan tampak lebar saja seperti milik pemain blue film barat yang sering aku tonton. Walaupun tidak sampai mengeluarkan darah tetapi bliur-bliur bekas cambukan Riska terlihat memerah dan semu biru. Peluh Ratna membasahi kasur tempat dia tergolek lemah dan diiringi tangisan yang sudah mulai memudar karena sudah terlalu lama dia menangis.
Riska kembali datang dan memotret Ratna dalam kondisi tak berdaya tersebut dan tentu saja bugil total, “Sekarang aku mau tau apakah masih ada cowok yang mau maen sama kamu abis ini. Kalau sampai kamu nggak minggat dari kehidupan papaku, aku bakal sebarin seluruh fotomu pas ngent*tan ma cowokku dan sekalian videonya juga.” Dan nampaknya dengan ancaman tersebut cukup ampuh bagi Ratna untuk tidak kembali menggoda ayah Riska walaupun sampai sekarangpun Ratna masih menjadi cewek panggilan namun tak pernah dia berani menampakkan batang hidungnya didepan Riska maupun keluarganya lagi.
Hari berikutnya aku kembali bertemu dengan Ratna, “Nah sekarang khan tugasku dah selesai. Kata Sammy ntar aku boleh minta jatah kekamu sebagai kompensasi jadi kamerawan yang kemarin..hehehehehe…” candaku padanya dengan harapan keinginanku tercapai. Riska hanya tersenyum, “Malam ini aku tunggu kamu diruko milikku yah, jangan telat.”
“Tapi nggak pake cambuk-cambukkan khan?” tanyaku bercanda dan Riska hanya tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ditelingaku sambil berbisik, “Itu tergantung dengan kemampuan penismu memuaskan aku ntar malam.” Lalu Riska pun berlalu. Dan benar saja malam itu aku mendapatkan servis istimewa dimana Riska menari striptease didepanku sambil memberikan pelayanan hands free. Kami bercinta 4 kali malam itu hingga nyaris pagi datang. Saat sebelum aku pulang ke Jogja, Riska menciumku dan berkata, “Jangan beritahu Sammy tentang malam ini!”
Ternyata Riska tidak pernah memberitahu Sammy mengenai perjanjianku dengannya dan Sammy sendiri sebenarnya tidak rela kalau kekasihnya ditiduri olehku dan berniat membatalkan janjinya memberikan Riska untukku semalaman dan berniat untuk menggantinya dengan hal yang lain.
Gairah Piala Dunia
Masih ingat ketika Jepang dan Korea menjadi tuan rumah piala dunia tahun 2002? Banyak orang bahkan yang sebelumnya bukan pecinta bola ikut-ikutan nimbrung nonton babak demi babak. Tak terlewat pula pasar taruhan menjadi semakin marak karena event akbar ini. Di kost ku ada juga maniak-maniak bola namun untuk taruhan hanya Jo yang bisa dibilang kelas kakap. Dalam sehari dia bisa menghabiskan satu hingga dua juta rupiah hanya untuk taruhan bola dan walapun dia sering menang namun karena tiap kali dia kalah selalu dalam nominal yang sangat besar maka tak jarang pada akhirnya dia hanya mengecap kerugian yang lumayan besar namun selalu dia tutupi dengan bualannya bahwa dia telah sering menang, tapi aku pribadi tahu kalau Jo hanya menang dalam nominal kecil jika dibandig dengan kekalahannya.
Tiba saat pertarungan antar tiap kesebelasan antar regu yang survive dan saat itu pula bursa taruhan lebih membengkak lagi orderannya dan kembali lagi Jo memasang taruhan dan kali ini dia memasang Italy untuk peluang masuk di semi final. Berhubung jenis taruhannya adalah taruhan jangka panjang (tidak terpancang dalam satu permainan saja) maka butuh waktu untuk mengetahui keempat tim yang lolos nantinya. Persentase taruhannya pun tak kalah gila yaitu 1:3 dan Jo memasang tak tanggung-tanggung langsung 30 juta rupiah dengan keyakinan nantinya dia bakalan mendapatkan setidaknya 90 juta rupiah jika tebakannya benar. Saat sehari sebelum pertandingan antara Korea Selatan dengan Italy, Jo menantangku untuk bertaruh.
“Gue yakin kalau Italy ntar yang bakalan juara dunia. Yah gue she cuman mau melengkapi kemenangan gue dengan menag taruhan ma kalian-kalian yang ada disini. Gimana kalau kalian taruhan ma gue, gue jagoin Italy bakalan libas Korsel. Berani kaga?” tantang Jo seperti biasa penuh dengan kesombongan. Eko salah satu teman kostku meradang juga mendengar tingkah Jo dan menyanggupi taruhannya. Tapi tak aku sangka ternyata Jo benar-benar serius akan hal ini dan menantang Eko untuk taruhan sebesar 10 15 juta rupiah. Aku tahu benar kalau Eko tidak mungkin mnyanggupinya karena dia sendiri hidup dari keluarga pas-pasan dan dia kuliah di universitas negeri yang biayanya ringan. Sementara teman-teman kost ku yang lain juga tidak punya uang sebanyak itu walaupun dalam hati mereka ingin memberikan Jo pelajaran.
Salah seorang temanku lalu menghampiriku, dia bernama Ronnie Sulistyo seorang pemuda asal Temanggung. “Di, gimana kalau kita patungan. Aku ada duit 5 jutaan di tabungan tapi kamu tambahin yah biar pas 15 juta. Aku pengin banget memberi tuh bocah sombong pelajaran.” Aku hanya nyengir saja mendengar rencana Ronnie tapi setelah aku katakan bahwa secara kualitas Italy merupakan jagoan di pasar taruhan dan Ronnie terdiam membisu. Lalu aku berkata, “OK lah. 15 juta, nanti aku jual motorku untuk menambahin supaya duitnya pas.” Sebenarnya aku takut juga karena uang sebesar itu bukanlah jumlah yang kecil bagiku.
“Bos. Kalau dengan kamu she, gue gak tega. You are my best friend anyway…tapi kalo you insist yah kaga ape-ape..heheheh..” Jo kembali ngegombal seperti biasanya. “Kemaren adik pacarmu datang kemari ngembalikin novel katanya, cantik juga yah dia. Gimana kalau taruhannya diganti dengan adik pacarmu aja…khan sayang 15 juta. Dia belum punya pacar khan…? Ntar gue jadiin pacar kedua gue deh, dijamin hidupnya bakalan enak….Jo gitu lho…hehehehe” lanjutnya.
Ronnie dan Eko tambah jengkel dibuat oleh sikap Jo yang ngelunjak ini namun karena alasan ekonomi pulalah mereka tidak dapat berbuat apapun karena bagaimanapun juga Jo sudah sering mentraktir mereka kalau kiriman dari kampung belum datang. Aku tersenyum saja dan menambahi perkataannya tadi, “Boleh. Tapi aku juga mau kencan ma cewek kamu si Zara itu. Lagipula Lina anaknya masih imut dan polos belum tahu soal pacaran sama sekali, masih SMU pula. Kalau cuman ditukar dengan duit 15 juta msaih kurang lah. Nanti kalau kamu menang aku bakalan ngasih bantuan buat deketin dia. berani nggak loe?” kataku pada Jo yang langsung terdiam begitu aku memberikan usulan. Bukan hanya Jo melainkan ketiga temanku yang saat itu ikut nongkrong bersama juga kaget dengan kenekatanku. Kembali aku berkata memanasi Jo, “Tapi kalo kamu kagak berani aku juga ga maksa kok. Lagipula nyali orang khan beda-beda.” Dan umpanpun termakan. Jo dengan lantang menyanggupinya bahkan dia mengatakan bukan hanya Zara dan duit 15 juta yang akan dia pertaruhkan tetapi juga PC (Personal Computer) yang baru saja dia beli (btw, saat itu dia barusan membeli Radeon 9500se yang masih baru dipasaran). Dengan disaksikan oleh ketiga teman kost yang lain kami membuat perjanjian.
Akhirnya hari berikutnya pada malam hari tiba juga acara yang ditunggu. Pertarungan antara kedua kesebelasan yang kami jagokan masing-masing. Dan ternyata Italy kalah 1-0 oleh Korea Selatan dan seketika itu pula Jo lemas tak berdaya. Seolah tak percaya bahwa Korsel dapat menumbangkan kesebelasan favorite nya. Well, itu tak jadi soal karena bola memang bundar dan semua bisa terjadi dalam sepak bola.
Perjanjian tetap perjanjian dan sesuai dengan yang direncanakan, malam berikutnya setelah aku menelpon Zara untuk datang ke kost kami, Eko dan Ronnie mengajak Jo untuk menenggak minuman keras. Aku membelikan minuman tersebut dari 15 juta yang kumenangkan dari Jo dan aku juga telah membagi uang keketiga teman kostku yang menjadi saksi perjanjian kami waktu itu masing-masing sebesar 2 juta rupiah dengan catatan mereka menahan Jo dengan minuman tersebut di serambi belakang.
Begitu Zara datang tepat pada saat Jo sedang tinggi-tingginya (mabuk berat). Aku langsung mempersilahkan dia masuk kedalam kamar Jo yang letaknya dekat dengan taman diserambi depan (kamar paling mahal di kost-kostan kami karena paling luas dan dekat taman). “Lho. Jo mana?” tanya Zara padaku.
“Ah..dia malah minum-minum dibelakang dengan teman-teman. Tadi aku bilang kalau kamu datang…eh dia malah bilang kalau nggak peduli dan mentraktir temen-temen minum-minum. Tuh ada dibelakang.” Kataku memprovokasi dan umpan termakan. Zara menghambur keluar dan keteras belakang dan dia menemukan Jo bersama tiga teman kost lainnya sedang menenggak minuman keras. Sesekali Jo mengoceh walaupun akhirnya dia menengok dan melihat Zara didekatnya. Jo berusaha untuk mengembalikan kesadaran dirinya namun terhalang oleh Ronnie yang kembali menyodorkan segelas wiskey kemulut Jo. Zara lalu kembali kekamar Jo dan mulai menangis. “Aku nggak nyangka kalau Jo ternyata seperti ini.” Katanya lemah.
Aku menyibakkan rambutnya dan membelainya pelan, lalu Zara menatapku tajam. Tak aku sia siakan momment ini dan aku mendaratkan kecupan bibirku kebibirnya. Zara nampak memberontak namun hanya beberapa saat saja karena selanjutnya dia terbuai dengan permainan mulutku dan stimuli dari kedua tanganku yang berada ditengkuk dan punggung gadis cantik ini yang saat itu memakai tank top warna hitam dengan jaket warna putih. Aku melepaskan jaketnya dan kembali menciumi dara cantik ini, kali ini bukan hanya dibibir melainkan juga dileher dan merembet ke telinga. Sesekali kusapukan lidahku dan kuberikan kecupan dilehernya. Kali ini Zara mulai membalas ciumanku dan permainan lidahpun tak terelakkan lagi. Entah sudah berapa lama kami berciuman hingga akhirnya Zara sudah rebah di kasur dengan kondisi tinggal menggunakan bra dan celana dalam warna hitam tipis. Aku sendiri tinggal menggunakan boxer.
Sesembari menciumi leher gadis ini aku meremas payudaranya yang masih bersembunyi dibalik bra warna hitam miliknya. Zara menggelinjang tiap kali ciumanku mengarah kepayudara miliknya. Kedua pahanya yang dari tadi menutup sedikit-demi sedikit mulai terbuka dan jemarikupun sigap memelorotkan celana dalamnya itu sehingga aku dapat melihat vagina sang gadis yang aduhai ini. Bibir vagina yang kecil sekarang terlihat jelas dibandingkan saat aku melihat dia dicumbu di karaoke room oleh Jo.
“Akhh…mas…jangan…udahan aja yah…ntar Jo liatin kita.” Katanya lirih namun tak kugubris lagi. Entah sudah berapa kali dia memohon untuk menyudahi permainan ini namun kandas juga oleh ciumanku di payudaranya yang sekarang sudah separuh terbuka. Sedotan bibirku dan permainan lidahku di puting susunya membuat Zara menjadi berhenti memohon dan mengganti permohonannya dengan yang lain. “Mas Adi…liatin punya mas Adi dong yang gede itu.” Katanya sambil menggerayangi boxer yang kupakai saat itu. Aku sadar akan keinginan dara cantik ini dan kucopot boxerku hingga dia dapat melihat batang kemaluanku yang sudah mengeras sedari tadi.
Setelah puas aku menjelajahi payudara gadis cantik ini dan bibirnya aku mengarahkan kepala Zara pelan-pelan kearah penisku yang sudah ereksi. Zara tahu benar apa mauku dan dia membuka mulutnya dan mulai untuk melakukan oral seks terhadap batang penisku. “Slurpp…clap….slurpp…mcahh…emmhh” suara kecipak air liur bercampur dengan cairan pelumas dari batang kemaluanku berpadu dengan erangan ringan Zara. Kali ini dengan posisi 69 aku mulai menjilati vagina Zara yang ternyata wangi juga. Sesekali Zara merintih kesakitan ketika lidahku dengan nakalnya menusuk kedalam vagina gadis ini. Memang benar Zara masih perawan.
Puas dengan oral seks, aku membalikkan tubuhnya menjadi terlentang dan kedua tungkai kakinya aku tumpangkan di bahuku. “Mas Adi…Zara takut mas..” rengeknya padaku namun wajahnya langsung pucat pasi ketika ujung kemaluanku berhasil membelah bibir luar vaginanya. “Arghh…sakittt….masss..”kali ini Zara setengah teriak dan langsung aku bungkam dengan kecupan dibibirnya.
“Ssstt…nanti kalau kamu teriak semua orang bakalan kemari.” Kataku dan Zara pun menahan dirinya mati-matian untuk tidak teriak lagi. Setiap kali aku menusukkan penisku kedalam liang senggama Zara yang sangat sempit itu, gadis ini seolah mencakar punggungku menahan sakit diselangkangannya. “Sabar yah sayang.” Ucapku menghibur dia dan…bleshhh. Dalam satu hentakan kuat akhirnya batang kemaluanku dapat sempurna memasuki liang vagina gadis cantik ini. Erangan Zara memenuhi ruangan.kamar Jo. Sekarang aku melihat kalau batang kemaluanku sudah seluruhnya tertanam kedalam liang kemaluan Zara. Bibir vagina Zara memerah bahkan kulit putih sekitar vagina sang dara ini ikut memerah dan terlihat cairan merah darah mengalir dari kemaluan gadis ini walaupun hanya sedikit.
Setelah aku mendiamkan penisku sebentar, aku lalu mulai melakukan gerakan menyodok dan memutar dalam vagina gadis cantik ini. Zara mendesah-desah tiap kali aku melakukan sodokan kedalam vaginanya dan semakin lama rintihan rasa sakit yang dia lontarkanpun semakin berkurang hingga akhirnya hilang sama sekali berganti dengan erangan rasa kenikmatan. “Akhh…lagi …terus…akhh..” Zara yang dari luar terlihat imut itu sekarang menjadi demikian binalnya diatas ranjang. Seiring dengan sodokan penisku kedalam vagina gadis cantik ini terlihat kalau darah keperawanan Zara semakin banyak saja membasahi sprei kasur Jo.
Sambil berciuman aku menekan paha Zara sehingga penisku dapat lebih dalam melakukan penetrasinya dan Zara pun mengimbanginya dengan meremas pantatku dengan sesekali memainkan buah pelir milikku dari belakang. “Akhh…mas..Adi. Panas…akhh..” Zara mencengkeram pantatku dan kedua tungkai kakinya yang aku sandarkan dibahuku pun menegang. Kepalanya mendongak dan tubuhnya menggelinjang keras, dari hal ini aku sudah tahu kalau Zara mencapai orgasme pertamanya. Untuk ukuran gadis yang baru saja diperawani, Zara cukup cepat mencapai orgasmenya yaitu hanya bertahan 10 menit setelah kehilangan keperawanannya.padahal biasanya gadis yang baru saja diperawani susah menikmati rasa bercinta apalagi sampai orgasme dalam waktu singkat.
Aku berikan waktu kepada Zara untuk menikmati orgasmenya kemudian aku buat dia dalam posisi merangkak dan aku tunggangi dia dengan gaya doggy style. Kali ini Zara sudah terlihat lemas dan hanya sesekali saja mengikuti goyanganku. Aku tahu kalau Zara sudah letih, aku mempercepat pompaanku dan selang 5 menit kemudian sembari mencengkeram kedua payudara Zara dari belakang aku melakukan sodokan keras kevagina gadis ini dan keluarlah cairan sperma yang begitu banyak. Merasakan liang kewanitaan Zara yang begitu sempit membuatku lupa diri dan menyemprotkan air maniku didalam vaginanya dan membasahi dinding rahimnya.
Kupikir Zara akan marah karena takut hamil ternyata dia hanya diam saja bahkan membalas ciumanku setelah aku mencabut penisku. Setelah kami merapikan diri, aku mengantarnya kembali ke kost nya dan aku sempat bertemu dengan Anggie yang senyum-senyum kepada kami berdua, aku yakin dia pasti menduga-duga apa saja yang barusan kami lakukan apalagi dari cara dia melihat langkah kaki Zara yang tidak seperti biasanya, agak mengangkang.
Pagi harinya Jo mengetahui kalau Zara sudah kutiduri dan itu semua akibat mulut besarnya sendiri. Bukan hanya kehilangan uang 65 juta dan PC melainkan keperawanan pacarnya yang sudah dia pacari sejak lamapun hilang. Selang seminggu kemudian Jo pindah dari kost kami diam-diam, mungkin karena malu. Akhirnya kost kamipun kehilangan seorang borju yang besar mulut, tapi tak apalah…jadi lebih adem sekarang..hehehe.
Fact: Zara sekarang sudah bertunangan dengan seorang pengusaha mebel dari Ambarawa namun sampai sekarang dia masih sering bercinta denganku tiap bulannya.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1427