12. Isi Sebuah Diary
Adik Kekasihku
Lina, yah itulah nama dari adik dari kekasihku Ani. Dia masih SMU kelas tiga. Parasnya cantik, bahkan lebih cantik daripada kakaknya. Tubuh setinggi 163 senti dengan kulit putih bersih dan wajah kemerahan membuatnya seperti keturunan Indo. Cantik dan aku yakin dia punya banyak penggemar. Sifatnya yang manja terutama padaku seringkali membuat diriku gemas dibuatnya, dan tentu saja terbersit sifat nakal di pikiranku kepadanya.
Saat pacarku sedang mengerjakan skripsinya dan melakukan penelitian di luar kota, Lina datang ke kost ku dan meminta ku untuk menemaninya ketempat temannya di luar kota. Setelah pulang entah ini keberuntungan atau kesialan, bus yang kami tumpangi mogok dan akhirnya kami harus cari penginapan karena tidak ada angkutan yang lewat semalam itu. Pergilah kami kesebuah hotel melati terdekat dan berhubung kamar tinggal satu yang kosong, terpaksa kami menginap sekamar.
Selang beberapa menit dia mandi. Aku hanya bisa menebak-nebak seperti apa tubuhnya waktu mandi. Dan lagi entah keberuntungan atau kesialan, pintu kamar mandi ternyata kuncinya rusak sehingga walapun terkunci masih dapat dibuka dari luar. Singkat kata aku melihat pemandangan yang nan indah itu.
Aku segera mencopot seluruh pakaianku dan hanya bersarung handuk. Aku masuk kekamar mandi. Sontak Lina terkejut,”Mas, aku lagi mandi nich…….Ahhh”serunya setengah teriak dan kulihat perasaan malu dan risih terbersit di wajahnya.
Tapi aku tak berkata apa-apa lagi dan segera kucium bibir mungilnya dengan lembut. Siapa sangka dia tidak mengelak bahkan setelah beberapa pagutan dia nampak menikmatinya dan membalas pagutanku.
Kutanggalkan handukku dan segera tanganku bergerilya kearah bukit kembarnya. Sementara dia setengah terkejut melihat senjataku sudah tegak mengacung siap tempur. Tanpa babibu lagi segera ku bopong dia ketempat tidur tanpa mengeringkan badan dulu. “Basah, basah deh….daripada ntar dia kagak mau lagi.”pikirku. Foreplay tadi segera kulanjutkan di ranjang. Kuciumi seluruh bagian tubuhnya tanpa sisa termasuk vaginanya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Benar-benar aku ketiban durian runtuh, bagaimana tidak idola SMU telah terkapar tak berdaya di tanganku.
“Mas,…jangan nanti mbak Ani tahu bisa gawat, dia bisa marah.”rintihnya tapi tak kugubris. “Santai saja, toh dia mau tahu darimana coba? Asal kita diam semua selesai.” Dan benar saja setelah itu aku langsung memenangkan pertarungan ranjang ini. Lina tak lagi melawan bahkan terlihat pasrah.
Kulihat airmatanya sempat turun ketika aku membimbing penisku kebibir vaginanya yang sudah basah air dan ludahku itu. Dengan sedikit dorongan aku sudah dapat menembus bibir dalamnya. “Ahhh….stop mas!!! Sakit…!” serunya tapi sekali lagi aku menggeleng dan semakin kuperbesar tekanan dorong penisku. “Achhhhh……..Erghh….ahhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!” akhirnya berhasil juga aku menembus selaput daranya dan mulai kugerakkan batang kejantananku maju mundur sehingga nampak kenikmatan terbersit diwajah Lina sekalipun disitu juga tersirat rasa sakit.
“Enak..khan?”kataku kepadanya. Dia tak menjawab dan memalingkan muka karena malu. Melihat tingkahnya yang malu-malu itu membuatku semakin beringas dan menggenjotnya semakin cepat. Lina sempat mengeluarkan rintihan-rintihan pertanda sakit namun hanya sebentar, setelah itu rintihan rasa nikmatlah yang berkuasa.
“Erhhh….ahhh…..ahhh……ah…….ohhh………ahhhhh…..”de sahny a seiring semakin cepatnya aku menyodok vaginanya. “Mas…..ja…..jangan…bilang……erhhh…mbak Ani……ohhhh…ahhh..”katanya terputus-putus. Aku hanya tersenyum dan dalam hatiku, aku bersorak sorai karena akhirnya baik kakak maupun adik berhasil aku gagahi semuanya.
Tak sampai 15 menit kemudian aku merasakan lahar kenikmatanku akan segera meletus. Mungkin karena aku sudah lama menahan nafsuku kepada gadis ini dan lagi dia juga cukup cantik, sangat cantik malah jika dibandingkan dengan kakaknya. “Lin, aku keluar nich.”seruku sambil mencabut penisku dan aku kocokkan di atas payudaranya yang putih itu dan akhirnya tumpahlah semua spermaku diatas dadanya. Payudara putih berputing pink itu akhirnya tertutup dengan cairan putih kental. “Ohhhh…..nikmat sekali Lin, memiawmu lebih sempit dari Ani. Lebih puas..”ungkapku tapi tak dijawab olehnya karena dia hanya terdiam sambil berlinang air mata. Aku sadar sebenarnya tadi saat dia memenuhi nafsuku dia tidak sedang sadar karena terdorong libido saja, karena cumbuanku. Tapi semua sudah terjadi dan aku yakin nantipun dia juga akan ******* dengan orang lain, sehingga sekarang atau nantipun tak ada bedanya.
Seminggu sudah lamanya sejak aku dan Lina bercinta habis-habisan. Di suatu sore, Lina datang ke kostku dengan membawa bungkusan sesuatu. Ternyata itu adalah beberapa buku novel yang pernah dia pinjam dariku dan karena sudah selesai dibaca semua maka dia berniat mengembalikannya.
Raut mukanya menampakkan rasa malu saat matanya bentrok dengan mataku. Setelah berbasa-basi beberapa menit aku mulai sadar kalau dia ternyata sekarang sudah menginginkan hal itu lagi. Hal yang pernah kami lakukan di sebuah kamar hotel melati dulu. Sekalipun dia tidak secara blak-blakan menceritakannya tetapi dari sorot matanya aku paham betul keinginannya.
Tak perlu menunggu aba-aba lagi aku segera mendekapnya. “Mas Adi…”ucapnya pelan. Ucapan pelannya itu sangat seksi bagiku dan membuatku semakin horny dibuatnya. Langsung kukecup bibirnya yang mungil itu. “Lin, kamu mau lakuin itu lagi? Aku janji akan buat kamu senang dech.”kataku kepadanya. Dia tidak menjawab hanya bergumam sendiri.
Sambil mencumbu bibir dan lehernya, aku melucuti seluruh pakaiannya dan juga pakaianku sendiri hingga kami berdua tinggal menggunakan celana dalam. Kuremas buah dadanya dengan lembut dan kupilin-pilin puting payudaranya yang berwana pink itu sehingga mengeras. “Achhh…mas…….ohhh…..ahhhh…”desahnya pelan. Desahan itu bagaikan bahan bakar bagi nafsuku yang semakin berkobar. Segera kukulum puting susu nya dan akhirnya tanganku juga melucuti cd nya dan juga cd ku.
“Lin…..kamu seksi sekali. Aku jadi bayangin kalau kamu dan kakakmu bersama ngelayanin aku…heheheh.”kataku. Lagi-lagi dia tidak menjawab.
“Ohhhh…..”rintihnya makin keras saja saat aku mulai memainkan lidahku dalam liang vaginanya. Tak perlu berlama-lama akhirnya dia mencapai orgasme pertamanya. Dengan pelan tapi pasti aku mulai membimbing batang kemaluanku kearah bibir liang senggama milik Lina. Dengan bertahap aku mulai melakukan penetrasi kearah vaginanya sesekali diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut Lina. “Ehmm……erghhhh…..ohhh……..achhhhh……………..ohhhhh …….ah hhh..”desahnya mewarnai penetrasiku. Blessshh…akhirnya masuk seluruh penisku kedalam vaginanya. Sambil terus mencium bibirnya dan kedua tanganku memainkan payudaranya, kugenjot batang kemaluanku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat.
Entah sensasi apa saja yang keluar dari tubuh gadis berusia 18 tahun ini. Benar-benar membuatku lupa diri dengan kemolekan tubuhnya. Aku yakin di kelasnya atau di sekolahnya, banyak laki-laki yang membayangkan bisa menikmati kemolekan tubuh dara cantik ini tapi yah mereka cuman dapat berharap dan membayangkan sementara aku malah mendapatkannya.
Sesekali Lina menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda dia sedang menikmati dan lupa diri. Selama limabelas menit aku mengerjai adik kekasihku itu dengan menindihnya dari atas. Setelah puas dengan gaya itu, aku segera membalik tubuhnya hingga tengkurap dan kubuat posisinya jadi merangkak. Dengan cepat aku sodok kemaluannya dari belakang dengan doggy style.
“Achhh…mas…..”rintihnya, mungkin dia belum terbiasa dengan penis apalagi sebesar dan sepanjang punyaku, vaginanya belum dapat menerima. “Ehhh….enak yah Lin dient*tin ma mas Adi? Kamu belum pernah ******* sama cowok lain khan?”kataku setengah berbisik ditelinganya. Sambil mendesah dan setengah menengadah dia membalas,” Blum mas, tapi ….aku bener-bener pengin bercinta sama mas…”akunya lirih. Ternyata sebenarnya selama ini dia juga menaruh rasa suka terhadapku.
Dengan semakin cepat aku mengerjai dara cantik ini, payudaranya semakin berguncang hebat. Buah dada berukuran 34A itu semakin lama semakin besar saja atau hanya feeling ku aja.
Berbagai gaya aku lakoni sore itu mulai dari man on top, women on top, doggy style, mercenary sampai gaya mercenary menyamping semuanya aku praktekkan dengan Lina. Tak kurang dari 3 kali dia mengalami orgasme hebat sebelum akhirnya aku mencabut batang kejantananku dari memiawnya dan segera kukocokkan ke atas wajahnya dan keluarlah seluruh spermaku. Cairan putih kental itu menyembur kemana-mana bahkan membasahi rambutnya dan lehernya. “Kamu puas Lin?”tanyaku padanya. “Puas mas, mas sendiri gimana?”baliknya. Aku hanya mengangguk dan mencium bibirnya. Mengejutkanku ketika dia beranjak membersihkan muka dan rambutnya dengan tissue kemudian dengan cepat dia memegang kemaluanku yang mulai mengecil. “Ini yah yang membuat Lina nggak perawan lagi……hihhhh.”katanya sambil mengocok dengan cepat penisku begitu menegang lagi dia berhenti. “Ihhh…..masih bisa berdiri…”candanya dan diluar dugaan dia membuka mulutnya dan melakukan oral seks dengan batang kejantananku. Walaupun belum mahir tapi benar-benar sensasi luar biasa. Terus terang aku tidak dapat menyembunyikan kepuasan dalam diriku begitu melihat penisku sekarang tenggelam dalam permainan mulut seorang anak SMU nan cantik. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama sebelum ejakulasi keduaku terjadi. Aku menumpahkan semua sisa spermaku ke dalam mulut dara ini. Sore itu benar-benar salah satu sore terindah dalam hidupku.
Dosenku Sayang Dosenku Malang
Pada semester keempat aku memperoleh kelas yang diajar oleh dosen baru. Sebut saja namanya Vira, dosen fakultasku yang baru saja lulus tahun 2001 dan sekarang menjadi dosen kontrak di universitasku. Dia mengajar mata kuliah yang lumayan susah karena dipenuhi dengan teori plus banyaknya hitungan dengan segudang rumus.
Vira, gadis dengan tinggi 168 sentimeter dan berat kira-kira 50 kilogram ini benar-benar membuat banyak mata terpikat. Wajahnya cantik, kulitnya putih mulus bersinar dan rambutnya benar-benar aduhai panjang hitam lurus. Mungkin diantara semua keindahan tubuhnya, rambutnyalah yang menjadi idolaku.
Setiap kali dia mengajar selalu menggunakan pakaian rapi tapi dengan belahan dada yang agak kebawah sehingga dibeberapa kesempatan ada saja mahasiswa yang cari-cari alasan untuk bertanya mengenai mata kuliah yang diajarkannya sementara mata mereka melongok kesisi lain yang tak perlu kusebutkan panjang lebarpun aku yakin kalian sudah tahu semuanya.
Sore itu setelah kelas selesai, tepatnya pada hari Jumat sore sekitar jam 6an. Aku bergegas menuruni anak tangga gedung fakultasku karena aku berada di tingkat 4 dan liftnya berjubel penuh sesak jadi terpaksa lari-lari turun deh. Bulan ini benar-benar sial pikirku, mana mobilku sekarang disita oleh orang tua dan motor rusak akibat kecelakaan tiga minggu lalu sehingga aku harus jalan kaki pulang ke kost. Untung saja kostku dekat dari kampus sekitar 300 meteran.
Saat aku sampai di tangga lantai 2, aku mendengar suara orang mengaduh pelan dan aku mendekat untuk lebih tahu jelasnya. Ternyata suara tersebut berasal dari sebuah bibir mungil milik Bu Vira, dosenku.
“Wah, ada apa bu? Kok bukunya berserakan?” kataku sambil membantunya berdiri dan memunguti buku-bukunya yang terjatuh di lantai.
“Aku tadi terpeleset dari anak tangga, gara-gara sepatu sialan ini hak nya patah pula.”
“Ohhh, yang penting ibu tidak terluka khan.” kataku sambil tersenyum. Aku sekilas melihat raut wajahnya menahan rasa sakit dan aku melihatnya menjadi sangat seksi, sensualitas dosen ini bukan pada pahanya yang dibalut rok mini ataupun dada nya yang agak menonjol keluar tetapi pada wajahnya.
“Kamu ini, gini-gini aku masih muda. Panggil aja mbak, panggilan ibu membuatku merasa tua.” Keluhnya kepadaku dan aku hanya bisa mengamini saja. Dengan cekatan dia merapikan pakaiannya yang sedikit tersingkap tadi dan buku-bukunya. “Kamu sendirian?” tanyanya padaku memecah kesunyian.
Aku hanya tersenyum kecil,”Iya mbak, habis teman-teman yang lain saya tidak begitu kenal dan yang saya kenal malah belum ambil mata kuliah ini.” Memang aku termasuk anak yang bisa dibilang pandai setidaknya itu kata teman-temanku, aku sendiri lebih suka menganggap diriku beruntung karena selalu dapat nilai bagus saat ujian dan tes sekalipun jarang belajar. Rahasianya, carilah tempat duduk yang pas untuk mencontek, plus carilah teman yang bisa diandalkan waktu kuliah. Tentu saja yang pandai.
Dosen cantik itu tersenyum dari situ aku dapat melihat sebersit tatapan kagum tersembunyi. “Aku dengar kamu cukup pandai yah. Sampai-sampai Pak Roni minta kamu jadi asistennya.” tanyanya padaku
“Ah, biasa aja kok mbak. Saya cuman beruntung aja kok.” aku tersenyum dan mengakui dalam hati bahwa aku memang beruntung.
Keluar dari gedung aku dapat memastikan kalau udara benar-benar basah. Gerimis berubah menjadi hujan deras. Sialan, gerutuku. Kenapa hujan pas aku lagi ga bawa mobil. Entah berapa kali aku menyumpah dalam hati sampai semua sumpah serapahku itu terputus oleh alunan nada indah yang keluar dari mulut dosen cantik di sebelahku itu.
“Wah hujan nih, kamu bawa kendaraan pribadi?” katanya penuh selidik dan segera aku jawab dengan gelengan kepala. “Kalau begitu ikut mobilku aja yuk.” Aku melihat dia cukup cekatan memasuki mobilnya yang hanya diparkir 20 meter dari pintu utama gedung.
Singkatnya aku mampir kerumah dosen ini. Disana aku menunggu di sebuah ruang keluarga mengingat ada televisinya. “Ibu tinggal sendiri?” tanyaku dan dijawab dengan lirikan tak setuju dan aku benahi kata-kataku lagi, “Maksudnya mbak gitu.” aku tersenyum minta maaf.
Ternyata dia memang tinggal sendiri, pembantunya pergi karena anaknya menikah dan dia cuti untuk satu minggu terhitung kemarin sementara orang tuanya tinggal di kota lain. Dan saat aku tanya soal pacar dia jawab pacarnya sedang pergi entah kemana karena sudah satu bulan tidak memberi kabar.
Hujan semakin deras dan sore berubah menjadi malam. Sebenarnya dia ingin mengantarku sampai rumah tapi aku berbohong dengan mengatakan kalau rumahku diluar kota. Sebenarnya itu tidak bohong mengingat aku kost disini.
Jam 7 sudah dan saat aku akan beranjak dari sofa aku mendengar suara benda jatuh. Apalagi sekarang yang jatuh, pikirku. Aku menduga dosen ini seorang yang ceroboh. Aku lalu bergegas mendekat tapi tiba-tiba aku bertabrakan dengan sesuatu yang ternyata ibu dosen cantik yang sedang menuju kearahku.
“Aduh, ibu eh mbak nggak apa-apa? Tadi suara apaan sih?” tanyaku gagap, tapi semua pikiranku buyar tanpa konsentrasi setelah melihat gadis ini hanya mengenakan kimono, ternyata dia habis mandi dan parahnya dia tak menggunakan pakaian apapun dibalik kimononya itu. Dengan jelas aku melihat gundukan rambut halus dan sebuah benda tak asing lagi dihadapanku yaitu vagina dari dosen ini. Kimononya tersingkap cukup lebar sehingga aku tidak perlu mencari celah mengintip lagi.
“Ah, jangan lihat!” serunya padaku, namun terlambat dia sadari bahwa aku sudah lama menatap benda rahasianya itu.
“Mbak, mbak abis mandi yah? Harum.” kataku sambil mendekatinya dengan merangkak karena dia juga belum bangun dari jatuhnya yang kebetulan terlentang.
“Eh Di, mau apa? Jangan macam-macam lho.” katanya lirih tapi segera terputus saat aku sudah berada diatas tubuhnya menindihnya dengan tubuhku dan kedua tangannya aku pegangi.
Langsung kucium bibir mungilnya. “Di! Kamu sudah gila yah.” serunya sambil melepaskan diri dari mulutku yang mulai nakal dan sudah mulai menciumi lehernya.
“Ah, mbak ini. Aku dah lihat semuanya kok masih ditutupi segala.” sahutku enteng dan dengan sigap aku tarik ikatan kimononya hingga lepas dan terpampanglah keindahan tubuh seorang Virna. Payudaranya benar-benar menyihirku.
Segera setelah itu aku mencumbunya habis-habisan sehingga perlawanannya semakin sia-sia. Hingga akhirnya dia berkata,” Di, jangan disini!” suaranya nampak letih namun ditemboki oleh desahan nafsu yang menggelora terlebih saat liang kemaluannya aku permainkan dengan lidahku. Entah berapa kali dia menggeliat menggelinjang menahan kenikmatan tersebut.
Aku segera menggendong Virna keatas tempat tidurnya yang tak jauh dari tempat kami bercumbu tadi. Aku lepaskan seluruh pakaianku dan tampaklah senjata kebanggaanku mengacung keras. Virna tertegun melihatnya dan memberanikan diri untuk mengentuhnya saat aku mencumbunya lagi. Sentuhan tangan dosen cantik itu pada batang kejantananku benar-benar membuatku semakin bernafsu saja.
Kulihat liang senggamanya sudah mengeluarkan cairan cinta yang cukup banyak. Segera kuarahkan lidahku untuk menelusuri liang senggama tersebut. Kutemukan klitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku. “Oh, ah…ahhh!!!” entah sudah berapa kali lenguhannya terlontar dari mulut dara cantik ini. Semakin liar gerakan lidahku semakin liar juga reaksi Virna dosenku ini. Kepalanya bergeleng kekanan dan kekiri menahan sensasi luar biasa ini sementara tangannya mencengkeram rambutku, untungnya tidak terlalu keras.
Sepuluh menit sudah aku mempermainkan vaginanya dengan lidahku dan akhirnya gadis inipun mencapai klimaksnya dan mengejang tubuhnya sebelum terkulai lemas. “Ahhh, Di…” dia tak sanggup berkata-kata lagi saat orgasme pertamanya keluar.
Aku paham betul situasinya, “Mbak, habis ini masih ada lagi lho. Hari ini mbak bakal aku buat puas.” kataku dalam senyuman. Dan segera pula aku menciumi bibirnya lagi dan juga payudaranya yang indah itu. Belum juga lima menit aku mencumbunya lagi, Virna sudah nampak lebih horny lagi sekarang. Sekarang dia lebih berani dalam bereaksi, mungkin karena setelah orgasmenya dia menjadi berpikir untuk menikmati seks ini denganku.
“Penismu gede banget yah.” Virna lalu memegang penisku dan mengulumnya tanpa ragu. Dikocok penisku dalam mulutnya sembari menggunakan tangan juga.
“Mbak Virna kok jago ngemutnya?” tanyaku pura-pura peduli. Dia hanya tersenyum dan setelah peristiwa ini baru dia mengatakan kalau dia pernah melakukan hubungan intim seperti ini dengan kekasihnya yang menghilang dulu.
Setelah kurang lebih sepuluh menit dia bermain dengan penisku, dicabutlah batang kejantananku itu dan Virna mulai mengangkangi batang kejantananku itu dan dengan posisi woman on top vaginanya mulai menekan penisku hingga masuk sedalam-dalamnya kedalam liang senggamanya. “Ahhh, uh, achhh. Di tongkolmu kegedean nih.” Virna mulai meracau tidak karuan ketika menerima penisku. Baru setelah beberapa kali mencoba akhirnya batang kejantananku dapat juga masuk kedalam kemaluannya.
“Mbak, enak nih memiaw mbak. Sempit banget.” kataku saat dia mulai bergoyang. Goyangan Virna semakin lama semakin liar saja. Batang kemaluanku benar-benar mendapat rangsangan luar biasa. Saat penisku didalam vaginanya dihentak-hentakkan dengan cepat, kami berdua berciuman dengan dasyatnya sementara tanganku tetap bergerilya menservis buah dadanya yang menggelantung kebawah. Seksi sekali Virna saat itu. Seluruh lenguhan dan desahan nikmatnya yang tak jarang berupa teriakan, semuanya keluar.
Setelah puas dengan gaya tersebut, aku lalu membalik tubuhnya menjadi doggy style. Saat itu Virna benar-benar sudah mengalami orgasme keduanya. Berbagai gaya aku coba dengan dosen cantik ini hingga setelah satu jam lebih kami bercinta, akhirnya aku menggunakan gaya mercenary sebagai penutup.
“Mbak, aku dah mau keluar nih. Keluarin mana?” tanyaku sambil mencumbunya. Virna hanya mengatakan terserah, entah karena dia bersungguh-sungguh tak peduli atau karena situasi yang membuat dia tak dapat berpikir jernih lagi.
Selang satu menit kemudian, penisku akhirnya memuntahkan sperma yang cukup banyak dan kental kedalam riang rahimnya. Virna hanya terpejam menerima semprotan hangat cairan sperma tersebut dalam liang kemaluannya. “Ach, ahhh…ahh.” seruku yang tak dapat lagi menahan rasa puas karena telah berhasil menyenggamai seorang dosen cantik.
Selesai dengan aktivitas kami, aku berbaring disampingnya. “Gimana mbak? Dibandingkan dengan mantan pacar mbak, mana yang lebih memuaskan?” kataku padanya sambil tetap mempermainkan kedua buah dadanya.
Virna hanya tersenyum dengan kepuasan dengan sebersit rasa malu, “Kamu yang lebih memuaskan Di, punyamu lebih besar jauh lebih besar dari penis mantanku.” Akhirnya Virna mengatakan hubungannya dengan kekasihnya tersebut dan mengatakan kalau kekasihnyalah yang telah membuat Virna kehilangan keperawanan. Setelah beberapa bulan berhasil bercinta dengan Virna akhirnya lelaki itu lari dari tanggung jawab. Virna hanya meneteskan airmatanya dan bersandar di dadaku. Malam itu sampai pagi harinya, setidaknya kami sudah bercinta sebanyak 4 kali.
Virna mengatakan, kalau kapanpun dia membutuhkan belaian kasih sayangku ataupun butuh pemuasan aku harus ada disampingnya. Tentu saja dia mengatakannya sambil bercanda dan sambil mencium bibirku. Mulai hari itu, Virna sudah menjadi bagian dari petualangan seks ku terutama didalam kampus.
Seks Kilat ala SPG
Tanpa bermaksud mendiskreditkan pekerjaan SPG, tapi cerita kali ini berkaitan dengan para SPG muda. Suatu sore disebuah mall terkenal di sebuah kota besar, aku dan seorang temanku sebut saja namanya Leonard, panggilannya Leo. Kami berdua mengintari mall guna mencari kado buat teman kuliahku yang lima hari lagi ulang tahun. Susah benar mencari hadiahnya, mengingat temanku ini kembar jadi harus mencari kado yang kembar juga tapi tidak terkesan norak. Dari pagi aku dan Leonard berkeliling tapi tidak mendapatkan sesuatu apapun.
“Eh Di, lihat tuh! Cewek cakep.” Leonard mengkode diriku dengan lirikan matanya. Ternyata dua orang SPG yang sedang menawarkan produk pembersih muka instant.
Iseng-iseng saja aku mendekati kedua SPG tersebut dan bertanya-tanya tentang produk tersebut. Tentu saja semua hanyalah basa-basi. “Eh, mbak-mbak ini kerjanya sampai jam berapa sih?” tanyaku penuh selidik.
“Ini bentar lagi juga kita cabut kok mas.” jawab salah seorang yang bertubuh sintal. Kedua gadis ini bernama Wenny dan Rania. Wenny bertubuh tidak terlalu tinggi, sekitar 160 senti tapi berbody aduhai dengan kulit kuning langsat dan ukuran payudara sekitar 36A. Sementara itu Rania bertubuh lebih tinggi dengan kulit putih bersih. Dia cantik juga ditambah dengan tahi lalat kecil di atas ujung bibirnya membuat dia semakin menggemaskan. Dadanya kurasa ukuran 34B kalau tidak C.
Selang beberapa menit aku dan Leonard menunggu di tempat parker untuk mengambil mobil. Terlihat Wenny dan Rania kebingungan sambil sesekali menengok sana-sini.
Leonard mendekat, “Ada apa mbak? Kok keliatannya gelisah, nunggu sesuatu yah?” tanyanya kepada mereka berdua.
Rania mendekat, “Iya nih mas. Jemputan dari kantor belum juga dating padahal dah malam, mana kita dari luar kota lagi. Ujan lagi.” nampak nada kejengkelan dari mulut Rania. Wenny menimpali, “Sial amat aku hari ini. Sopirnya lagi tidur apa yah. Aku coba telepon kantor tapi tidak ada jawaban sama sekali.”
“Ehm!” aku mencoba memecah kesunyian. “Kebetulan kita bawa mobil, gimana kalo kita bareng aja?” kataku pada mereka.
Mereka berpandangan sebentar lalu mengiyakan. “Tapi kita mau mampir dulu mbak kesuatu tempat. Sekalian aja kita rileks. Mbak-mbak khan capek and butuh santai-santai.” kataku pada mereka berdua. Nampaknya mereka sudah tak peduli lagi mengingat hujan turun sangat deras dan mereka bingung mau menunggu dimana jika ternyata sopir sialan tersebut tidak kunjung datang.
Aku akhirnya membawa mereka kesebuah kafe. Sambil bersantai-santai setelah bekerja, alasanku kepada mereka. Kafe tersebut menawarkan banyak menu. Sementara aku dan Leonard memesan makanan kecil dan minuman, pada SPG ini memesan makan malam. Nampaknya benar-benar lapar, kataku dalam hati.
Setelah acara makan-makan selesai, kami melanjutkan di ruang karaoke. Sambil bernyanyi-nyanyi kami memesan beberapa botol minuman keras. Awalnya kedua gadis ini menolak tapi akhirnya mereka kehabisan kata-kata karena kukatakan ini hanya sebagai pelengkap saja.
Sebotol tequila dan sebotol brandy nampaknya cukup membuat kedua gadis ini tak berdaya. Segera keduanya mabuk berat dan setengah sadar. Kami lalu memapah Wenny dan Rania menuju mobil.
Sesuai rencanaku, mobil aku belokkan kesebuah hotel short time yang lengkap garasi mobil. Kedua gadis ini kami bopong kedalam dengan cepat. Rania kurebahkan dikasur sementara Wenny sudah mulai dipreteli pakaiannya oleh Leonard. Seragam dari kantor mereka nampak sudah acak-acakan, terutama Wenny yang tinggal menggunakan bawahan sementara atasannya sudah bugil. Buah dadanya benar-benar besar dan kencang.
“Wah. Gak sia-sialah buang-buang duit buat beli minuman kalo hadiahnya kayak gini.” candanya sambil mulai menciumi payudara Wenny dan dengan liarnya lidahnya menyapu putting gadis itu.
Sementara itu aku copoti satu persatu pakaian yang masih melekat ditubuh Rania. Saat aku mencopot branya segeralah terpampang payudara yang montok putih kencang. Pahanya yang sekal berisi juga membuat nafsuku semakin meninggi saja. Kucumbu gadis ini habis-habisan. Rania hanya terdiam dengan sesekali mendesah, maklum dia masih dalam kondisi setengah sadar.
Sambil meremas-remas payudaranya, tanganku yang satu membimbing penisku yang menegang kearah vagina Rania. Vagina yang putih bersih tanpa bulu itu benar-benar imut menurutku. Sepertinya dia mencukur habis bulu kemaluannya. Kurasakan kesulitan saat kepala batang kejantananku mencoba memasuki liang kemaluan gadis ini. “Ah, dapat yang perawan nih gua.” Kataku pada Leonard. Sementara Leonard hanya terkekeh dan nampaknya dia juga mendapat gadis perawan saat itu, kulihat vagina milik Wenny meneteskan aliran cairan berwarna merah. Darah keperawanan saat penis Leonard berhasil menjebol gawang senggamanya.
“Gila nih cewek. Penis gue serasa dipijat-pijat.” Leonard semakin bernafsu saja dalam menggenjot vagina Wenny. Sementara itu Rania nampak mengerang kesakitan saat penisku semakin masuk kedalam. Gila susah banget, umpatku dalam hati. Setelah beberapa kali mencoba dan mencoba akhirnya berhasil juga batang kejantananku menyeruak masuk kedalam vagina milik Rania.
“Ahhh, ehh, ahh…” kali ini lenguhanku tidak kalah dengan lenguhan milik Leonard. Berdua kami menggapai kenikmatan kami diatas tubuh dua dara ini. “memiaw kamu rapat banget yah Ran.” ucapku pada Rania namun tanpa ada jawaban dari mulutnya. Hanya sesekali Rania mengerang entah rasa sakit atau kenikmatan yang membuatnya mengeluarkan desahan-desahan itu.
Dengan berganti-ganti posisi selama duapuluh menitan akhirnya Leonard mencabut penisnya dan dikocokkan diatas perut Wenny sementara itu Rania kugenjot semakin keras dan akhirnya aku terdiam setelah menusukkan pensiku sedalam-dalamnya dan menyemburlah cairan sperma dengan jumlah cukup banyak kedalam liang senggama gadis cantik ini. Setelah istirahat sepuluh menit, aku dan Leonard berganti pasangan. Leonard nampaknya ingin mencicipi tubuh Rania yang putih itu.
Demikianlah akhirnya, disaat batang kemaluan Leonard menghunjam menusuki liang vagina Rania tanpa ampun lagi sementara disaat yang sama vagina Wennypun mengalami hal serupa dari penisku. Entah berapa kali aku mengalami ejakulasi didalam rahim Wenny yang akhirnya membuat sebagian cairan spermaku tumpah keluar dari dalam vaginanya karena tidak cukup menampung lebih banyak lagi sperma.
Sex Data: Lina
Sekitar 4 hari setelah aku bercinta dengan Lena pada saat acara out bond dari kampus, aku kembali bertemu dengan Lina saat dia kostku. Bagi yang sudah lupa, Lina adalah adik kekasihku yang pernah aku tiduri juga.
Dia datang sembari membawa kue yang dia buat sendiri dari rumah. Dia berkata kepada orang tuanya untuk mengunjungi kakaknya selagi dia libur Ujian Akhir. Dia berencana untuk menginap di kostku. Karena untuk tiga hari kedepan kostku sepi dan tinggal aku bersama dengan dua orang temanku (anak-anak baru yang aku belum begitu kenal) maka aku ijinkan saja dia menginap tapi hanya maksimal dua hari dan dia menyetujuinya dengan gembira.
“Kamu tujuannya nginep disini buat dapat jatah tiap saat khan? Ngaku hayo…!” Godaku padanya dan dia tertawa kecil, “Alah! Mas Adi juga suka khan ngent*tin aku. Ngaku juga hayo!” balasnya padaku. Aku agak kaget setelah mendengar Lina sudah terbiasa mengeluarkan kata-kata kotor didepanku yang dulu dia tabukan.
Singkatnya, malam itu Lina datang ketempatku dan menginap dikamar kostku. Ada seorang teman kost ku yang tahu namun karena membawa cewek menginap itu sudah hal yang biasa maka dia tidak mempedulikannya lagi. Sekitar jam 9 malam ketika sehabis makan malam, aku dan Lina menonton DVD yang kami sewa waktu makan diluar tadi. Berupa film action namun tetap saja ada bumbu-bumbu seksnya. Dan begitu hal tersebut keluar maka event yang kutunggu tiba juga. Lina nampak begitu menikmati adegan hot pemain film itu sedangkan aku dari belakang tiba-tiba memeluknya erat sembari kedua tanganku meremas-remas payudaranya. Lehernyapun tak luput dari ciumanku begitu pula dengan bibirnya kala dia menengok kebelakang.
“Hayo, sekarang sapa yang minta jatah?” Godanya padaku sambil tersenyum manis. Senyumannya benar-benar seksi membuatku bergairah tinggi sekali. Gadis ini seolah menggodaku dengan goyangan pinggang dan perutnya yang meliuk-liuk ketika aku rangkul. Cara itu berhasil membuatku menjadi semakin bernafsu saja untuk mengerjai gadis ini.
“Aduh mas Adi ini. Gak sabaran yah?” Kata Lina sambil menepiskan tanganku ketika meremas buah dadanya dari belakang. “Sabar dulu dong mas. Film nya kan belum selesai.” Protesnya kepadaku. Walau aku sudah rangsang dia habis-habisan tapi dia tetap kukuh dengan pendiriannya yaitu ingin menyelesaikan menonton film yang kami putar sekarang.
“Huh, kamu ini emang pinter bikin orang belingsatan Lin.” Kataku padanya sambil bersungut-sungut. Lina tertawa melihat kelakuanku itu, seperti anak kucing yang jatah makanannya direbut. Menanti penuh harap.
Lina lalu berbalik menghadap kearahku, “Memang sapa juga yang mulai. Kan mas Adi belingsatan gara-gara otaknya ngeres molo khan.” Sahutnya mengena di hatiku. “Hehehe…ngeres juga setelah liat kamu Lin.” Sahutku sambil mencium bibirnya.
Kali ini dia membalas ciumanku dan bisa ditebak kalau dalam hitungan menit kami sudah bergumul di kasur tanpa pakaian sehelaipun. “Akhh…mas Adi ganas amat hari ini…” Desah Lina disela-sela cumbuan bibirku ke payudaranya yang putingnya sudah mengeras mengacung kedepan. Setiap jilatanku di putingnya membuat gadis belia ini menggelinjang tak karuan. Belum lagi pusarnya yang menggairahkan tak luput dari jilatan lidahku sementara kedua buah dadanya aku remas bergantian. Semakin turun jilatanku hingga akhirnya mengarah ke liang kewanitaaannya yang sudah mulai basah.
“Jangan mas! Kotor disitu.” Protes Lina namun tak aku hiraukan. “memiawmu wangi kok Lin, bersih pula. Sering kamu bersihkan pastinya.” Sahutku sambil memainkan lidahku di klitoris gadis belia ini. “Akhh…akhhh…Aku bersihkan buat mas Adi, supaya mas Adi betah sama aku…akhh…” Ternyata Lina benar-benar menyukaiku sehingga begitu memperhatikan pendapatku tentang dirinya.
Tubuh seksi dara cantik ini menggeliat, menggelinjang tak karuan tiap kali aku menggesekkan ujung lidahku di ujung klitorisnya. Desahan-desahan kenikamatan memenuhi ruangan dimana aku bersamanya sedang menanjaki puncak kenikmatan. Hanya berselang sepuluh menit kemudian, aku mengarahkan batang kejantananku kearah bibir vagina Lina yang memerah itu. Dalam beberapa kali tusukan saja akhirnya seluruh batang kejantananku berhasil menembus masuk sempurna kedalam liang kewanitaan Lina.
Aku menggoyang-goyangkan batang kemaluanku didalam liang senggamanya untuk memperluas ruang gerak penisku. Hal ini nampaknya membuat Lina menjadi setengah kesetanan. Sembari mengigit bibir bawahnya dia menggoyangkan pantatnya lebih ganas daripada goyanganku. Desahanpun keluar bertubi-tubi dari mulutnya membuat suasana saat itu menjadi semakin panas dan menggairahkan. Jemari lentik tangannya mencengkeram erat bahuku yang saat itu menindih tubuhnya hingga beberapa kali seolah mencakar kulitku sehingga memerah.
Melihat goyangan Lina semakin hot saja, aku mengubah gerakanku menjadi maju mundur dengan intensitas yang cepat sehingga membuat kedua kemaluan kami bergerak dalam dua fase gerakan sekalihus, maju mundur dengan memutar. Mungkin karena gerakan baru inilah, Lina menjadi sangat bernafsu daripada biasanya. Diapun mencapai orgasme dalam sepuluh menit kedepan walaupun kami tidak berganti gaya dan hanya menggunakan gaya mercenary.
Puas dengan goyangannya dan tusukan penisku, Lina lalu mengeluarkan penisku dari sangkar madu miliknya. Terang saja aku protes berat karena aku belum mencapai orgasme. Namun setelah Lina membuka mulutnya dan mengulum habis-habisan penisku yang sudah belepotan cairan kewanitaan plus cairan orgasme miliknya, aku menjadi terdiam dan menikmati. Ternyata dia sudah lebih baik dalam hal tehnik mengoral, yang nantinya dia memberitahuku kalau selama ini dia berlatih dengan menggunakan mentimun. Luar biasa, itulah yang aku rasakan ketika ujung penisku dijilatinya saat seluruh penisku masih berada didalam mulutnya. Serasa tersetrum rasanya. Belum lagi ulah kedua tangannya yang mempermainkan kedua buah pelirku. Rasanya ingin meledakkan nafsuku dimulutnya. Dan benar saja, dalam beberapa menit aku langsung berejakulasi didalam mulutnya. “Lin, aku keluar…akhhhh…” Desahku diiringi cairan putih kental nan hangat keluar dari penisku dan menyemprot, membasahi rongga mulutnya yang seksi itu. Lina lalu menjilati seluruh cairan spermaku hingga bersih dari batang kemaluanku dan menelannya. “Wow, kamu ternyata ada kemajuan. Luar biasa kamu Lin.” Kataku padanya sambil membelai lembut rambutnya yang sudah basah oleh keringat.
Lina hanya tersenyum dan menyahut, “Ini juga demi mas Adi. Khan mas Adi selama ini dah baik sama Lina. Sekarang giliran Lina yang baik ma mas Adi. Dibandingkan Mbak Anyssa, mana yang lebih baik servisnya?” Tanya Lina kepadaku. Aku tersenyum dan menjawab, “Tentu saja kamu Lin.” Lalu dia pun tersenyum kecil sepertinya senang dengan jawabanku yang memang sudah dia nantikan dari tadi. Lalu kami melepaskan hari itu dengan tidur berangkulan tanpa menghiraukan lanjutan film yang kami tonton barusan, setidaknya sekitar 3 sampai 4 jam kami tidur dalam keheningan berselimutkan kepuasan.
Sex Data: Joane
Namanya Joane, dia adalah kekasih dari Anthony, temanku waktu kuliah. Seorang bule yang berasal dari Swedia. Wajahnya cantik, tinggi dan berkulit putih dengan rambut bewarna coklat agak pirang hingga melebihi bahu panjangnya. Diluar itu, Joane adalah cewek yang smart dan ramah. Setiap kali Anthony mengajaknya dalam pertemuan dengan teman-temannya yang lain selalu membuahkan iri didalam diri teman-temannya karena kecantikan dan kemolekan dari Joane. Tentu saja Anthony menikmati kecemburuan teman-temannya itu yang nyatanya hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan gadis seperti Joane. Anthony adalah anak seorang konglomerat yang mempunyai beberapa cottage dan resort di Bali, Jakarta maupun di pulau-pulau lain di beberapa daerah di Indonesia bagian timur. Belum lagi tampangnya yang super model (cakep) membuat banyak cewek tergila-gila padanya. Pergaulannya luas dan dia juga dapat fasih berbahasa 3 bahasa asing yang membuatnya disegani oleh teman-temannya. Pasalnya banyak anak orang kaya tapi tolol, tapi hal itu tidak berlaku bagi Anthony, tapi bagiku yang paling aku sukai dari anak ini adalah tidak pernah tanggung-tanggung saat menolong temannya. Jadi wajar saja gadis seperti Joane jatuh hati terhadap pemuda yang perfect seperti ini.
Ketika aku sedang tidur-tiduran di kamar kost Anthony sembari menghabiskan bahan bacaanku yang terakhir berupa komik silat yang kebetulan dikoleksi oleh Anthony, tiba-tiba ada telepon masuk ke handphone ku. “Halo, sapa yah?” sahutku karena nomernya tidak terlihat (nomor pribadi).
“Ini gua dul. Eh gua titip kamar dulu agak lamaan yah. Soalnya mobil gua ternyata harus nunggu lama buat dapat giliran.” Suara Anthony terdengar dari ujung jauh. Dia sebenarnya sedang melakukan check up untuk mobil miliknya setelah mendengar suara-suara aneh saat digunakannya untuk jalan-jalan bersama kekasihnya kemarin.
“Set dah, jangan lama-lama yah. Gua juga butuh makan neh.” Sahutku sembari meletakkan bacaan terakhir yang selesai aku baca. “Loe buka aja kulkas. Disana ada makanan and minuman. Loe abisin aja semua.” Sahutnya enteng lalu menutup teleponnya.
Memang kamar Anthony benar-benar super mewah. Bukan hanya televisi, PC ataupun AC, tapi juga ada dvd player, speaker Altec terbaru satu set, perangkat sambungan internet plus dengan kulkas kecil diujung ruangan yang penuh dengan berbagai makanan (biasanya).
Aku buka juga akhirnya karena aku sudah agak lapar. “Sialan, cuman ada es krim doang sama coklat Toblerone.” Umpatku dalam hati. Mengingat aku tidak menyukai coklat, yah tinggal es krim yang bisa kuembat.
Bingung tak ada kerjaan, akhirnya aku membuka PC milik Anthony sembari browsing di internet untuk melihat-lihat apakah ada yang menarik. Sesaat mataku tertegun pada sebuah icon yang berbentuk imut di salah satu folder di PC Anthony. Jarang-jarang Anthony menyimpan sesuatu yang girlie seperti ini. Lalu aku putuskan untuk melihatnya dan saat terbuka, terlihat sebuah kumpulan username dan password untuk salah satu situs. Lalu aku buka saja situs itu dan menggunakan account milik Anthony, ternyata situs ini menawarkan share harddisk yang memperbolehkan seseorang menjadi member dan menyimpan file-file dalam ukuran besar kedalam wilayah share situs tersebut. Ternyata Anthony menyimpan beberapa dokumen disana. Tetapi yang paling mencolok adalah sebuah dokumen yang besarnya diatas 400 MB. Terang saja aku kaget karena yang lain hanya sebesar rata-rata 1 MB atau 2 MB saja.
Setelah aku membukanya, betapa terkejutnya aku bahwa ternyata file tersebut adalah berbentuk film dalam format kompresan yang setelah dibuka berupa kumpulan beberapa potong film. Tetapi yang mengejutkan adalah film tersebut dibintangi oleh Anthony dengan kekasihnya sendiri, dan aku tak akan terkejut jika film tersebut adalah film normal tetapi ini adalah adegan mesra antara keduanya.
Dalam salah satu potongan film aku dapat melihat bagaimana Anthony berciuman dengan Joane sementara Joane yang saat itu hanya memakai kaus dan celana dalam diremas-remas dan ditelusuri tubuhnya oleh Anthony. Bahkan ada yang lebih panas lagi yaitu adegan dimana mereka bercinta.
Salah satu adegan itu dilakukan di sebuah kamar hotel yang cukup mewah, dugaanku pribadi itu adalah hotel di Bali karena hotel mewah di Jogja tidak ada yang bertema natural.
Adegan itu dimulai ketika Anthony menyalakan handycam nya miliknya dan mendekati Joane yang masih tiduran diranjang. Mereka berciuman dengan posisi Joane dibawah sementara Anthony diatas. Bukan hanya dengan ciuman, tetapi tangan Anthony sudah meraba-raba payudara Joane yang masih terbalut kaus warna biru muda. Sementara itu tangan Joane selain membelai rambut kekasihnya itu, juga merogoh kedalam celana pendek Anthony.
Dipelorotkannya celana pendek itu sehingga keluar sebuah benda yang tak asing lagi, batang kejantanan milik Anthony. Joane sepertinya sudah mahfum benar dengan benda tersebut dan tidak terlihat canggung lagi.
Dengan lembut Joane mengocok batang kemaluan milik Anthony hingga cairan pelumas mulai keluar membasahi batang kejantanan tersebut. Jemari lentik Joane terlihat sangat piawai untuk hal yang satu ini. Anthony yang sudah mulai tak dapat menahan diri langsung saja membuka kaus biru milik Joane yang ternyata tidak memakai bra tersebut dan segera terlihat pemandangan yang sangat hot, payudara Joane yang putih mulus dan ukurannya cukup besar itu. Dengan putingnya yang bewarna kemerahan tersebut, lelaki manapun juga akan ngiler dibuatnya. Mulut Anthony langsung melahap buah dada pacarnya itu dengan rakusnya, sembari dijilatinya bagian puting Joane hingga keluar suara desahan dari mulut Joane yang cantik itu.
Belum puas dengan itu, Anthony langsung membuka celana dalam Joane yang kala itu menggunakan semacam G-string walaupun bentuknya sedikit mirip underwear biasa namun kecil. Sedetik kemudian muncullah pemandangan indah, vagina Joane yang ditutupi bulu kemaluan yang halus dan tipis tercukur rapi walapun tidak begitu jelas karena fokus kamera.
Anthony yang waktu itu segera melepaskan celana pendeknya langsung menindih Joane lagi. Kali ini batang kemaluannya langsung diarahkan kebibir vagina Joane sembari berbisik-bisik ketelinga Joane sesekali sambil menciumi leher kekasihnya itu. Tak puas dengan itu saja, payudara Joane-pun tidak lepas dari jarahan tangan dan bibirnya. Entah berapa lumatan dan jilatan yang sudah dia lakukan kepada payudara kekasihnya itu sehingga buah dada Joane memerah dah basah oleh cairan liur Anthony.
“Arghh…akhh..” Desah gadis ini saat bibir kemaluannya digesek-gesek oleh batang kejantanan milik Anthony yang sudah mengeras itu. Setelah posisi kamera dirubah oleh Anthony baru aku bisa melihat jelas vagina milik Joane dan memanglah indah bentuknya. Tercukur rapi dan bibir vaginanya bewarna merah muda nampak sangat basah karena rangsangan sebelumnya dari sang pacar.
Entah karena sakit atau nikmat, Joane berteriak dan medesah keras ketika batang penis milik Anthony menyeruak masuk dengan cepat melewati bibir vaginanya dan langsung menghantam dinding rahim gadis ini. “Akhh…ohhh..akhh..God..ohh…babe..” Racaunya tak karuan ketika Anthony mulai menggenjot tubuhnya dengan cepat. Sepertinya walaupun cewek ini cewek bule namun butuh waktu juga untuk menyesuaikan goyangan penis Anthony yang nota bene adalah orang Indonesia yang menurut penelitian ukuran batang kemaluannya harusnya lebih kecil dari cowok bule.
Hanya lima menit Anthony menyetubuhi Joane dengan posisi menindihinya, lalu dia membalik tubuh kekasihnya dan dengan gaya doggy style dia langsung memompanya lagi tanpa ampun. Persetubuhan kali ini nampak lebih brutal dari sebelumnya. Pungung Joane dibuatnya merendah sehingga payudara gadis ini menyentuh kasur sementara pantatnya tetap terangkat untuk dikerjai. Sesekali Anthony melepaskan sodokannya dan dengan cepat dia memasukkannya lagi kedalam liang kewanitaan Joane yang selalu diiringi dengan erangan dari gadis itu, entah karena sakit atau nikmat yang tiada tara.
Dengan gaya ini aku bisa melihat dengan jelas tiap kali Joane disodok kemaluannya oleh Anthony maka payudaranya yang sudah menyentuk bagian atas kasur itu berguncang keras. Kedua tangan Joane mencengkeram erat bantal dan seprei tempat tidur itu. Sesekali erangan keras keluar dari mulut dara cantik ini ketika vaginanya dihajar dengan keras oleh batang kejantanan Anthony.
Puas dengan gaya doggy style, sekarang Anthony membalikkan tubuh Joane sehingga dia diposisikan menungging namun dalam kondisi terlentang. Kedua pahanya diangkat keatas sehingga tubuh Joane melengkung, sampai payudaranya bergelayut menempel mulutnya sendiri. Lalu dari arah samping, Anthony melesakkan penisnya dari arah atas sehingga Joane dikerjai dalam posisi vagina menghadap keatas. Aku tidak habis pikir, gaya apa yang dilakukan Anthony kepada kekasihnya namun aku tak peduli ketika pandanganku teralih pada sodokan-sodokan keras Anthony yang brutal kedalam liang kemaluan Joane. Terlihat bibir kemaluan Joane sudah semakin terbuka lebar akibat posisinya sekarang dan sodokan brutal Anthony. Sembari menahan kedua tungkai kaki Joane agar tidak jatuh, Anthony mempercepat pompaannya sehingga dalam hitungan beberapa menit saja dia sudah ejakulasi. Anthony mengejang hebat dan membenamkan penisnya dalam-dalam diliang senggama Joane. Saat dia mencabutnya dan Joane kembali terlentang dalam posisi normal baru terlihat cairan putih kental mengalir dari dalam liang kemaluan gadis cantik ini. Setelah menghadiahi ciuman manis dibibir, Anthony lalu mematikan handy cam miliknya.
Pada awalnya menyesal aku tidak membawa flash disk sehingga tidak dapat mengcopy adegan mesra ini, namun dasar lagi untung, akhirnya aku menemukan CD blank dan langsung saja aku copy semua file-file mesum Anthony kedalam beberapa CD tersebut. Berharap dapat aku gunakan sebagai fantasy, apalagi karena aku telah melihat kemolekan tubuh kekasih Anthony yang bule itu, Joane.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1348