13. Isi Sebuah Diary
Balada Asisten Dosen
Namanya Ayu Endah Estianti, biasa dipanggil Ayu atau Hesti. Perawakannya tinggi semampai walaupun agak kurus tetapi dia selalu enerjik dalam tiap kesempatan. Sifatnya yang periang dan enerjik inilah yang disukai oleh banyak orang sehingga pada usianya yang ke 22, dia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai asisten dosen di sebuah universitas tempatku kuliah. Dia juga hampir selesai mengerjakan skripsinya sehingga bisa dipastikan kalau beberapa bulan lagi dia akan segera lulus dari fakultas tempatnya belajar.
Gadis putih ini berambut sebahu dan sangat modis ditiap kali penampilannya dimuka umum. Wajar kalau dikalangan asisten dosen bahkan dikalangan mahasiswa senior dia disebut icon fesyen terkini, terlebih difakultas tempat dia mengajar.
Berasal dari keluarga yang sanagt mampu karena ayahnya sendiri adalah salah satu pegawai senior di Pertamina dan kekasihnya adalah seorang pengusaha mebel asal Jepara, sebut saja namanya Roy. Sekilas kehidupannya yang serba sempurna membuat orang iri, dan terlihat begitu perfect dalam segalanya.
Namun tak ada yang namanya kehidupan sempurna. Semua yang terlihat indah itu tiba-tiba saja hancur pada suatu malam ketika aku secara tak sengaja menemukan sebuah kepingan kaset kecil disebuah toilet disebuah rumah makan di kota Salatiga. Malam itu aku bersama dengan beberapa orang teman mengunjungi salah satu teman kami yang kebetulan sedang menjalani pemeriksaan di kantor polisi karena dia ikut ditangkap saat berkunjung ke kost temannya yang kebetulan kuliah di salah satu universitas di kampus tersebut. Malang nasibnya karena berada ditempat yang salah dan diwaktu yang salah, karena pada waktu dia berkunjung ternyata di kost temannya itu ada beberapa orang yang sedang pesta narkoba sehingga dia ikut tertangkap saat penggerebekan, walaupun akhirnya nanti terbukti kalau dia tidak ikut menggunakannya dan waktu itu hanya berkunjung saja (setelah sempat meringkuk sehari di sel).
Pulang dari membesuk teman di kantor polisi kami segera pulang tapi sebelumnya mencari tempat untuk makan. Karena tidak mengetahui lokasi makan yang sesuai maka mau tak mau kami masuk juga ke rumah makan francise terkenal di kota itu. Selesai makan, sekitar jam setengah sembilan malam kami bergegas pergi dengan beriringan menggunakan sepeda motor. Sesaat sebelum pergi aku dan seorang teman pergi ke toilet untuk membasuh muka agar tidak mengantuk namun saat aku akan membasuh muka tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada sebuah benda kecil bewarna hitam yang tergeletak begitu saja diatas washtafel.
Aku pungut benda tersebut dan ternyata adalah sebuah kaset kecil, mulanya aku tak tahu kaset itu namun setelah diberitahu temanku aku jadi tahu sekarang kalau kaset tersebut adalah kaset video yang digunakan untuk handy cam tipe lama. Akhirnya aku menuju ke tempat parkir dengan membawa kaset misterius ini yang dalam hati aku bertanya-tanya apa yang ada didalam kaset ini, mungkin suatu hal yang menarik tapi bisa juga hanyalah kaset kosong atau rekaman tak menarik lainnya. Lantas apa hubungannya antara penemuan kaset ini dengan kehancuran kehidupan sempurna dari Ayu Endah Estianti? Kalian akan segera tahu setelah ini.
Malam berikutnya setelah aku kembali dari kampus aku teringat kalau aku mempunyai kaset miesterius yang belum terbuka yang masih berada di saku jaketku. Aku nyalakan micro projector yang aku pinjam dari Anthony, temanku. Kebetulan dalam micro projector tersebut terdapat 3 format alat perekam yang bisa masuk kedalamnya yaitu kaset kecil, CD/DVD ataupun HDD.
Sesaat yang terlihat hanyalah obrolan biasa antara ketiga pria yang salah satunya baru aku ketahui nantinya adalah kekasih dari Ayu Endah Estianti. Sepertinya pembicaraan ini berada disebuah hotel, yang sekilas aku lihat dari inisial yang tertulis di daftar menu diatas mini bar yang sempat ter spot oleh kamera adalah inisial dari sebuah hotel termewah dikota Solo.
Sekitar 10 menit pembicaraan begitu membosankan lalu tiba-tiba kamera mati dan semuanya gelap. Sedetik kemudian kamera kembali menyala kali ini dengan pemandangan yang lain lagi, yaitu pemandangan seorang perempuan muda yang sudah mabuk sempoyongan yang berusaha direbahkan oleh dua orang pria disampingnya. Sekilas aku tak percaya tetapi setelah aku pause dan kuperbesar gambarnya baru aku sadar kalau cewek tersebut adalah Ayu.
Ayu terlihat begitu mabuk hingga racauannya tak karuan, tapi paling banyak adalah makian yang keluar dari mulutnya yang ditujukan kepada kedua pria yang merebahkannya itu.
“Lepasin! Lepasin sialan kalian!” bentak Ayu ketika salah seorang dari mereka sudah berani meraba payudara Ayu yang masih terbungkus blazer warna biru itu. Teriakan itu nampaknya bukannya membuat kedua pria ini sadar malah mereka semakin menjadi dengan mempreteli seluruh baju dan blazer Ayu hingga sekarang terpampanglah payudara Ayu yang masih tertutup bra warna putih itu.
“Udah deh, mending kamu diam aja. Pacar kamu udah terlalu banyak hutang kepada kita-kita gara-gara ekspor mebelnya batal. Kita jadi tekor puluhan juta tahu buat batalin LC nya. Ini semua gara-gara pacarmu yang ga becus ngurus perusahaannya, sampe bahan baku kurang. Dasar geblek.” Serunya sambil menciumi bibir Ayu yang kini sudah tidak seliar tadi perlawanannya, mungkin karena sudah kehabisan tenaga atau bisa juga karena dia sudah mabuk berat.
“Roy udah pasrah dari pada dia masuk bui mendingan kamu yang dikorbankan…hahahaha…” salah seorang lagi dari mereka menimpali. “Anggap saja ini adalah pembayaran hutangnya kepada kami berdua.” Lalu dengan kasar dia menarik lepas rok span warna biru dari paha Ayu hingga lepas. Kini Ayu tinggal menggunakan underwear dan bra saja.
“Itu bukan salah aku. Kenapa aku yang dibeginikan? Stop…udahhh…! Kalau nggak berhenti aku bakalan teriak. Lepasss…!” bentak Ayu dengan sisa-sisa kekuatannya.
“Silakan saja kalau mau teriak. Kamar ini kedap suara dan terletak dibagian paling luar dari bangunan hotel. Kamu pikir kami nggak persiapkan semua ini hah? Teriak aja sampe puas dijamin kagak ada yang bisa denger teriakan kamu. Say cheese…” balas pria itu sambil memfoto tubuh seksi Ayu yang tinggal menggunakan dalaman.
“Tolong…! Tolonggg…!” teriak Ayu namun sepertinya kamar itu memang kedap suara sampai-sampai Ayu lemas sendiri karena kebanyakan teriak. Satu tamparan mendarat di pipi Ayu hingga meninggalkan luka sayatan kecil, karena sang penampar memakai cincin stempel di jarinya.
Jeritan berhenti berganti tangis, ketika salah satu dari mereka yang berambut agak panjang dan dikucir membetot bra dan celana dalam Ayu hingga robek dan nyaris putus. Ayu terpekik tertahan karena dalam detik berikutnya mulutnya sudah tersumbat oleh mulut salah seorangnya lagi yang berambut ala Tao Ming She. Kedua orang ini sepertinya pengusaha ekspor impor yang cukup besar dan patner bisnis dari Roy, kekasih Ayu. Ayu memang seorang gadis pribumi namun kekasihnya adalah seorang WNI keturunan sama seperti kedua pria yang menggumulinya kali ini. Ayu sendiri nampak setia kepada Roy karena disetiap penampilan mereka dimuka umum, selalu mesra. Malang bagi Ayu karena Roy ternyata hanya menganggapnya obyek belaka dan tak sega-segan mengorbankannya demi sesuatu yang menurutnya lebih berharga dari pada kekasihnya sendiri yaitu uang.
“Akh..jangan…akhhh…” Desah Ayu diantara rontaannya yang sudah melemah. Cowok berkucir itu ternyata sedang menjilati bibir vagina Ayu yang sekarang sudah mulai basah karena rangsangan tiada henti, sementara pria yang satunya lagi Teo (begitu temannya memanggilnya) langsung menstimuli payudara dan puting dari Ayu. Kontan saja Ayu yang berusaha melawanpun lama-lama juga terangsang hebat karena walaupun hatinya menolak tapi tubuhnya menginginkannya juga dan putingnya pun ikut mengeras mengacung seolah meminta lebih pada pemerkosanya. Teo sepertinya senang melihat sikap Ayu yang malu-malu mau itu lalu lidahnyapun mulai menelusuri buah dada Ayu dan tak lupa putingnyapun dia jilati lembut hingga sekarang bukan erangan yang keluar dari mulut Ayu namun lebih mirip desahan kenikmatan. Sedotan-demi sedotanpun dilakukan kedua pria ini, satu di payudara dan satunya divagina.
“Akhhh….” Jerit Ayu ketika memperoleh orgasmenya yang pertama. Kedua pria ini tersenyum puas lalu tertawa-tawa mengejek Ayu. “Ternyata doyan yah…heheheh” Ejek si kucir kepada Ayu. Wajah Ayu memerah karena malu akan dirinya yang tak dapat menyembunyikan rasa yang dia nikmati baru saja.
Si kucir lalu melepaskan seluruh bajunya dan mulai menindih Ayu. Terlihat batang kemaluannya yang bewarna putih kemerahan sudah menegang dan sudah keluar dari sarangnya, karena penisnya memang tidak di khitan. Digesek-gesekkan batang kejantanan itu di bibir vagina Ayu yang sudah memerah dan basah karena cairan cintanya. “Jangan perkosa saya…jangan…” rintih Ayu lemah sembari kakinya sesekali menendang lemah namun hal itu tidak menyurutkan niatan si kucir untuk menyetubuhinya.
“Ayu, kamu benar-benar cantik sayang. Sekarang aku bakalan jadi orang pertama yang ngent*tin kamu. Akhh…Ayu…” Si kucir lalu melesakkan batang kemaluannya kedalam liang kewanitaan Ayu melewati bibir kemaluannya. Terlihat jelas dari kamera yang sekarang dibawa oleh Teo dan diarahkan ke proses penetrasi pertama itu, bibir vagina Ayu nampak terbelah saat batang penis si kucir menembusinya dan lipatan bibir kemaluannya sebagian ikut melesak kedalam seiring dengan melesaknya batang kemaluan dari sang pria.
“Akhhh…sakit…akhhh…ampun..sudah…okhhh.” Desah Ayu sambil mengejang dan tangannya mencengkeram erat sprei sementara pahanya berusaha ditarik untuk menghindari tusukan lebih dalam lagi dari si kucir. Namun tenaga si kucir nampaknya lebih besar dan apa daya bagi Ayu, dia tinggal pasrah saja ketika vaginanya ditembus oleh penis milik seorang pria yang bukan siapa-siapanya. Dalam setarikan nafas saja si kucir sudah berhasil melesakkan separuh dari batang kemaluannya kedalam liang kenikmatan milik Ayu.
Ayu mengejang karena rasa sakit yang dia derita, tubuhnya mengejang hebat dan mulutnya mulai mengeluarkan teriakan. Nampaknya si kucir sudah berhasil menembus selaput dara gadis ini. Sedetik kemudian si kucir menyodokkan penisnya lebih dalam dengan kecepatan tinggi dan sekali lagi Ayu menjerit kesakitan. Air mata mulai meleleh dipipinya. Sementara itu senyuman nampak dari bibir si kucir. Lalu pria ini melanjutkannya dengan sodokan-sodokan ringan tanpa berhenti untuk memberikan Ayu kesempatan untuk mengambil nafas lebih dulu.
Kocokan penis didalam liang vagina Ayu semakin lama semakin cepat saja. Ayu sudah tidak punya lagi kekuatan untuk melawan sehingga hanya pasrah ketika tubuhnya terguncang-guncang dengan keras menerima sodokan-sodokan dari pria yang menindihnya sekarang. Sesekali Ayu menjerit kecil ketika si kucir mencabut penisnya dan melesakkannya lagi dengan kecepatan tinggi sehingga terkadang klitoris Ayu ikut tergesek hebat. Tiap kali batang kemaluan itu keluar masuk dari liang kewanitaan Ayu, nampak cairan bening agak putih keluar bersamaan dengan darah keperawanan dari lobang kemaluan dara ini.
“Wah, enak bener nih memiaw cewek satu ini. Peret abis choi.” Ucap si kucir kepada temannya yang sekarang sedang membawa kamera merekam kejadian ini. Temannya hanya membalas dengan tawa. Ayu nampak terhina namun dia tidak bisa melakukan apapun lagi karena tubuhnya sudah terljur ternoda dan didalam hatinya dia tahu kalau dia juga menikmatinya walaupun tidak sepenuhnya, itu terbukti dari orgasme pertamanya tadi.
Selang lima menit kemudian, si kucir lalu mengangkat paha atas Ayu hingga tungkai kakinya dapat disandarkan diatas bahunya lalu masih dengan menindihnya, si kucir mempercepat sodokannya dan kali ini lebih brutal. Terlihat bibir kemaluan gadis ini sudah mulai keluar gelambirnya sehingga mencuat melebihi bibir luar vagina Ayu, hal ini biasanya terjadi pada gadis yang sudah sering bercinta atau sudah pernah bercinta dengan brutal. Ayu mengaduh pelan dan akhirnya menjerit ketika si kucir melakukan satu sodokan brutal kearah rahimnya dan menghentikan pompaannya ketika penisnya masih didalam vagina sang dara. Sesaat kemudian dia mengejang hebat sembari menciumi bibir Ayu dalam-dalam dia melenguh keras.
Walaupun Ayu belum pernah bercinta sebelumnya tetapi dia sadar apa yang sedang terjadi. “Jangan dikeluarkan didalam…aku sedang subur..jangannn…” Jerit Ayu histeris ketika si kucir berejakulasi didalam liang kemaluannya. Terlambat sudah, Ayu hanya bisa menangis lagi.
Teo meletakkan kameranya dan diletakkan di meja tetapi diposisikan tetap menghadap tempat tidur dengan posisi yang pas untuk mengambil keseluruhan gambar persetubuhan ini. Si kucir mencabut batang kemaluannya dan seketika cairan sperma keluar mengalir dari dalam vagina gadis ini.
Teo berbaring terlentang sementara Ayu diseret oleh si kucir untuk menduduki pinggang Teo yang sudah bugil itu. Batang kemaluannya sudah menengang sedari tadi diarahkan vertikal sehingga terlihat jelas ketika Ayu membuka selangkangannya menduduki batang kejantanan tersebut. Penis itu perlahan membelah vagina Ayu yang sudah basah dan hanya beberapa detik saja sebelum seluruhnya tertelan oleh liang kewanitaan Ayu. “Akhh…enak bener nih. Peret bener.” Kata si Teo yang lalu mulai menggoyangkan pinggangnya menyodok vagina Ayu dengan penisnya dari arah bawah. Si kucirpun tak tinggal diam, dia lalu mendorong-dorong tubuh Ayu maju mundur dan memerintahkannya untuk menservis Teo dari atas. Ayu yang sudah pasrah hanya bisa menuruti permintaan tersebut.
Sekarang Ayu terlihat seksi melakukan gerakan erotis menyetubuhi sang pria, Ayu terlihat seperti sedang menggilas batang kemaluan Teo tanpa ampun dengan selangkangannya. Sesekali Teo mengangkat pantat Ayu dan langsung menariknya kebawah lagi dengan cepat sehingga tusukan batang kemaluannya semakin dalam saja hingga menyentuh dinding rahim sang gadis cantik ini.
“Aku ikutan lagi yah? Kayaknya enak nih.” Seru si kucir, semula Teo menolak namun setelah diberi kode akhirnya dia tersenyum seolah tahu apa yang akan temannya perbuat pada dara ini. Denagn menggunakan kondom berpelumas, si kucir mengarahkan batang kemaluannya yang sudah menegang lagi keliang anus Ayu.
“Jangan disitu! Sakit….janga….akhhh!!!” Jerit Ayu ketika batang kemaluan itu melesak dengan kasar kedalam liang anus Ayu. Entah untuk yang keberapa kalinya Ayu kembali menangis. Kali ini baik vagina maupun liang anusnya diperawani bersamaan sehingga membuat dia tak kuat menahan sakit yang sangat. Darah mengalir dari liang anusnya yang sempit itu.
Si kucir dan Teo sepertinya sudah bersepakat, bersamaan mereka melakukan sodokan yang seirama sehingga tiap kali penis kedua orang ini melesak penuh kedalam vagina atau liang anus Ayu, kedua penis ini seolah bergesekan dan pembatas antara kedua lubang milik Ayu menjadi semakin kecil terdesak oleh kedua batang kemaluan pria ini.
“Akhh…sakit…akhh…udah..” Ayu menjerit lagi ketika si kucir memompanya dengan lebih brutal sementara kedua tangannya bergantian dengan mulut Teo mempermainkan kedua payudara Ayu.
“Kita keluar barengan aja.” Seru si kucir dan Teo mengiyakan. Sekitar sepuluh menit kemudian, Ayu yang ditindih oleh si kucir dan berada ditengah tumpukan tubuh kedua pria ini seakan mau pingsan. Teo mempercepat sodokannya begitu juga dengan si kucir, lalu nyaris bersamaan mereka mencabutnya engan kasar lalu melentangkan tubuh Ayu sambil mengocok penis mereka berdua.
Bersamaan penis kedua orang ini diarahkan keatas wajah Ayu dan dalam hitungan detik penis Teo menyemburkan cairan maninya menyiram ke wajah Ayu yang sebagian sempat memasuki mulut Ayu yang sedikit terbuka sementara si kucir menyambungnya dengan semprotan kedua yang membasahi bibir dan leher dara cantik ini. Wajah Ayu yang cantik itu sekarang bermandikan peluh dan belepotan sperma kental yang merata di hampir seluruh wajahnya.
Sepertinya rekaman ini digunakan untuk mengancam Ayu agar tidak cerita kepada siapapun mengenai hal ini. Well, aku tidak tahu tentang kedua pria ini namun yang jelas aku tahu mengenai Ayu, rahasia gelap gadis cantik ini sudah ditanganku. Berikutnya tinggal tunggu langkah berikutnya dariku.
Arine, the youngster one
Namanya Arine Susilowati, dia adalah pacar dari temannya temanku (ribet yah…). Orangnya pendiam dan nampaknya sedikit introvert, atau banyak malah. Cowoknya kerja di sebuah toko penjualan ikan hias sementara Arine sendiri menjadi penjaga wartel sekaligus warnet yang memang satu ruko. Aku mengenal sepasang sejoli ini dari seorang temanku, sebut saja namanya Yani (bukan nama asli). Cerita berikut ini merupakan cerita tentang kisah temanku yang bernama Yani tersebut dan ditulis berdasarkan kisah aslinya (setidaknya menurut versi Yani). Oh iya, bagi yang belum tahu, Yani itu nama cowok bukan cewek. So the story begin at here…
Arine dan kekasihnya yang bernama Sigit sudah lama menjadi teman dari Yani, temanku ini. Sebenarnya karena Sigit dan Yani merupakan patner bisnis kecil-kecilan dibidang onderdil sepeda motor. Singkat cerita ketiganya semakin akrab satu sama lain sehingga sudah hal yang biasa jika Yani suatu saat main ketempat Arine dan juga sebaliknya.
Sore itu sekitar jam 5. Arine kembali dari tempat kerjanya karena kebetulan hari itu dia masuk shift pagi sehingga bisa pulang sorean. Sesampainya di teras rumahnya, dia melihat ada seorang pria sedang duduk-duduk dikursi tamu rumahnya yang saat itu sedang terkunci karena kebetulan orang tuanya sedang pergi keluar kota.
“Hai Arine. Lama amat. Aku udah nungguin kamu dari tadi lho.” Sapa pria tersebut yang umurnya kira-kira 35 tahunan. Arine sendiri masih berumur 23 tahun sehingga agak aneh terlihatnya bersanding dengan pria ini sebagai temannya.
“Hah, kamu kok disini? Nanti kalau orang tuaku tahu gimana?” seru Arine sambil melempar tas jinjingnya keatas kursi kosong. Dengan marah dia menarik lengan pria itu dan menyuruhnya menjauhi rumahnya. “Sana pergi! Aku khan sudah bilang kalau aku nggak mau lagi ketemu kamu.” Seru Arine sambil mendorong sang pria agar menjauh.
Pria ini tertawa mendengar perlakuan Arine kepada dirinya dan dengan tenang dia membetulkan kemejanya yang kucel dan amburadul gara-gara tarikan kasar Arine. “Santai aja sayang. Ortu kamu khan lagi pergi keluar kota. Lagipula aku kemari juga karena kangen sama kamu. Masak kamu tidak kasihan sama aku sih…heheheh…” Gelak pria ini sembari kembali mendekat dan kali ini dia berani mencekal kedua bahu Arine.
“Lepas! Kalau tidak aku bakalan teriak!” Gadis ini mulai ancang-ancang untuk berteriak namun sebelum suara keluar dari mulutnya, tiba-tiba sebilah pisau terhunus tepat di lehernya. Sang pelaku sepertinya berada dibelakang Arine sejak tadi.
Keringat dingin mengucur dari wajah Arine, “Mau apa kamu…?” dengan memaksakan dirinya untuk tenang dia mulai berani berbicara. “Kalau kamu teriak, leher kamu bakalan putus. Kamu ikutin saja kemauan kami.” Bentak suara dari belakang Arine.
Akhirnya Arine digiring kesebuah mobil Kijang LGX yang langsung tancap gas ketika sang gadis malang tersebut sudah berada didalamnya. Dari kejauhan sepasang mata memperhatikan kejadian ini tanpa berkedip. Yang kemudian bergegas menyusul dan membuntuti mobil tersebut.
Sekitar setengah jam kemudian, tiba juga mereka di sebuah rumah besar yang terletak diluar kota. Arine dipaksa masuk rumah tersebut dan karena didekat rumah tersebut adalah perkebunan dan rumah terdekat berada dalam radius 100 meteran maka tak satupun saksi mata yang mengetahui penculikan Arine ini…kecuali sepasang mata yang sedang mengintip dari balik rimbunnya pohon cemara diujung persimpangan jalan.
Arine terhempas oleh dorongan dari pria yang tadi menodongnya. Gadis ini terdorong kearah kursi sofa yang sudah agak usang. “Apa mau kalian sebenarnya? Apa salahku?” seru Arine kepada pria itu.
Pria yang berkemeja rapi tadi, sebut saja namanya Ahmad. Ahmad tersenyum simpul melihat perilaku Arine yang sudak mulai panik dan ketakutan. “Kamu nggak punya salah? Yang benar saja…kamu khan sudah bikin aku malu dimuka umum kemarin.” Bentak Ahmad sambil mencengkeram dagu Arine dengan kasar lalu mendorong lagi gadis ini hingga nyaris jatuh dari sofa.
“Gara-gara kamu aku jadi malu didepan teman-temanku. Selama ini aku terkenal sebagai Don Juan yang selalu dapatkan semua cewek yang aku inginkan. Kamu baru aku ajak kencan sebentar saja sudah main tampar. Masih bilang kalau tidak punya salah?” seru pria ini sembari membuka sebuah botol wiskey merk Jack Daniels.
Arine seperti tak percaya dengan ucapan pria itu barusan, “Apa? Kamu sendiri pegang-pegang pantatku, emangnya aku ini cewek murahan apa?” balas Arine tak kalah berang dan kali ini dia berusaha kabur namun kakinya terjegal oleh pemuda berpisau, sebut saja namanya Cahyo.
“Jangan coba-coba kabur perek!” bentak Cahyo kepada Arine dan langusng mendorongnya dengan keras kearah sofa lagi. sepatu hak tinggi Arine sampai patah dibuatnya. “Sekali lagi kamu berani coba-coba kabur, aku gorok lehermu.” Ancam Cahyo sambil mempermainkan pisau miliknya.
“Arine…Arine. Aku sudah tahu siapa sejatinya kamu kok. Jadi tidak perlu sampai sok suci didepanku. Aku tahu tentang dirimu dan rahasia gelapmu.” Kata Ahmad dengan tenang. Dia menyodorkan segelas kecil wiskey namun di tepis tangan mulus Arine hingga nyaris tumpah semuanya. Pria ini hanya tersenyum saja tak berusaha membalas.
“Aku nggak tahu apa maksudmu. Sekarang lepaskan aku atau aku laporkan kepolisi.” Seru Arine lalu berdiri menantang. Ahmad malah tertawa melihat tingkah gadis ini lalu dia meletakkan gelas wiskeynya dan berkata, “Silakan saja kalau kamu mau lapor. Jangan lupa kalau aku tahu bahwa kamu pemakai narkoba, bukan hanya itu saja. Aku juga tahu kalau kamu itu penari striptease di pub XXX. Jadi kalau kamu mau lapor polisi dengan semua rahasia kelammu itu….yah silakan saja. Jangan lupa kalau aku ini adalah asisten Kepala Kejaksaan, dan sekedar informasi saja kalau pengguna narkoba golongan 2 sepertimu minimal bisa kena ganjaran 4 hingga 6 tahun penjara. Tentu kamu juga tidak bakalan mau khan kalau sampai tertangkap. Apalagi di kota ini penjara khusus narkoba untuk wanita tidak ada sehingga kamu bakal dijebloskan ke penjara umum wanita, bercampur dengan pembunuh dan penjahat brutal lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya…hahahaha…silakan saja jika mau lapor…hahaha.” Dengan penuh percaya diri akhirnya Ahmad berhasil membungkap perlawanan Arine.
Gadis ini langsung lemas ketika mengetahui bahwa hidupnya sudah diujung tanduk. “Apa yang kalian mau sebenarnya? Kalau uang, aku bisa usahakan asalkan tidak banyak.” Sekarang Arine mulai melunakkan intonasi bicaranya.
Ahmad tertawa lagi, “Uang? Aku mana butuh uang darimu sayang. Yang aku butuhkan adalah balasan karena kamu telah berani menamparku didepan kolegaku.” Balas Ahmad kali ini dia meraih kedua tangan Arine dan matanya mulai memandangi seluruh bagian tubuh dara cantik ini. “Pacarmu benar-benar beruntung punya cewek semanis kamu, sudah gitu putih pula…benar-benar gadis yang menggairahkan.” Ucap Ahmad sembari matanya terus memelototi bagian-bagian tubuh Arine.
Serasa mendapatkan bayangan mengenai apa yang bakalan terjadi nanti, Arine langsung terduduk lemas tak berdaya dan tak henti-hetinya keringat dingin keluar dari tubuhnya. “Tolong jangan apa-apakan aku. Aku bakalan mau nurut apa aja yang jadi mau kamu tapi jangan sakiti aku…tolong…” pinta Arine yang sudah mulai melemahkan suaranya dan terdengar gemetaran menahan rasa takut.
Cahyo tertawa congkak dibelakangnya, “Nurut tapi kok gak mau diapa –apain? Ya mana mungkin sayang…hahahaha…” serunya lagi dan Arine seperti tersambar petir disiang bolong mendengar ucapan itu. Belum sempat dia berdiri berontak, tiba-tiba kedua lengannya sudah dicekal dan dia langsung ditangkap oleh kedua pria ini dan ditelentangkan diatas sebuah kasur bekas yang masih tebal yang berada diatas ubin tua tersebut.
Dengan kondisi tangan terikat pada sebuah kaki lemari nan besar dan berat membuat Arine tak lagi bisa berbuat apa-apa. Sementara kedua kakinya ditindih oleh Ahmad. Rontaan dan jeritan Arine tak membuahkan hasil, yang ada malah Cahyo berulang kali menampar pipinya hingga memerah panas.
“Sekarang kita lihat apa sehabis ini kamu bakalan bisa berontak lagi kepadaku…hehehe…” Ahmad lalu mencengkeram celana jeansnya dan memelorotkannya kebawah kaki Arine hingga sekarang paha mulus gadis ini terpampang dengan jelas dimata kedua pria asing ini. Arine semakin memberontak tapi sekali lagi tamparan mendera wajahnya dan membuatnya menangis sesenggukan sembari memohon ampun kepada kedua pria bejat ini. Arine seolah-olah sudah kehilangan jiwanya ketika tangan kasar Ahmad membetot celana dalamnya sementara baju dan bra yang dia pakai dirobek oleh Cahyo dengan brutal. Sekarang tinggallah Arine dengan ketelanjangannya ditonton oleh Ahmad dan Cahyo yang tak henti-hentinya menelan ludah menahan libido mereka yang sudah memuncak.
Kedua pria ini lalu mencopot seluruh pakaiannya hingga sekarang ketiga insan manusia ini benar-benar polos tanpa busana. Diangkatnya kedua tungkai kaki Arine dan disandarkan keatas bahunya lalu dengan semangat 45 Ahmad mengarahkan batang kemaluannya yang sudah tegang sedari tadi itu kearah bibir vagina Arine. Arine menjerit namun tak ada gunanya ketika ujung kemaluan Ahmad sudah berhasil melewati labia mayora miliknya. “Sekarang aku bakalan mengetahui rasanya jadi pacarmu. Dapat service dari gadis secantik kamu khan sudah merupakan hal yang luar biasa…hahaha..beruntung banget pacarmu itu ya…” Ahmad menyindir Arine sembari melakukan penetrasi kedalam liang kemaluan gadis ini. dalam satu sentakan keras tepat setelah pria ini selesai berucap, batang kemaluan Ahmad berhasil menerobos bibir vagina Arine hingga seluruh penisnya terbenam didalamnya. Arine menjerit keras karena terang saja vaginanya masih kurang basah untuk dimasuki penis seorang pria.
“Ugh, seret sekali oi. Walau udah nggak perawan tapi masih asoy nih.” Ucap Ahmad kepada temannya Cahyo yang hanya meringis melihat kelakuan sobatnya itu.
“Ampun…akhh…ahhh…” Erang Arine diantara rasa sakitnya ketika liang kewanitaannya dijarat oleh batang kejantanan yang berukuran besar itu tanpa foreplay terlebih dahulu. Walaupun sudah tidak perawan, tetapi vagina gadis ini masihlah terlalu sempit untuk menerima penis sebesar milik Ahmad ini. Tiap kali batang kemaluan Ahmad menyodok vagina Arine, terlihat bibir vagina sang dara ini juga ikut melesak kedalam karena kurangnya cairan pelumas dibibirnya dan saat batang kemaluan Ahmad ditarik keluar, maka bibir vagina yang tadi melesak kedalam menjadi monyong keluar. Bahkan gelambir di labia minora-pun ikut keluar. Untuk Ahmad hal itu seperti disurga karena seperti bercinta dengan perawan tetapi bagi Arine yang kondisi vaginanya sudah mulai rusak karena pompaan kasar Ahmad, bagaikan dineraka.
Sembari meremas payudara gadis cantik ini, bibir Ahmad kembali menyelami kenikmatan leher dara ini dan sesekali menciumi paksa bibir Arine yang kini sudah tidak melawan karena lemas kehabisan tenaga. Selang sepuluh menit kemudian, diangkatlah kedua kaki Arine lebih tinggi dan ditekuk hingga kini lutut Arine dapat menyentuh payudaranya sendiri sementara dari atas, hunjaman-hunjaman penuh nafsu dilakukan oleh Ahmad dan mengobrak-abrik liang kewanitaan gadis ini tanpa sisa. Arine hanya bisa pasrah ketika vaginanya diperlakukan sebrutal itu oleh Ahmad. Beberapa saat kemudian Ahmad mempercepat pompaannya dan dalam hitungan detik, dia mencabut penisnya lalu menyodorkannya keatas bibir Arine dan berejakulasi disana. Arine mencoba berpaling namun terlambat karena cairan putih kental itu telah terlajur membasahi bibir dan wajahnya. “Luar biasa enaknya. Ngent*tin kamu memang bersensasi tersendiri Rin. Yo, sekarang kamu mau ikutan ngent*tin dia nggak?” seru Ahmad kepada rekannya yang sedari tadi mematung itu.
“Iyalah. Masa udah bugil gini masih ditanya mau cicipin atau nggak.” Balas Cahyo sambil tertawa. Pria ini mengambil posisi diantara kedua paha Arine. “Wah, bibir memiawnya nih cewek udah beda dari yang tadi. Pasti gara-gara tongkolmu tuh bikin rusak nih onderdil.” Canda Cahyo yang lalu melesakkan batang kemaluannya kedalam liang senggama Arine, kali ini tidak diiringi dengan erangan sang dara karena Arine sudah lemas dan nyaris pingsan.
Cahyo juga tak kalah brutal dari Ahmad. Bahkan dengan posisi Arine tengkurap sekalipun masih dilakukan sodokan dengan sangat keras dan cepat. Tak jarang batang kemaluan Cahyo menyeruduk dinding rahim gadis ini sehingga Arine hanya bisa menjerit kecil dalam ketakberdayaannya. Selang beberapa menit kemudian, Cahyo mengejang. Kedua tangannya mencengkeram erat payudara Arine yang menggelantung saat dia dalam posisi merangkak. Gadis ini menjerit menahan sakit pada payudaranya, Arine juga panik saat merasakan bahwa didalam liang vaginanya terdapat penis yang sedang mengejang dan menyemprotkan sperma dalam jumlah yang sangat banyak. Apalagi ini adalah masa suburnya. “Crottt….crottt…crootttt…” Semburan air mani itu akhirnya memenuhi dinding vagina Arine dan saat Cahyo mencabut penisnya, ada beberapa yang mengalir keluar lewat bibir vagina Arine yang kini sudah agak rusak itu. Membasahi sprei kumal beserta bercak darah. Mungkin akibat dari dinding rahim yang terluka karena gesekan keras atau mungkin karena sebab lain.
“Sekarang, kamu sudah aku maafkan telah menamparku tempo hari. Nah kalau gini kan udah impas sayang. Hehehe…” Ahmad tertawa lalu pergi kembali kemobilnya beserta Cahyo yang sudah berpakaian lagi, meninggalkan Arine dalam ketelanjangannya…kali ini sendiri.
Sepasang mata yang dari tadi memperhatikan perilaku ketiga orang ini akhirnya keluar dari persembunyiannya. Pemilik mata misterius itu adalah Yani, temanku yang juga teman dari pacar Arine. Pemuda ini akhirnya membawa Arine pergi dari tempat itu dan berjanji untuk tidak menceritakan peristiwa itu kepada pacarnya ataupun teman-teman Arine. Sayangnya karena Arine tidak mengenalku dan aku bukan pacarnya, maka saat Yani menceritakan semua hal ini kepadaku bukanlah suatu pelanggaran janji. Nah sekarang inilah cerita hasil dari petualanganmun temanku, kataku dalam akhir surat yang aku sertakan cerita ini yang aku kirim kepada Yani yang sekarang berada di Papua.
Fact:
Didalam kisah ini memang tidak diikut sertakan nama kotanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena pelakunya merupakan pejabat negara. Ahmad sekarang sudah dimutasi kedaerah diluar jawa sementara Cahyo sekarang menjadi aktivis disebuah ormas pemuda yang dibekingi oleh sebuah partai besar. Arine sendiri sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan di Batam dan sudah putus dari pacarnya karena sudah menemukan pria lain yang lebih mapan pekerjaannya dan menikahinya sebulan setelah putus dari Sigit (poor one, I feel sorry for you dude).
Seluruh cerita mengenai Arine adalah bersumber dari Yani dan secara tak langsung credit terhadap cerita chapter ini saya tujukan kepada my friend, Yani.
Private Party = Sex Party ?
Tentu para teman-teman pembaca disini sudah banyak yang mengetahui mengenai private party dan seluk beluk didalamnya. Ada berbagai tema yang diusung mulai dari Social Gathering (bersifat lebih terbuka, welcome terhadap anggota baru atau calon anggota), Community Private Party (khusus bagi para member, biasanya untuk organisasi atau klub tertentu), Coz Play Party (pesta dengan menggunakan atribut pakaian bermacam-macam, biasanya meniru tokoh-tokoh terkenal, seperti pesta kostum saat Haloween), dan masih banyak lagi jenisnya.
Tapi tahukah kalian kalau sebenarnya ada jenis private party yang agak melenceng dari arti sesungguhnya, dimana diikut sertakannya kegiatan seks didalamnya, atau lebih tepat disebut Sex Party daripada Private Party. Tapi tentu saja tak akan ada yang setuju kalau istilah tersebut digunakan blak-blakan dimuka umum karena harus diakui kalau hampir seluruh peserta pesta tersebut masih malu-malu kucing mengakui kalau sebenarnya mereka doyan seks bahkan pecandu hal tersebut, tapi setelah berada dalam pesta bukan lagi malu-malu kucing tapi sudah mau-mau ****** (hehehe).
Well, cerita ini berlangsung saat aku sedang menjalani pengerjaan skripsiku. Sebuah tugas akhir mengenai masalah promosi dibidang retail yang akhirnya nanti menjadi salah satu pedoman bagi sebuah perusahaan retail ternama di Indonesia. Hal itu pula yang membuatku langsung diangkat menjadi bagian promosi dan R&D mereka begitu aku lulus kuliah.
“Di! Bangun oiii !!!” Seru Anthony sambil menepuk pundakku keras. Lamunanku langsung buyar akibat ulang setan cabul satu ini. “Siang-siang gini ngelamun ditaman kampus? Loe kesambet setan mana coi? Tumben-tumbenan nongkrong disini.” Serunya lagi.
“Eh loe sibuk kagak besok malam? Gua ada pesta nih…sebenarnya bukan gua she yang punya tapi sepupu gua dari Belanda mau datang and dia ngundang temen-temen deket gua buat ikutan gabung. Lah karena gua deketnya sama loe, ya udah loe aja yang gua ajak. Ok boss?” Anthony benar-benar tidak bisa menunggu aku ngomong balik. Aku hanya mengangguk lemah, jujur saja aku sedang tidak bersemangat ngobrol dengan siapapun hari itu karena skripsiku mengalami kebuntuan dalam presentasi data karena sangat susah menyamakan analogiku dengan para dosen pengujiku. Anthony menyambar kentang goreng dari tas nya (anak ini memang suka memasukkan segala sesuatu kedalam tas ranselnya tanpa peduli tasnya kotor atau makanannya yang kotor, well…that’s my buddy is.)
“Loe harus datang boss, soalnya nanti bakalan ada cewek-cewek yang disewa sama saudara gua. Striptease gitu, plus yang lainnya…hehehe.” Kata-kata Anthony barusan membuatku nyaris tersedak walapun bukan aku yang sedang makan fried fries. Belum sempat aku ngomong balik, Anthony kembali buka mulut, “Dhea datang juga lho. Gua dah tau persoalan loe ma Dhea. Dia cerita katanya loe yang bikin dia jadi wanita sejati sekarang..hahahahahah. Gua lupa bilang kalau Dhea itu masih saudara jauh dari gua boss, neneknya dengan kakek gua kakak beradik jadi terang gua tahu tentang dia luar dalam…hehehe. Udahan dulu yah, gua mau nyari Joane dikafe.” Anthony lalu pergi sembari meninggalkan sejuta rasa kaget dikepalaku.
“Dhea masih saudaraan dengan Anthony? Runyam deh semuanya.” Umpatku dalam hati sambil mengambil french fries yang ditinggalkan oleh Anthony di bangku taman. Sedetik kemudian aku muntahkan french fries itu setelah mengetahui rasanya sangat asin. “Bocah gila, bisa-bisanya makan kentang goreng beginian.” Umpatku lagi sembari melempar bungkus kentang goreng itu. Sialnya bungkus kentang goreng yang sudah berupa bola kertas itu mengenai kaki dosen pembimbing skripsiku yang sedang lewat dan lengkap sudah kesialanku. Bukan hanya diceramahi mengenai pentingnya menjaga kebersihan, aku juga di ceramahi mengenai skripsiku yang sampai sekarang datanya tidak memiliki presentasi yang jelas sehingga mustahil untuk dibawa kedosen penguji. Arghhh, memang bukan hariku.
Hari berikutnya dimalam hari sekitar jam 7 malam aku datang ke lokasi yang diberitahukan kepadaku kemarin siang oleh Anthony dan benar saja disana sudah berjajar 3 buah mobil diarea parkirnya. Anthony mengatakan kalau guest house yang satu ini sudah biasa digunakan sebagai private party dan dijamin aman walaupun mau teriak-teriak sekeras apapun karena dindingnya yang tebal dan tingginya sekitar 3-4 meter membuat orang luar tidak mengetahui suasana didalam rumah. Dilengkapi dengan sebuah kolam renang dan bangunan dua lantai yang cukup besar mempunyai 7 kamar yang berukuran sekitar 4x5 meter ditambah dengan ruang tamu dan ruang santai yang dilengkapi televisi kabel. Benar-benar guest house yang mewah untuk ukuranku tapi bagi Anthony yang orang tuanya mempunyai kekayaan yang tidak normal maka mudah saja bagi dia untuk menyewa guest house ini walaupun harganya very expensive.
Baru saja aku membuka pintu, langsung saja dikagetkan dengan teriakan dari seseorang yang kukenal, Dhea. Yups, Dhea sudah berada ditempat ini lebih dulu dan memang Anthony bukan tukang kibul karena menilik dari kedekatannya dengan Dhea kala itu bias kusimpulkan mereka memang sudah lama kenal, sebagai saudara.
“Well, my man. Akhirnya sampai juga loe disini. Awalnya tadi kupikir loe nyasar lagi, maklum loe khan paling parah soal ngapalin jalan hehehe…” Anthony berkelakar sambil mengajakku masuk lalu Dhea mendekat dan menyalami aku dan tentu saja peluk cium. “Sudah-sudah. Ntar lagi aja kalo mau mesra-mesraan. Sini gua kenalin dengan sepupu gua yang baru saja dari luar negeri. Eh salah, dia emang bule jadi luar negerinya ya Indonesia ini hehehe…Mickey, come here dude!” seru Anthony sambil meambaikan tangannya kepada seorang bule yang berada dibelakang ruangan.
Bule itu mendekat dan langsung menyalamiku. “Hai, apa kabar. Saya Michael van Bouver saudara dari Anthony. Nice to meet ye.” Sapa bule satu ini dengan bahasa campur aduk yang masih susah memilahkan antara bahasa Inggris dengan Belanda. “Came met Ike.” Katanya lagi sambil memegang pundakku seolah ingin menunjukkan sesuatu. Ternyata dia hanya memperkenalkanku kepada ketiga temannya. Robin, Viola dan Andrew. Robin adalah teman Mickey (sapaan untuk Michael) yang sudah berteman dengannya selama 3 tahun. Viola adalah kekasih Mickey dan mereka sudah pacaran kurang lebih selama 1,5 tahun. Sementara Andrew adalah orang Indonesia yang menjadi partner bisnis Mickey yang selama ini berbisnis dibidang mebel dan barang antik sementara Andrew adalah pemasoknya yang kebetulan tinggal di Jepara.
Sekitar sepuluh menit kemudian tamu yang ditunggu-tunggu datang juga. Ada 4 gadis cantik yang turun dari mobil Kijang dan masuk keruangan. Semula mereka menggunakan pakaian ala stewardess tapi tanpa emblem. Anthony mengatakan kalau mereka adalah high-class call girl yang sudah dipesan sejak empat hari yang lalu oleh Anthony dan saudaranya untuk berstriptease ria.
Di ruangan tengah yang agak luas, telah disusun sedemikian rupa jajaran sofa besar dan kecil ukuran triple maupun single yang dibuat menghadap kearah bagian ruangan yang kosong. Musik dinyalakan dengan irama dari CD yang dibawa oleh para call girl tadi. Musik mulai mengalun pelan dan lebih mirip musik romantis daripada untuk striptease namun seiring dengan perjalanan waktu, maka musik itu semakin berubah tempo dan ritmenya. Semakin cepat, kencang dan menderu. Gerakan-gerakan para stripper inipun bukan lagi gelakan gemulai namun sudah menjadi gerakan liar dan meliuk-liuk seolah-olah memancing gairah para penonton yang ada ditempat itu. Aku duduk disebuah sofa yang cukup besar sementara disebelah kananku terdapat Dhea yang sedang terlena oleh tarian gadis-gadis seksi ini dan disebelah kanannya lagi terdapat Andrew. Sepertinya gerakan para striper yang kini tinggal menggunakan bra dan celana dalam hitam yang bermodel seperti cat woman itu sudah membuat Andrew tak tahan. Beberapa kali dia berusaha menyentuh tubuh molek gadis-gadis itu saat mereka melintas dekat dari batang hidungnya namun ditolak secara halus oleh mereka karena memang belum sesinya.
Merasa dirinya sudah diambang penantian, seiring dengan para stripper itu membuka bra mereka sehingga menunjukkan payudara yang indah kepada kami semua, Andrew menyusupkan jarinya kedalam kaus tank top Dhea dan memberanikan diri menjamah buah dada gadis cantik ini. Dhea seolah tidak sadar atau pura-pura tidak sadar dan cuek saja karena aku yang berada disampingnya saja dapat melihat dengan jelas tangan Andrew yang menyelip diantara lipatan bajunya. Lima menit kemudian jemari nakal Andrew bukan hanya menerobos tank top Dhea tapi juga sudah menyusup kedalam bra miliknya sehingga sekarang tangan tak tau diri itu sudah merasakan kelembutan buah dada Dhea yang mulus itu. Dipilin-pilinnya putting dari Dhea sehingga mengeras dan tak puas hanya dengan satu tangan, sekarang dia sudah mulai berani menggerayangi menggunakan dua tangannya sehingga dalam sekali tarik saja tank top dan bra Dhea terkuak keatas dan terlihatlah diantara cahaya lampu yang suram, kedua tangan Andrew sudah mencaplok payudara Dhea dan meremas-remasnya sehingga sekarang Dhea sudah tidak dapat cuek lagi seperti tadi. Desahan demi desahan keluar dari mulutnya dan kali ini bersaing dengan suara house music yang keluar dari player milik Anthony. Sekilas kemudian aku membelokkan pandanganku ketempat lain dan ternyata keempat gadis itu sudah tidak menari striptease lagi. Entah sejak kapan, mereka sudah mengerubuti Anthony, Mickey dan Robin. Mickey langsung membawa satu gadis tercantik (menurutnya) untuk dibawa kekamar dimana dia ingin agar gadis stripper itu melayaninya bersama dengan Viola kekasihnya. Sementara Robin juga menjauh menuju keruangan lantai dua bersama seorang stripper dan Anthony menggondol stripper yang sudah dia incar sejak datang tadi menuju ke pinggir kolam renang dan bercinta disana.
Dhea sendiri sudah merasa tidak kuat lalu berpaling kearahku dan menciumiku. Sementara bibir kami berpagutan dengan mesra, kedua buah dadanya sedang dikerjai oleh Andrew yang nampaknya sudah kesetanan setelah melihat pertunjukan barusan dan sekarang dia sudah berani untuk menciumi dan mengulum buah dada gadis mungil ini bersama dengan putingnya.
Selang lima menitan setelah ketiga pasangan yang lain pergi, Dhea dilucuti dan sekarang gadis mungil ini sudah benar-benar bugil total. Sementara aku dan Andrew tinggal menggunakan celana dalam saja. “Akhhh…mas Adi.” Desah Dhea ketika vaginanya terasa dimasuki barang asing yang ternyata adalah dua jemari seorang pria dan pria tersebut bukan diriku melainkan Andrew.
Berulang kali Dhea mendesah dan menyebut namaku diantara ciuman panas kami dan sepertinya itu membuat Andrew sedikit cemburu mengingat pria yang sedang menggarap payudara dan vagina Dhea adalah dirinya dan bukan aku. Lalu dicopotnya celana dalam miliknya dan terlihat sekarang batang kemaluan pria ini yang sudah menegang dengan ujung yang basah karena rangsangan sedari tadi.
“Nah sekarang aku mau kamu rasain tongkolku nih.” Seru Andrew sembari menyodorkan penisnya kearah Dhea dan disambut dengan tangan Dhea yang lalu mengocoknya pelan-pelan. “Akhh…Dhea kamu memang luar biasa. Sudah cantik eh masih jago ngocoknya.” Kata Andrew lagi namun tidak dijawab oleh Dhea karena dia sibuk berciuman denganku dan sekarang tangannya sudah membetot celana dalamku sehingga sekarang penisku ikut keluar terpampang dihadapan gadis mungil ini.
“Mas Adi tongkolnya tambah gede aja. Digedein di mak erot yah pasti…hehe.” Canda Dhea diantara desahannya. Memang baru-baru ini aku sendiri heran kenapa batang kejantananku terasa lebih besar, semula kukira bengkak karena benturan atau sengatan lebah namun ternyata permanen. Aku sih senang-senang saja tapi gara-gara ini sekarang Lina (adik kekasihku) menjadi sering kesakitan tiap kali aku ajak bercinta dan sudah dua kali menolak karena takut sakit. Andrew-pun dibuat terpana melihatnya. Dia sepertinya membandingkan milikku dengan milikknya yang jauh lebih kecil dariku. Mungkin sekitar 12 cm.
Dhea yang semula masih imut ternyata sekarang sudah berani mer threesome ria dengan dua pria yang bukan kekasihnya sama sekali. Terlebih lagi sepertinya gadis ini menyukainya. “Akh…akhh…lagi Dre! Jari kamu gesekin di klitorisku please…!” desah Dhea ketika Andrew dengan dua jarinya sudah mengobok-obok vagina miliknya.
“Aku sodok sekarang pake tongkolku yah sayang.” Pinta Andrew namun sesaat sebelum Andrew menyodokkan penisnya kearah bibir kemaluan gadis cantik ini, Dhea melemparkan sebuah plastik kecil yang ternyata sebuah kondom kearah Andrew. “Nih pakai ini. Aku pengin yang ada geriginya..hihihi…” canda dara cantik ini lalu mengecup batang kejantananku yang sekarang berada didalam genggaman tangannya.
Semula Andrew protes tapi daripada nanti Dhea tidak mau melayaninya, terpaksa dia menurut menggunakan kondom bergerigi tersebut. Dengan posisi telentang disofa besar, kedua paha Dhea dibuka oleh Andrew dan terlihat jelas bibir kemaluan gadis ini yang sudah basah kuyup sehingga ada beberapa cairan yang menetes keluar dan membasahi sofa warna coklat tersebut. Batang kejantanan Andrw yang bewarna putih kecoklatan itu segera menerobos kearah bibir kemaluan Dhea yang bewarna merah muda dan dihiasi dengan bulu kemaluan yang lembut dan jarang. Terlihat jelas olehku ketika batang penis pria tersebut membelah bibir vagina Dhea sehingga bibir luarnya ikut menyeruak kedalam. Vaginanya memang masih sempit benar, bahkan untuk ukuran penis Andrew masih memerlukan waktu untuk penetrasi padahal jelan dia sudah tidak perawan lagi sekarang.
“Akhh…Dre goyang yah…agak cepat donk say.” Pinta Dhea dengan manjanya sementara Andrew langsung mempercepat irama sodokan penisnya kedalam vagina gadis cantik ini. “memiawmu benar-benar peret sekali saying. Nikmat, tongkolku serasa dipijit didalamnya. Ohhh…Dhea..aakhh..” Andrew dibuat merem melek dengan servise vagina dari Dhea sementara gadis ini dengan perlahan mengikuti gerakan pompaan batang kemaluan tersebut dengan diselingi goyangan putar sehingga membuat Andrew kebit-kebit merasakan kenikmatan tiada tara pada batang kemaluannya. Tangannya yang mencengkeram lutut Dhea menjadi semakin tegang saja sementara tangan satunya dengan liarnya bergerilya di kedua buah dada Dhea yang putih bersih itu. Payudara gadis ini memerah karena sedari tadi sudah diremas, dikulum bahkan diobok-obok dengan putaran dan cengkeraman kuat dari tangan Andrew maupun tanganku. “Akhhh…Dre jangan keras-keras ngeremesnya! Sakit toketku.” Seru Dhea protes ketika Andrew memeprcepat sodokan penisnya sembari mengecengkeram dan meremas buah dada Dhea dengan kasar.
“Sori Dhea. Soalnya toket kamu benar-benar menggemaskan sih. Kaya orangnya aja nih hehe…” seloroh pemuda ini sembari kembali memasukkan penisnya yang sempat keluar karena desakan paha Dhea.
Sementara kedua tangan Dhea nampak sibuk mempermainkan batang kejantananku yang sudah mulai berair karena rangsangannya bercampur dengan air ludah dari gadis cantik ini saat dia melakukan oral seks. “Wah sekarang sudah pinter nyepongnya. Gimana tongkolku sekarang? Masih kurang gede?” kataku sembari mencubit payudaranya. Dhea mengerang protes lalu menyahut, “Segini aja udah nggak normal gimana kalau digedein lagi, bisa-bisa ntar aku kesakitan tiap kali masukin tongkolnya mas Adi ke memiawku.” Lalu kembali dia membuka mulutnya dan memasukkan batang penisku kedalamnya sembari melakukan gerakan menyedot dan mengocok dengan kedua tangannya. Walaupun hanya separuh batang kejantananku yang bisa masuk kedalam mulutnya namun itupun sudah luar biasa menyenangkan dan kenikmatannya melebihi saat aku di oral oleh kekasihku sendiri, Anyssa.
“Dhea…akhhh…aku keluar saying…akhhh…” seru Andrew dan meracau heboh seolah sebuah gunung berapi sedang meletus. Padahal hanyalah gunung kecil yang memuntahkan lahar kenikmatan bewarna putih yang baru saja keluar membasahi kondom transparan bening itu. “Sayangku Dhea…memiawmu benar-benar nikmat sayang….akhhh..” ucap Andrew sambil mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Dhea yang sudah memerah itu dan mencopot kondom bergerigi itu dari penisnya lalu mengoleskan ujung penis yang masih berlumuran cairan sperma tersebut keperut Dhea.
“Cepat amat keluarnya Dre?” kata Dhea dengan enteng, manun dia tidak tahu bahwa bagi pria hal tersebut seperti disambar geledek saja karena menunjukkan ketidak mampuan dalam berhubungan intim dan memuaskan pasangan. Memang baru sekitar 7 menit mereka bercinta dan itupun sudah termasuk dengan foreplaynya, sementara dari proses coitus-nya hanya sekitar 3 menitan (menurut penelitian Man’s Health Magazine, cowok terlemah dalam bercinta di Asia Timur adalah dari Jepang dan nomor dua adalah dari RRC/Hongkong termasuk didalamnya Taiwan. Mereka rata-rata berejakulasi setelah bercinta selama 4 menit 23 detik). Jadi aku berpikir kalau saja editor majalah tersebut hadir disini mungkin Andrew termasuk dalam kategori yang baru.
Pemuda itu terlihat lelah setelah menumpahkan seluruh cairan kepuasannya tersebut kepada Dhea walaupun raut muka jengkel terlihat diwajahnya ketika mendengar penuturan Dhea yang tanpa ditutup-tutupi langsung menyerang kelemahannya tersebut.
“Sekarang giliranku yah Dhea. Kamu mau pake kondom atau nggak?’ tanyaku meminta pendapatnya karena siapa tahu dia sedang subur walaupun sebenarnya aku tidak suka bercinta dengan kondom. Gadis cantik ini hanya menggeleng menandakan aku boleh mengerjainya tanpa pengaman. Tentu saja Andrew protes mengenai hal ini namun tidak digubris oleh gadis mungil nan cantik yang sekarang sudah tergolek didepanku.
Ku buka lagi pahanya dan perlahan aku mulai memasukkan batang penisku yang sudah berair itu menerobos menyeruak bibir kewanitaannya dan langsung menuju liang senggama gais ini. “Akhh…pelan-pelan yah mas. Sakit nih…akh…mas Adi..” desah Dhea yang seperti kesakitan, membuatku teringat tiga hari lalu Lina pernah mengeluh juga ketika batang kejantananku mencoba melakukan penetrasi kedalam vaginanya dan akhirnya gagal karena dia tidak tahan rasa sakitnya. Itu adalh kali kedua aku dan Lina gagal bercinta gara-gara penisku yang secara tiba-tiba membesar tanpa kuketahui sebabnya dan kalau aku ukur panjangnya naik sekitar 3 cm dari ukuran semula.
“Sekarang gimana rasanya sayang? Masih sakit?” tanyaku kepada gadis cantik ini dan dia hanya menggeleng pelan. Walaupun aku yakin kalau sebenarnya dia kesakitan namun beusaha untuk tidak mengecewakanku yang sudah berhasil menancapkan seluruh penisku kedalam vagina miliknya itu. “Aku mulai goyangannya yah.” Kataku dan mulailah aku melakukan sodokan-sosokan ringan agar liang kewanitaan gadis ini mulai terbiasa dengan ukuran penisku yang baru. Sesekali dia meringis menahan sakit namun setelah beberapa saat kemudian hanya desahan kenikmatanlah yang keluar dari mulut mungilnya itu. “Aku cepatin yah sayang?” kataku pada gadis cantik ini dan dia hanya menjawab dengan anggukan pelan.
Seiring dengan semakin cepatnya sodokanku, Dhea menjadi semakin lepas kntrol. Belum pernah aku melihat Dhea seperti ini, kelihatan menikmati permainan seks kami berdua. Wajah cantiknya bercampur dengan raut muka mesum yang membuatnya terlihat sangat seksi. Dhea menggeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan seperti orang yang sedang triping karena narkoba, tetapi gadis ini menjadi fly karena kemaluannya sedang dihajar habis-habisan olehku. “Akhhh…mas Adi…lagi mas…ent*tin Dhea lagi…akhhh…” dara cantik ini mulai meracau tak karuan dan belum selesai dia mendesah aku sudah membalikkan tubuhnya.
Sekarang gadis ini sudah dalam posisi merangkak dan rencananya aku akan melakukan doggy style position kepadanya. Sembari merendahkan bagian punggungnya, aku perlahan mengarahkan batang kemaluanku kearah bibir vagina Dhea yang pantatnya sudah menungging kearah atas karena punggungnya aku buat lebih rendah dari pinggulnya. Hasilnya bibir vagina tersebut seolah terbuka sebelum penisku menyentuhnya, itu karena deskan dari berat tubuh yang tidak seimbang tumpuannya,
Dhea menjerit pelan ketika bibir vaginanya yang sudah bewarna merah itu tersibak oleh batang kejantananku yang berukuran diatas normal ini. Seiring dengan penetrasiku, bibir luar vaginanya ikut melesak masuk lalu dalam beberapa sodokan, erangan gadis ini berubah menjadi desahan lagi. “Mas Adi pinter yah…akhhh…tau cara…akhh…supa..ya..nggak…sakit…akhh…” ucap Dhea disela-sela desahannya. Belum lagi dia bisa bersantai, langsung dikejutkan dengan sebuah sodokan keras yang mampu menyentuh dinding dalam rahimnya sehingga sekali ini membuat tubuh mungil gadis ini tersentak keras. Kepalanya menengadah menahan sakit dan sensasi rasa nikmat karena selama ini belum pernah dia merasakan penis pria yang sampai menerobos liang kemaluannya hingga kedalaman tersebut. Waktu aku memerawaninya juga tidak sampai sedalam ini karena takut kalau dia pendarahan lagi pula penisku waktu itu belumlah sebesar ini.
Sekitar sepuluh menit aku mengerjai gadis cantik ini lalu Dhea meminta untuk bertukar posisi menjadi women in top yang ternyata salah satu posisi favoritnya setelah doggy style. Dengan penis sebesar milikku maka otomatis Dhea ekstra hati-hati ketika mengangkangi pahaku dan memasukkan penisku secara vertical kedalam liang kewanitaannya secara perlahan. “Blesshhh…” setelah batang kejantananku itu berhasil berada didalamnya sepenuhnya maka gadis ini mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur dan kadang berputar secara bergantian dan selang-seling hal ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh cewek yang sudah berpengalaman dalam hubungan seks namun Dhea sepertinya cepat belajar, mungkin dia diajari oleh Ratna dan teman-temannya yang super mesum itu.
Dengan posisi dibawah tentu saja aku tidak bisa hanya diam melihat penisku digilas habis oleh vagina gadis cantik ini. Inisiatif aku mengangkat tubuhnya dengan pahaku lalu memompa liang kewanitaannya dari bawah. Susah namun sensasi yang dirasakan Dhea benar-benar luar biasa, itu bisa kulihat dari raut wajahnya yang bersemangat lebih ketika aku melakukan sodokan-sodokan itu walaupun tidak cepat.
“Wah…wah…asyik nih ya semua…” suara seorang pria dari belakang kami berdua. Ternyata adalah Michael yang sedang mengambil air minum setelah selesai bercinta dengan kedua gadis cantik barusan. Walaupun bahasa Inggrisnya kacau namun orang ini sanggup berbahasa Indonesia dengan lumayan baik karena dia adalah keturunan silang dari Indonesia-Belanda. “Wah aku ikutan yah…soalnya melihat kalian bercinta membuat aku menjadi horny again.” Katanya lalu memelorotkan celana boxernya dan memasang sebuah kondom berpelumas ke batang kejantanannya yang ternyata berukuran besar, sesuai denan dugaanku. Ukurannya sama dengan batang penisku yang sedang membesar ini. Semula aku akan protes karena aku belum selesai tapi begitu tahu apa yang dia maksud aku langsung membatalkan niatanku barusan.
Digesek-gesekkannya penis berkondom itu kebagian luar lubang anus Dhea dan tanpa menunggu ijin dari empunya, bule ini langsung saja meneroboskan penisnya yang besar itu kedalam lubang anus gadis ini dan bisa ditebak kalau Dhea kesakitan. “Akhhh…sakitttt….aduh…jangan disitu…! Sakit hentikan please…Mickey stop thattt…!!!” jerit Dhea namun tidak digubris oleh bule yang sudah dikuasai hawa nafsu tersebut dan bersamaan dengan pompaan penisku di liang vagina Dhea, bule tersebut memompa anus Dhea dengan tak kalah bersemangatnya dengan diriku. Sekarang baik vagina maupun anus Dhea sudah dijarah bersamaan oleh penis pria dan sesekali kami melakukan sodokan bersamaan dan mempercepat laju pompaan kami sehingga Dhea menjadi kalang kabut dibuatnya.
Sekalipun ini bukan pertama kalinya dia disodomi namun tetap saja kedua lubang miliknya tersebut masih belum siap untuk dimasuki bersamaan, apalagi dengan penis yang jauh lebih besar dari yang biasa dia lihat.
“Akhh…nikmat sekali ass hole gadis ini, benar-benar kualitas unggulan…hahaha…” gelak si bule sembari meremas-remas payuara Dhea yang cukup besar itu. Buah dadanya yang menggantung bebas nampak bergelayutan tiap kali kami melakukan sodokan keras kekedua lubang miliknya itu. Sesekali desahan keluar dari mulutnya, sepertinya Dhea sudah dapat menikmati threesome ini walaupun masih terasa sakit dan perih di liang anusnya mengingat penis milik Mickey memang sangat besar jika dibandingkan dengan milik Andrew, setidaknya ukurannya dua kali lipat.
Sekitar 10-15 menit kemudian Mickey merasakan kalau dia akan mengalami orgasmenya lagi, lalu dia mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam lubang anus Dhea dan mencopot kondom dari penisnya tersebut lalu kembali dia memasukkan batang kemaluannya itu kedalam lubang anus Dhea dan memompa dengan lebih cepat lagi dari sebelumnya. Melihat gelagat itu aku langsung ikut mempercepat pompaanku kedalam liang vagina gadis ini. Dhea terlihat sudah lemas karena kecapaian setelah dikerjai tiga penis secara silih berganti.
“Dhea aku keluar akhhh…akkhhh..” seruku sambil menyemprotkan seluruh cairan sperma yang sudah kutahan sejak beberapa menit tadi sehingga membasahi seluruh rongga liang senggamanya. Dhea hanya bisa menerima semprotan sperma itu dengan memejamkan mata karena dia sudah mencapai orgasmenya juga, kali ini yang kedua karena sebelum Mickey datang dia sudah orgasme ketika kami bercinta dengan posisi doggy style.
“Oh..girl..you sooooo cuteee…akhhh…yess…!!” suara parau Mickey keluar beriringan dengan cairan spermanya yang ditumpahkan diliang anus gadis mungil ini. Bersamaan kami berdua mencabut penis kami dari kedua lubang pribadi Dhea sehingga dara cantik ini merasakan sensasi aneh, tiba-tiba saja tubuh bawahnya yang sebelumnya penuh, tiba-tiba terasa kosong karena isinya menghilang.
Beberapa detik kemudian terlihat dari bibir vagina Dhea mengalir cairan putih kental membasahi rambut kemaluannya dan menetes keatas sofa. Begitu juga dengan lubang anusnya yang mengeluarkan sedikit cairan sperma kental dari dalamnya keluar dan membasahi selangkangan gadis ini mengalir menuruni pahanya yang putih mulus. Tubuh molek Dhea sekarang terlentang lemah, seluruh tenaganya habis digunakan untuk melayani tiga pria bergantian bahkan dua diantaranya berpenis besar dan mengerjainya secara bersamaan.
Anthony yang kembali dari kolam renang melihat kondisi sepupunya hanya tertawa kecil. Mungkin dihatinya dia melihat Dhea seperti tuan putri yang dikelilingi tiga pria telanjang yang siap memuaskan dirinya.
“Mas Adi nakal. Masa Dhea dikerjai dua langsung depan belakang.” Rajuk Dhea dengan manja sembari bersandar dipangkuanku. Aku tersenyum lalu membelai rambutnya dengan mesra. Sementara itu Mickey kembali keruangan untuk melanjutkan ronde berikutnya dengan kedua cewek cantik dikamarnya. Baru aku beristirahat sebentar tiba-tiba penisku serasa ada yang menyentuh dan mengocoknya. Aku terkejut begitu melihat yang melakukan itu bukan hanya Dhea melainkan juga salah satu stripper yang sedari tadi diam saja melihat permainan kami bersama Dhea. Stripper ini bernama Micha (menurut pengakuannya) berbody seksi dan tinggi sementara kulitnya putih dan wajahnya lumayan cantik. Menurut pengakuannya dia berasal dari Manado dan campuran darah Manado dengan Sunda.
Singkat cerita kedua gadis ini mengocok dan mengoral penisku bergantian, terutama Micha yang seolah ingin merasakan kenikmatan saat vaginanya dihajar batang kejantanan sebesar milikku ini. Mau tidak mau babak kedua bagiku mulai beberapa menit setelah itu. Sekarang giliranku yang dikeroyok oleh dua gadis cantik ini. Sembari penisku memompa vagina Micha, Dhea berada dibelakangku dan menciumi diriku sesekali Micha melakukan oral seks kepada Dhea ketika aku sedang menyodoki liang kemaluannya, walaupun Dhea tidak mau membalas mengoral Micha (mungkin karena belum ernah dan merasa jijik karena sesama wanita).
Malam itu kami bercinta selama kurang lebih 1,5 jam dan baik Dhea maupun Micha telah setidaknya mencapai orgasme dua kali karena variasi permainan kami. Spermaku berceceran membasahi vagina kedua gadis ini juga di payudara mereka dan juga wajah mereka ketika pada saat terakhir aku meminta mereka untuk melakukan oral bersamaan ke penisku dan hasilnya spermaku menyembur kewajah Dhea dan Micha ketika aku berejakulasi. 3 kali orgasme sudah cukup bagiku untuk menyudahi permainan ini. Paginya aku menemukan Anthony dan Andrew sedang bugil sebuah kamar tidur dilantai dua sementara diantara mereka terdapat seorang stripper, dugaanku pasti stripper itu digarap habis-habisan oleh kedua pemuda ini. Sementara Mickey nampak masih tidur bersama Viola dan salah satu stripper dengan berbugil ria, setidaknya saat aku pergi bersama Dhea, mereka masih tidur. Iseng-iseng aku mengambil gambar mereka semua dengan kamera handphone ketika mereka masih tidur.
Hasil dari pesta malam itu, aku bukan hanya bisa bercinta dengan dua gadis saja tetapi juga mendapatkan nomor HP dari Micha si stripper yang ternyata jatuh cinta dengan permainan panasku. Bahkan dia mengatakan akan memberikan servis gratis asalkan aku mau bercinta semalam suntuk dengannya seperti tadi malam. “Gampang, nanti hubungi aku kalau kamu sedang butuh….see you…” jawabku sambil lalu masuk kedalam taksi bersama Dhea.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1348