14. Isi Sebuah Diary


Lunatic Bule

Dua minggu sudah Mickey, saudara dari Anthony dan Dhea berada di Indonesia. Setelah private party yang aku juga ikuti itu berlangsung, si bule gila itu sudah bolak balik Jakarta-Jogja untuk mengurus bisnisnya. Suatu malam ketika aku bersama dengan Anyssa kekasihku sedang berada disebuah kafe untuk merayakan selesainya Praktek Kerja Lapangan-ku, kami yang duduk di pojok ruangan tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah sapaan tepat dari belakang tempat dudukku. “Hai Adi! Apa kabar Adi.” Dan ternyata setelah aku menoleh kebelakang yang menyapaku adalah seorang bule yang sudah aku hapal mukanya, yaitu Mickey saudara dari Anthony.
“Hai Mick. How are you?” balasku dan setelah melihat dia mengerutkan dahi aku jadi sadar kalau bahasa Inggris Mickey sangat terbatas, maklum orang Belanda. Dia tersenyum setelah sejenak berpikir mencerna kata-kataku barusan dan membalasnya, “Baik, terima kasih.”
Kami kemudian bercakap-cakap sejenak dan terputus ketika kekasih Mick, Viola datang dan duduk didepannya. Sepertinya tempat ini menjadi pilihan mereka berdua untuk hang out.

Maklum saja karena kafe ini memang sering dikunjungi oleh bule karena lokasinya berdekatan dengan hotel-hotel internasional tempat dimana para wisatawan asing sering menginap. Dalam percakapan kami seringkali aku tidak sadar dan menatap kearah kaus yang dipakai oleh Viola yang berbelahan dada rendah itu. Terlihat buah dadanya sangat besar seukuran 38A mungkin. Bule perempuan ini memang bertubuh proporsional karena dengan badan sesintal itu dan payudara sebesar itu diimbangi dengan tinggi badan sekitar 175 cm jadi wajarlah kalau Mickey tertarik kepadanya. Sepertinya Mickey menyadari bahwa Viola sering aku perhatikan buah dadanya sehingga pada suatu waktu dia bercanda dengan menghalangi pandanganku dengan gelas wine sembari tertawa. Kedua gadis itu tak ada yang sadar apa yang membuat Mick tertawa tetapi aku sadar betul dan sempat malu dibuatnya.
“Well…have a nice night dude. Aku pergi dulu. Omong-omong besok datanglah ke spa di hotelku sekitar jam 4 sore. Aku ada sesuatu yang mau kuberikan kepadamu. Sebuah gift dari Holland…after all kamu adalah teman dari kedua sepupuku. Came OK…” katanya saat akan meninggalkan kafe bersama Viola. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman ringan.
Besoknya di jam yang telah ditentukan, aku pergi kesebuah hotel tempat Mickey menginap dan memasuki ruangan spa di hotel tersebut. Sepertinya Mickey sudah berada didalam dan sudah hampir selesai. “Well dude. Kamu mau spa? Came on. Aku masih memiliki dua kupon spa gratis dari hotel.” Tawarnya tapi aku menggeleng karena jujur saja aku tidak begitu familiar dengan spa apalagi jam 6 sore nanti aku mempunyai janji dengan Virna, dosen pengawasku untuk Praktek Kerja Lapangan. Memang Michael ini suka sekali dengan spa selama di Indonesia. Menurutnya disini pemijatnya lebih pandai daripada dengan di negeri asalnya ditambah lagi aroma therapy nya juga jarang dijumpai di Belanda. Yang jelas disini spa harganya hanya sepersepuluh jika dibandingkan dengan harga spa di Belanda.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, Mickey akhirnya selesai dan mengajakku ke kamarnya. Kamar nomer 215, setelah kubuka ternyata sebuah suite yang cukup mewah dengan satu tempat tidur besar dengan bathtub dan Jacuzzi didalamnya. Luar biasa dan aku yakin ini salah satu kamar termahal yang dimiliki hotel ini. “Here you go. Ini buat kamu. Jacket buatan Giordanno Buffe, asli dari Paris. Hope you like it buddy.” Katanya sambil menyerahkan jaket kulit tersebut kepadaku. Ini benar-benar hari mujurku, aku pernah melihat jaket ini ditawarkan di E-bay dengan harga lebih dari 1200 Euro (silahkan kalikan sendiri dengan kurs Euro saat ini).
Setela berterima kasih dan chatting basa-basi akhirnya Mickey memulai pembicaraan yang serius. Raut mukanya berubah dari yang sebelumnya penuh canda tawa menjadi terdiam, hening walaupun tetap rileks. “Well, ada yang ingin aku katakan kepadamu tapi aku tidak tahu apakah kamu bersedia atau tidak.” Katanya penuh misteri.
“Katakan saja. Kalau aku bisa akan aku usahakan.” Dalam hati aku juga penasaran dengan apa yang ingin dia katakan kepadaku.
“Well, kamu sudah lihat khan kekasihku, Viola? Menurutmu dia cantik tidak? Umurnya baru 26 tahun lho.” Kata Mickey kepadaku dan terang saja itu membuat diriku agak kaget juga walaupun akhirnya keluar juga pengakuan dari mulutku kalau dia cantik dan seksi. Mendengarkan pengakuanku sepertinya Mickey senang dan dia tersenyum lalu mendekatiku. “Jangan marah dahulu ya. Aku punya angan-angan nih gimana kalau kita mengadakan pesta seks lagi seperti dulu.” Kali ini aku bisa melihat sinar matanya seperti berbinar-binar bak lentera yang kelebihan minyak.
“Aku sih mau-mau saja. Aku akan hubungi Micha, aku sudah dapat nomor teleponnya kok. Don’t worry my friend.” Sahutku tetapi Mickey memotongnya.
“Ne…ne…ne. That’s not what Ike means. Thou are wrong idea my friend (memang bahasa Inggrisnya kacau balau, ini sudah seotentik mungkin dengan perkataan aslinya). Yang Ike mau katakan adalah kita swing party saja. Aku membawa kekasihku begitu juga dengan kamu. Tidak ada call girl-nya dude.” Sahutnya memperjelas maksudnya dan itu membuatku tersentak juga. Ternyata bule gila ini juga punya usulan yang sama gilanya juga. “Tetapi jangan mengatakannya ke Anthony karena dia bakalan marah kalau diajak ikut karena kekasihnya terlalu dia lindungi. Nanti tidak asyik lagi. Bagaimana menurutmu?” Mickey agak was-was juga menanti jawaban dariku mungkin dia takut kalau aku sampai marah dan membuatnya menjadi serba salah mengingat kami baru saja kenal.
“Memangnya siapa saja yang mau ikut? Apa hanya kita berdua?” tanyaku penuh selidik kepada Mickey. Dia mengangguk. “Untuk sementara baru kita berdua karena Robin tidak membawa pacarnya ke Indonesia. Perempuan itu masih takut dengan berita mengenai bom-bom dikawasan Asia. Dia pikir kalau di Indonesia itu seperti Vietnam, penuh dengan ranjau dimana-mana. Tapi rencananya nanti aku akan membawa salah seorang kolegaku yang kebetulan akan kesini bersama dengan istrinya untuk bersenang-senang dan join dengan kita. Tapi dia warga negara Jepang, semoga saja kamu tidak keberatan.” Mickey melanjutkan dan menunggu jawabanku.
Aku berpikir bahwa selama ini Anyssa juga sudah tidur bukan hanya denganku tapi denan banyak pria baik dalam acara swing patner maupun saat dia selingkuh dibelakangku dengan dua orang pria sebelum akhirnya ketahuan olehku. Membayangkan Anyssa bakal dikerjai seorang Bule membuatku jadi sedikit merinding juga mengingat batang kemaluan bule tersebut sangat besar. Panjangnya saja aku perkirakan 23-25 cm. Tapi setelah membayangkan Viola aku jadi bernafsu juga. Akhirnya aku menyanggupi tawaran dari si bule tersebut. Mickey nampak sangat senang dan hari yang dijadwalkan adalah besok malam karena besok adalah hari Sabtu sehingga Anyssa tidak ada kelas kuliah sama sekali dan dia pasti mau dengan tawaran ini jika aku yang menyuruhnya karena dia masih terikat dengan rasa takutnya kalau-kalau aku memutuskannya, mungkin dia lebih takut kalau aku menyebarkan foto-foto dan rekaman mesra dirinya denganku atau dengan orang lain walaupun aku tidak pernah mengancam dirinya dengan hal tersebut.
Hari berikutnya pada malam hari sekitar jam 7 malam aku datang kekamar Mickey yang sudah ditata sedemikian rupa dengan tambahan extra bed yang ditaruh dibagian bawah dekat dengan sofa dan mini bar. Malam sebelumnya Anyssa sempat protes saat mendengar acara ini namun segera terdiam ketika dia sadar posisinya berada di tempat yang lemah.
Aku melihat Viola mengenakan baju tidur terusan warna biru tua tanpa lengan dan rambut pirangnya terlihat terurai sebahu. Benar-benar sangat cantik dan seksi. Apalagi ketika pahanya yang tidak tertutup gaun tidur tersebut tersingkap ketika dia berjalan dan duduk, membuatku menjadi panas dingin. “Silahkan duduk semuanya. Well, perkenalkan ini Viola. Kalian pernah bertemu dengannya di kafe.” Mickey mencoba mencairkan suasana. “Oh iya, kalian mau minum apa? Aku sudah memesan champagne dan bourbon with gin, kalau kalian mau. Atau lebih suka black label?” tawarnya kepada kami.
Sembari menenggak champagne kami berempat terlibat percakapan yang cukup seru, ternyata Mickey adalah seorang ice cracker (sebutan bagi orang yang pandai memecah kebuntuan dalam pembicaraan, istilah yang sering dipakai di Amerika). Ditambah lagi dengan Viola yang ternyata mahir berbahasa Inggris sehingga percakapanpun bisa saling menimpali satu sama lain.
Sekitar satu jam kami berempat mengobrol sembari minum champagne yang akhirnya habis beserta sebotol black label. Aku dapat melihat baik Viola maupun Anyssa sudah tipsy dan dalam tiap candaan Mickey sudah berani merangkul Anyssa yang sudah melepaskan jaket dan tinggal mengenakan kaus tanpa lengan itu. Mickey lalu memposisikan duduknya berada didekat Anyssa sementara aku diberinya kode untuk mendekati Viola yang sudah mulai bicara ngaco dalam bahasa Belanda (jangan suruh aku menterjemahkannya yach…^_^).
“Kamu benar-benar gadis yang cantik Anyssa. Pesona gadis Indonesia berada ditubuhmu dan wajahmu. Awesome.” Kata Mickey sembari merangkul bahu Anyssa lebih erat dan kali ini salah satu tangannya sudah berani mengusap-usap paha Anyssa yang saat itu mengenakan jeans. Anyssa yang sudah tipsy karena banyak minum itu tidak menghiraukan tangan nakal Mickey yang sekarang sudah menyusup kedalam kausnya dan menyibakkan kaus yang dipakainya bersama dengan bra yang dia pakai. Kontan saja payudara Anyssa yang putih mulus itu mencuat keluar dari sarangnya. Mickey tertegun sejenak lalu dengan lembut tangannya meraba payudara Anyssa dan meremasnya pelan-pelan. Saat Anyssa sudah setengah sadar dan mengarahkan tangannya untuk mencergah tangan Mickey, mulut Mickey langsung menciumi leher kekasihku itu dari bawah hingga bagian telinga. Sepertinya bule satu ini tahu benar kelemahan wanita. Dan tak berselang lama, Mickey lalu melumat bibir mungil Anyssa yang sudah tidak memberikan perlawanan sama sekali bahkan terkesan menikmati ciuman dan remasan tangan Mickey pada kedua payudaranya. Tubuh gadis itu limbung dan jatuh keatas extra bed yang ditaruh diatas lantai.
Belum sempat aku berpikir lebih lanjut, tiba-tiba Viola mendekatiku dan menciumiku habis-habisan. Bule cewek ini benar-benar sudah bernafsu sepertinya. Leher, telinga dan bibirku dilumat habis oleh Viola yang ternyata mahir dalam hal ciuman mulut. Sembari berciuman dan saling memagut satu sama lain, aku melucuti pakaianku sementara Viona juga demikian. Buah dadanya yang besar itu terlihat jelas sekarang dan dapat kusentuh dengan tanganku. Viola mendesah-desah tiap kaii jemari kedua tanganku meremas payudaranya dan bibirku melumat putingnya dengan sedotan dan jilatan. Payudara Viola yang putih mulus itu sekarang sudah bebercak merah akibat sedotanku dan hisapanku yang kencang pada payudara tersebut. Belum lagi tubuh molek dara cantik ini membuatku menjadi semakin mabuk kepayang. Bulu kemaluannya yang lembut menutupi vaginanya yang sudah basah akibat rangsangan dank arena dia sudah tipsy sedari tadi. Saat kami sedang berpagutan tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencengkeram penisku yang sudah tegang itu dan mengocoknya dengan cepat. Ternyata Viola telah tak tahan setelah 10 menitan dia foreplay denganku di tempat tidur yang besar itu. Lalu dengan sedikit memaksa dia mengarahkan batang kejantananku tersebut kearah liang vagina miliknya. Aku tahu benar kalau bule perempuan ini sudah tidak tahan lagi dengan rangsanganku dan ingin segera dieksekusi.
“Pleaseee…hit me now!” pintanya memelas dengan wajah yang sudah merah padam penuh dengan nafsu membara. Lalu dengan posisi women in top dia memasukkan batang kejantananku kedalam lubang kemaluannya yang sudah merah dan basah itu. Lalu dengan posisi vertical, Viola mulai menekan dan melesakkan batang kejantananku kedalam liang senggama miliknya. Dengan ukuran batang kemaluanku yang lumayan besar ini ditambah dengan kejadian aneh yang membuat batang kemaluanku bertambah besar hingga sekarang tinggal berselisih sedikit dengan ukuran batang kemaluan Mickey membuat vagina Viola agak susah juga dimasuki, namun karena gadis ini sudah biasa dengan penis besar dari dulu maka tak makan waktu lama untuknya memasukkan seluruh penisku kedalam vagina miliknya. Dengan semangat gadis ini menggoyangkan pinggulnya untuk mencapai kepuasan atas diriku.
Sesekali pinggulnya dihentak-hentakkan secara vertical sehingga beberapa kali batang kemaluanku nyaris keluar dari sangkar hangatnya itu. “Oh yes…you are so great baby. I never found any Asian penis like yours. Its bigger than when I have one night in Bali.” Racau Viola sembari terus memompa penisku dengan himpitan vagina miliknya. Payudara gadis ini berguncang-guncang saat aku meremasnya. Viola begitu liar, pantas saja sebelum aku pergi kemarin Mickey mengatakan untuk bersiap-siap minum Viagra karena Viola tidak mudah dipuaskan.
“Viola my baby. You’re so great too babe.” Balasku sembari melakukan gerakan aktif menusuk keatas dengan cepat sehingga membuat batang kemaluanku menyentuh dinding rahimnya. Gadis cantik ini berteriak dan meciumku bibirku dalam-dalam.
“Damn. You are fishin’ good honey. Hit me more like before.” Ucapnya meminta lebih dan aku sanggupi dengan melakukan tusukan seperti barusan yang kembali berulang dan berulang hingga Viola mengejang dan otot vaginanya mencengkeram penisku dalam-dalam. Seiring dengan ciuman bibirnya aku tahu kalau gadis ini sedang mengalami orgasmenya. 10 menit setelah penetrasi dan hanya dengan satu gaya. Sepertinya perkataan Mickey tentang Viola tidak mudah dipuaskan adalah salah karena sekarang dia sudah mengalami orgasmenya yang pertama.
Sementara itu Mickey masih belum bercinta dengan Anyssa dan dia hanya menstimuli bibir, payudara dan bagian sensitive Anyssa yang lain. Sepertinya Mickey sedang berusaha mengatahui G Spot dari Anyssa. Mereka terduduk di sofa besar dan sedari tadi menonton persenggamaanku dengan Viola sembari melakukan foreplay. Sekarang tangan Anyssa sudah berani mengocok batang kemaluan Mickey yang besar dan sudah tegak menantang itu dengan panasnya sementara Mickey sendiri duduk dibelakang Anyssa dan memangku diperutnya sehingga kini batas jarak antara batang penis Mickey dengan bibir vagina Anyssa begitu dekat bahkan sesekali Mickey menggesek-gesekkan batang kemaluannya kearah bibir vagina kekasihku itu.
Mendapat perlakuan seperti itu dari Mickey kontan saja wajah Anyssa memerah menahan gejolak nafsunya yang sudah tak tertahan lagi, sesekali keluar desahan sensual dari bibir mungilnya itu. “Akhh…akhh…” desahnya ketika klitorisnya bersentuhan dengan batang kemaluan Mickey yang besar itu ketika pria bule ini menggesek-gesekkan penisnya di bibir vagina Anyssa. Belum lagi dengan remasan tangan Mickey di kedua payudara Anyssa yang menurutku sudah bertambah besar ukurannya dibandingkan dari pertama kali aku melihat buah dadanya itu.
Masih di sofa dengan posisi memangku Anyssa dari belakang, Mickey sekarang sudah mulai menusuk-nusukkan batang kejantanannya kearah bibir luar vagina Anyssa. Sepertinya tadi dia bersama pacarku itu sengaja menonton acara persetubuhanku dengan Viola dan sekarang mereka ingin memberikan pertunjukan tandingan. “Akhh..sakit…” jerit Anyssa ketika batang kemaluan Mickey menyeruak masuk kedalam bibir vaginanya dan dalam hitungan detik saja kepala kemaluan Mickey sudah terbenam seluruhnya di liang senggama pacarku itu.
Kedua tangan Mickey menarik kedua paha Anyssa sehingga mengangkang lebih lebar disbanding tadi dan kembali memberikan sebuah tusukan dahsyat kearah bibir kemaluan kekasihku itu. “Aku masukkan penisku ya Anyssa. Tahan dulu sebentar yah.” Kata Mickey sembari meneruskan penetrasinya walaupun Anyssa menjerit-jerit pelan menahan rasa sakit. Lalu entah karena kerasukan setan apa, Mickey yang tadinya lembut tiba-tiba beringas dan mendorong pinggul Anyssa kebawah sehingga memaksa bibir vaginanya membuka lebih lebar dan menyodokkan batang kejantanannya dengan keras kearah atas menembus labia minora kekasihku dan sekarang ssparuh dari batang kemaluan pria bule ini sudah menancap kuat di liang kemaluan kekasihku itu.
“Akhhh…sakittt!!!” seru Anyssa tapi sekarang Mickey sudah memelankan sodokan penetrasinya. Terlihat air mata meleleh dari kedua pelupuk mata Anyssa yang bening itu. Dia sepertinya menahan rasa sakit yang cukup hebat ketika Mickey memaksa bibir kemaluannya membuka lebar menerima sodokan batang penis sang bule yang berukuran raksasa (untuk ukuran Indonesia) itu.
Tubuh kecil Anyssa tiba-tiba terangkat keatas dan Mickey-pun berdiri sembari mengangkat seluruh tubuh Anyssa yang masih dalam posisi mengangkang dari belakang dan merebahkan tubuhnya di kasur besar yang berada diatas. Diposisikannya Anyssa tepat disamping tubuhku sementara itu dengan posisi berubah menjadi doggy style tanpa mencopot penetrasinya, Mickey kembali meneruskan proses penetrasinya yang sudah setengah jalan itu. Aku dapat melihat jelas vagina Anyssa yang bibir kemaluannya separuh melesak masuk bersamaan dengan masuknya penis raksasa Mickey kedalam liang kemaluannya. Saat aku sedang terlena melihat pemandangan erotis disampingku itu, tiba-tiba penisku terasa hangat dan basah. Ternyata Viola sudah memperoleh kembali tenaganya yang sempat hilang lima menit yang lalu akibat orgasmenya yang pertama. Dengan dibantu kedua tangannya yang mulus itu dia melakuka oral seks kepada batang kemaluanku dan dengan rakus dia mengulum penisku sembari memaju mundurkannya perlahan sementara kedua tangannya mempermainkan buah pelirku. Permainan lidahnya di ujung kemaluanku membuatku semakin turn on saja. Gadis bule ini benar-benar tahu cara melakukan oral seks.
“You are so great Adi. I want to be fished by you more and more. I like your dick, its so strong and hard, harder than dick of my people…” racaunya Viola sembari bercampur dengan bunyi kecipak air liurnya yang bercampur dengan cairan kejantananku yang dilumatnya dengan bibir seksinya itu. Wajah cantiknya itu menjadi semakin seksi saja kulihat saat dia menjilati batang kemaluanku dan menghisapnya sembari mengocoknya didalam mulutnya, wajahnya mirip dengan bintang film Moira Kelly dari Eropa hanya saja dengan potongan rambut model Lindsay Lohan.
“Arghh…” seru suara gadis disampingku. Ternyata Anyssa menjerit tertahan ketika batang kemaluan Mickey berhasil menjebol seluruh pertahanan kemaluannya. Sekarang seluruh penis Mickey sudah tertanam didalam liang senggama kekasihku itu. Aku tak habis pikir dengan apa yang dirasakan oleh Anyssa mengingat jelas-jelas batang kejantanan Mickey lebih panjang dibandingkan dengan milikku, setidaknya selisih 3-4 cm dari milikku yang sedang membengkak secara misterius ini. Mata Anyssa membelalak dan dia menggigit bibir bawahnya ketika Mickey mulai menggenjotnya pelan-pelan.
Batang bule raksasa itu secara rutin dan pelan-pelan bergerak maju mundur pelan-pelan melolosi bibir vagina Anyssa yang sudah merah padam karena gesekan tak henti-henti barusan. Walaupun sudah sangat basah tetapi tetap saja menerima penis seukuran raksasa itu membuat bibir vagina Anyssa seolah robek. Dengan tetap menggunakan posisi doggy style, tiap kali Mickey menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaan Anyssa, gelambir di bagian dalam labia minora Anyssa ikut keluar sebagian dan setiap kali Mickey mendorong maju batang kemaluannya, gelambir itu ikut masuk melesak bersamaan dengan gesekan batang kemaluan bule tersebut.
Desahan demi desahan keluar dari mulut Anyssa sementara itu aku memposisikan Viola dengan posisi doggy style bersebelahan dengan Anyssa. Dalam hitungan detik aku sudah kembali menjarah liang kemaluan gadis bule ini untuk menuntut hak diriku untuk dipuaskan yang tadi belum terlaksana. Sembari meremas-remas payudara besar Viola yang menggelantung bebas kebawah, aku mempercepat intensitas sodokanku keliang kemaluannya. “Ohh…shitt…do me baby…do me more…!” racau cewek bule ini sembari mencium paksa bibir Anyssa yang sedari tadi wajahnya tertunduk.
Ciuman tersebut sepertinya menggugah gairah birahi Mickey yang masih terpendam dan sekarang si bule ini menyodok vagina Anyssa dengan lebih brutal dari sebelumnya dan sudah berani mengeluarkan kata-kata teaser (godaan) kepada kekasihku itu. “Kamu suka sayang? Vagina kamu benar-benar sempit. Rasanya seperti memperkosa dirimu yang mungil ini, menyenangkan. Shit akhh… benar-benar nikmat.” Seru Mickey sembari meremas-remas payudara Anyssa hingga memerah keduanya.
Seolah berlomba denganku yang sedang memompa kemaluan Viola, Mickey mempercepat gerakan sodokannya sembari kadang menoleh kearahku dan tersenyum, entah apa maksudnya. Sesekali dia keluarkan batang kemaluannya dari liang kemaluan kekasihku sehingga aku dapat melihat bibir vagina Anyssa yang sudah membentuk lubang menganga peninggalan penetrasi penis raksasa Mickey. Klitorisnya pun membesar dari sebelumnya dan cairan kewanitaannya membeludak sehingga membasahi sprei dan spring bed. Lalu dengan gerakan gesit Mickey kembali menusukkan batang penisnya untuk masuk lagi kedalam liang kemaluan kekasihku itu sembari melenguh kencang, begitu berulang-ulang setidaknya hingga sepuluhan kali. Hal ini sepertinya membuat Anyssa lepas kontrol dan mencapai orgasmenya yang pertama ditengah rasa sakit yang tadi dideritanya akibat penetrasi Mickey.
Sementara itu aku juga merasakan kalau Viola mengalami orgasme lagi padahal baru aku pompa dia selama 10 menit. Tapi sekarang aku tahu kalau Viola bukan kuat dalam hal menahan orgasme tetapi dia mampu memperoleh orgasme beruntun secara berulang-ulang (multy orgasm). Pantas saja Mickey mengatakan kalau gadis ini tidak mudah puas. Bahkan setelah orgasmenya yang kedua, Viola tidak membutuhkan istirahat dan berbalik telentang sembari kembali tangannya menancapkan penisku di bibir vaginanya yang sudah menganga tersebut.
“Wow…you are really a slut in bed. Hahaha…”godaku kepada Viola dan diapun hanya tersenyum nakal lalu memelukku dari bawah sehingga sekarang kami melakukan gaya mercenary.
“Every women is a slut baby. You just need to find out when they at bed.” Balas dara bule ini lalu mencium bibirku dalam-dalam yang kubalas dengan tusukan keras batang kejantananku kedalam liang kewanitaan miliknya. “Damn. You are a naughty boy…hahaha…” candanya ketika tahu kalau liang kemaluannya kembali aku kerjai dengan keras. “Be careful, because my lover will take a revenge for me…see your girl friend, it will teared out by him.” Lanjut Viola sembari ujung matanya menunjuk kearah Mickey yang semakin brutal mengerjai Anyssa yang sekarang dalam posisi telentang dan ditindih tubuh besar Mickey.
Melihat kekasihnya aku kerjai dengan brutal, Mickey membalasnya dengan brutal pula. Anyssa yang bertubuh mungil itu tersentak-sentak oleh sodokan-sodokan penis raksasa Mickey namun tak berdaya untuk memposisikan dirinya agar rasa sakitnya berkurang karena tubuh mungilnya itu sedang ditindih oleh tubuh besar bule gila ini. “Damn…you are so good girl. So sluty and horny.” Lalu setelah selesai berbicara, Mickey kembali memompa vagina Anyssa sembari dengan bantuan kedua bahunya, Mickey mengangkat kedua tungkai kaki Anyssa.
Sepuluh menit dengan posisi mercenary ditambah dengan melihat pemandangan erotis disampingku membuatku tidak dapat menahan diri lagi dan akhirnya keluar juga spermaku membasahi liang kemaluan gadis bule cantik ini. Viola memelukku erat-erat sepertinya enggan melepasku pergi. Dengan kakinya yang mengapit pinggangku dara cantik ini menikmati orgasmenya yang ketiga dengan tubuhnya yang menggelinjang hebat lalu sepuluh detik kemudian dia terkulai lemas.
Sementara itu Anyssa sepertinya belum dapat beristirahat karena walaupun dia sudah dua kali orgasme tetapi Mickey belum mencapai klimaksnya. Bahkan sesekali dia mencuri cium Viola yang terkulai dalam pelukanku sementara batang kemaluannya tetap memompa vagina Anyssa. Selang beberapa saat, dengan kedua tangannya yang besar, Mickey mengangkat tubuh Anyssa sehingga berposisi setengah duduk walaupun tubuh atas nya masih condong kebawah lalu dengan berjongkok bertumpu dengan salah satu lututnya, Mickey mengangkat tubuh mungil Anyssa dan menyetubuhi kekasihku dalam posisi itu. Mau tak mau kedua tangan Anyssa mengapit leher Mickey agar kepalanya tidak mendongak berlebihan kearah bawah.
Peluh sudah membasahi tubuh Anyssa sementara Mickey belum ada tanda-tand akan mengakhiri persetubuhannya dengan pacarku itu. Sembari menyaksikan tontonan live show panas ini, Viola kembali bangkit tetapi tidak beranjak kearahku melainkan mengarah ke Mickey dan Anyssa. Dia lalu telentang dengan kepala tepat dibawah pompaan penis Mickey ke vagina Anyssa dengan tubuh berada dibelakang kekasihku. Lalu dengan panasnya Viola menjilati batang kemaluan Mickey yang saat itu masih menyodok-nyodok liang kewanitaan Anyssa dengan brutal. Sesekali gadis bule ini mengulum buah pelir Mickey yang membuat pertahanan pria tersebut semakin rapuh. Apalagi kedua tangan Viola ikut-ikutan beraksi mempermainkan payudara Anyssa yang terguncang-guncang ketika dipompa oleh Mickey. “Wow… sure you are so tough Anyssa. You can hold your stamina until now. I was beaten by you sweetie.” Ucap Viola sembari terus mengerjai payudara dan klitoris Anyssa dari belakang sementara bibirnya tetap menstimuli buah zakar Mickey.
“Shit…I’m cuming, damn this good. Akhhh…” seru Mickey sembari menyemburkan seluruh cairan spermanya didalam liang kemaluan kekasihku, Anyssa. Sementara Anyssa sendiri juga mencapai orgasmenya yang ketiga gara-gara stimuli yang dilakukan oleh Viola. Tubuhnya menggeliat hebat dan beberapa saat kemudian lemas memeluk tubuh Mickey yang masih memangkunya dengan penis masih menancap di liang kemaluannya. Viola beranjak dari situ dan menggoda Mickey, “Wow. You have a big shot this time honey.” Candanya ketika melihat cairan sperma yang dikeluarkan oleh Mickey sangat banyak sehingga saat batang kemaluannya dicabut dari liang kewanitaan pacarku dari dalam liang vagina Anyssa mengalir keluar cairan putih kental yang sangat banyak bercampur dengan cairan orgasme milik Anyssa. Bibir vagina pacarku terlihat sembab merah gelap akibat benturan dan gesekan keras batang penis Mickey.
Anyssa lalu berbaring disebelahku dan memelukku erat. “Sayang. Kamu puas?” tanyanya kepadaku. Aku hanya mengangguk dan bertanya hal yang serupa kepadanya dan dia menjawab sembari menunjuk kearah penis Mickey yang masih separuh tegang. “Lumayan. Tapi sakit jadi susah menikmatinya. Lagian terakhir-terakhir tadi dia kasar. Sampai sekarang vaginaku masih sakit dan perih.” Rajuknya sembari mencium bibirku dengan hangat. Lalu kami berdua tertidur.

Sekitar jam dua malam aku dikejutkan oleh desahan-desahan seksi dari kamar mandi. Saat aku mencari Anyssa, ternyata dia sudah menghilang dari sampingku sementara itu Viola sendiri masih tertidur pulas disampingku menggantikan Anyssa dengan posisi tangannya memegangi kemaluanku yang basah lagi. Penasaran dengan kejadian di kamar mandi maka aku beranjak dan menuju kearah kamar mandi dengan telanjang bulat.

Lunatic Bule, part 2

Aku terhenyak melihat Mickey sedang membopong Anyssa dari depan di bawah shower yang menyala pelan sementara kedua tangan dan kaki Anyssa mengapit tubuh Mickey yang besar itu. Pandanganku lalu tertuju kepada batang kemaluan Mickey yang sudah bersarang didalam vagina kekasihku dan memompanya dengan penuh nafsu. Hal ini membuatku menjadi kembali horny. Batang kemaluanku kembali berdiri tegak melihat pemandangan tersebut.
Mickey sadar akan kehadiranku dan tersenyum sembari memberi kode agar masuk ke kamar mandi. Lalu dia mencabut batang kemaluannya dari liang senggama pacarku dan duduk di toilet duduk di kamar mandi tersebut semabari menarik tubuh Anyssa dari belakang. Kali ini tubuh Anyssa membelakanginya dan terduduk dipangkuannya. Tiba-tiba saja aku sadar tentang apa yang akan bule ini lakukan kepada Anyssa. “Now the next hole.” Serunya kepada Anyssa dan mendudukkan pantat Anyssa sehingga sekarang lubang anusnya tepat diatas ujung senjata Mickey yang masih tegang dan berkondom itu.
“Akhh…” jerit Anyssa. “Jangan disitu, sakittt…!” protesnya lagi tetapi tidak digubris oleh bule gila ini. Mickey malah mengoleskan lubricant (gel) ke kondom yang dia pakai sehingga licin. Lalu kembali dia menarik Anyssa yang mencoba meronta untuk menduduki penisnya. Dan dalam beberapa percobaan, batang kejantanan bule tersebut akhirnya berhasil masuk kedalam liang anus Anyssa walaupun hanya bagian kepala penisnya saja.
“Pacar kamu sudah orgasme lagi tadi sekali. Hahaha…maaf tidak membangunkan kamu, soalnya aku gemas dengan tubuh mungilnya yang seksi.” Kata Mickey sebelum akhirnya dia menarik dengan keras pinggang Anyssa sehingga sekarang batang kejantanan Mickey tenggelam seluruhnya kedalam liang kewanitaan gadis mungil kekasihku itu. “Ohh…awesome. Pacar kamu memang luar biasa.” Seru bule ini sembari memompa anus Anyssa dari bawah.
“Akhh…akhhh…sudah…sakit…akhhh….pelan…pelan…” Ucap Anyssa diantara desahannya. Tangan Mickey mempermainkan klitoris dan payudara Anyssa yang sudah mengacung kedepan putingnya itu. Leher Anyssa-pun tidak luput dari ciuman bibir Mickey. Mendengar protes Anyssa itu, Mickey memelankan sodokannya dan sekarang lebih bervariasi karena diselingi gerakan memutar sementara dari mulutnya keluar ucapan-ucapan menggoda Anyssa yang membuat kekasihku itu malu, risih tetapi juga membuatnya semakin bernafsu saja. Buktinya tak lama kemudian dia menyambut bibir Mickey yang menjelajahi tubuhnya dengan kecupan hangat.
“Ayo…”ucap Mickey kepadaku sembari membuka lebar paha Anyssa sehingga sekarang bibir vagina Anyssa terbuka lebar. Tanpa menunggu aba-aba lagi aku melesakkan batang kemaluanku menembus bibir vagina Anyssa. Anyssa mendesah pelan ketika merasakan bibir vaginanya kembali terkuak oleh penis pria.
“Kamu cantik sekali sayang. Seksi sekali.” Seruku kepada Anyssa yang kemudian menjawabnya dengan kecupan sayang kebibirku. Sekarang Anyssa merasakan ditubuhnya bercokol dua buah penis pria yang sedang mencari kenikmatan dengan membombardir kedua lubang-nya dengan penuh gairah. Sesekali buah pelirku bersentuhan dengan buah pelir Mickey yang besar berbulu itu karena dinding pemisah antara kedua lubang milik Anyssa seolah tergencet sehingga seolah menjadi semakin tipis saja. Belum lagi jika kami berdua memompanya dengan irama yang sama saat menarik dan mendorong kejantanan kami di liang vagina dan anus miliknya.
Diiringi dengan siraman shower air hangat aku dan Mickey berlomba memuaskan nafsu kami diatas tubuh mungil Anyssa yang beberapa saat lalu mengalami orgasmenya yang kedua. “Akhh….shit. I’m cummin’ damn it…akhh..” seru Mickey setelah memompa anus Anyssa selama kurang lebih 15 menit. Sementara itu aku sendiri mempercepat sodokan batang kejantananku dan selang beberapa menit kemudian, aku menyemprotkan seluruh cairan spermaku kedalam liang vagina Anyssa membasahi rongga rahim miliknya. Mickey menggelinjang hebat, ternyata dia mengalami klimaks lagi selang 3 menit setelah ejakulasinya barusan.
Dicabutnya kondom dari batang kemaluannya yang besar itu. Terlihat cairan sperma milik Mickey mengalir keluar dari kondomnya ketika dia memperlihatkan plastik pengaman itu kepada Anyssa sembari tersnyum, “Kamu benar-benar luar biasa.” Pujinya kepada kekasihku lalu membuang kondom tersebut kelantai dan kembali ke tempat tidur setelah membersihkan penisnya. Sementara aku sekarang terduduk di pinggiran bath tub besar merasakan sisa-sisa kenikmatan yang kuperoleh.
Anyssa mendekatiku dan menciumi bibirku. “Kamu benar-benar hebat malam ini. Aku kasih kamu sesuatu yang nggak aku kasih ke Mickey.” Katanya sembari berjongkok lalu dengan liar dia mengoral batang penisku yang masih belepotan sperma. Dengan telaten dia membersihkan sperma dari batang kejantananku.
“Memangnya kamu nggak melakukan oral dengan dirinya?” kataku penasaran dan dia hanya menggeleng lalu kembali menjilati penisku yang masih tegak tersebut.
“Ada banyak alasan mengapa aku nggak mau. Diantaranya karena terlalu besar, berbulu terlalu lebat dan khan dia orang asing. Aku masih jijik dibuatnya. Hehehe…” canda kekasihku ini sembari kembali membersihkan spermaku dengan mulutnya.
Paginya ketika Mickey pamit pagi-pagi sekali untuk mengurus dokumen ekspor, aku, Anyssa dan Viola kembali melakukan permainan panas seusai sarapan di restaurant hotel.
Viola dan Anyssa berebut saling mengoral batang kemaluanku yang kemudian dilanjutkan dengan persetubuhan. Dengan tubuh Viola dalam posisi merangkak, aku merangsekkan batang kejantananku kedalam liang senggamanya sekali lagi. Dalam posisi doggy style ini aku memuaskan nafsu liarku dengan memompa vagina Viola dengan brutal. Karena Mickey tidak ada disini sehingga tidak mungkin membalasnya kepada Anyssa, aku leluasa mengerjai bule perempuan ini sehingga dia kewalahan melayani sodokan-sodokan penisku yang membabi buta. Sementara itu Anyssa dengan menggunakan sabuk dildo bergerigi yang sudah diberi kondom berpelumas mengangkang dibagian depan atasku lalu menyodokkan dildo besar tersebut ke anus Viola.
“Akhh…what you doing? Don’t…” serunya ketika sadar apa yang akan dilakukan oleh Anyssa. Tetapi Anyssa berkeras dan menjawab, “Your lovers do me this way last night. Now this is the return hahaha… C’mon its not as hurt as you think.” Tambahnya lagi sebelum akhirnya dildo berkondom itu melesak masuk seluruhnya kedalam liang anus Viola. “But Mickey never does that with me. Akhh that’s hurt me ..soooo…much…arghh…” jerit Viola namun tertahan dengan desahan nafsunya karena disaat yang sama vaginanya juga sedang kukerjai habis-habisan.
Lima belas menit dengan posisi itu sebelum akhirnya kami berganti posisi. Aku telentang dan menempatkan Viola menghadapku dari atas sementara dari belakang Viola, Anyssa sudah siap dengan dildo besar nya.
Viola yang terjepit ditengah-tengah tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah ketika kedua lubangnya dieksekusi oleh penisku dan dildo besar yang menempel pada sabuk yang dipakai Anyssa. Sesekali aku menukarkan posisiku denan dildo besar itu dengan mengenakan kondom terlebih dahulu untuk memperlancar penetrasi. Bergantian batang kejantananku menembusi liang vagina dan anus Viola tanpa ampun. Entah berapa kali gadis ini orgasme karena satu jam kemudian dia nampak lemas dan tak lagi mampu mendesah.
Tubuh Viola ambruk ketubuhku yang terlentang dibawahnya. Aku merasakan payudara besarnya sekarang sudah menempel di dadaku. Tak selang lama kemudian aku merasa akan mencapai ejakulasiku. Aku copot kondom yang kupakai dan kuarahkan batang kejantananku kearah bibir seksi Viola dan muncratlah spermaku membasahi bibir dan wajahnya. Sementara Anyssa mencopot sabuk dildonya sambil cengar-cengir kegirangan karena berhasil membalas perlakuan Mickey kepada kekasihnya sekarang. Aku merengut sabuk dildo itu dari tangannya dan melihat ukuran dildo hitam itu. Ternyata ukurannya lebih besar dari pada dildo yang dipakai Anyssa untuk mengerjai Lina, adiknya tempo hari.
“Hmmm…nakal kamu yah. Pantas saja Viola kesakitan tadi. Ini sih ukurannya lebih besar daripada penisku yang sudah membengkak ini. Dapat dari mana?” tanyaku kepada pacarku itu.
“Punyanya Kurnia waktu kami bercinta di Villa. Bukannya kamu tahu?” balasnya. Aku jadi teringat kalau waktu itu ada sebuah dildo besar yang tergeletak disamping kasur tempat Anyssa dan Kurnia bercinta. Membuatku kembali kemasa lalu saja nih, pikirku dalam hati. Sebelum aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi, Anyssa memelukku dari belakang, “Jangan tinggalin aku yah. Aku sudah terlanjur basah sekarang. Aku janji nggak akan selingkuh lagi.” Kata Anyssa pelan saat aku mencoba berpaling kearahnya.
Setelah mandi aku dan Anyssa keluar dari kamar hotel, sementara itu Viola masih lemas tertidur. Aku melihat wajahnya bermandikan sperma sementara dari liang anusnya mengalir darah segar walaupun sedikit. Sepertinya ada bagian yang luka akibat dari sodomi yang dilakukan Anyssa kepada Viola dengan dildo tadi.
“Ah sebodo amat. Toh yang mulai duluan juga si Mickey.” Kataku kepada Anyssa sembari menutup pintu kamar 215 itu.

Lina yang Beranjak Dewasa


Hari ini merupakan hari kelulusan bagi para siswa SMU se-Jawa Tengah. Hal ini juga berlaku bagi Lina, adik Anyssa kekasihku. Dara cantik ini akhirnya memutuskan untuk kuliah di Jogja dengan alasan bahwa kakaknya berada di Jogja sehingga dia mempunyai teman.selama masih dalam tahap penyesuaian dengan lingkungan barunya.
Lina telah diterima di sebuah universitas terkenal di Jogja yang terkenal dengan jurusan Farmasi-nya sebelum dia lulus karena memang prestasi sekolahnya sangat bagus dengan ranking 1 tiap semester di kelasnya apalagi SMU tempat dimana di bersekolah adalah favorit bagi para orang tua karena telah banyak menuai lulusan berbakat dan berkualitas di kota S. bahkan sudah 8x mengirimkan kandidat untuk olimpiade matematika dan fisika tingkat nasional dan intenasional walaupun Lina bukan salah satu diantaranya. Belum lagi dengan hasil tes masuk universitas yang menyatakan bahwa pointnya jauh diatas batas minimum.
Well, enough about that. Cerita ini bermula dengan background dari seorang Lina yang notabene merupakan idola di sekolahnya. Banyak pria yang naksir kepadanya tetapi dasar gadis jahil, Lina hanya memanfaatkan pemuda-pemuda tersebut untuk kemudian ditinggalkan ketika dia sudah tidak mempunyai ketertarikan dengan pemuda tersebut atau sudah tidak membutuhkannya lagi. Contohnya saja adalah pemuda bernama Hendra yang menyukainya sejak hari pertama dia masuk sekolah. Mereka bahkan pernah pacaran waktu Lina berada di kelas dua tetapi putus begitu Lina naik ke kelas tiga SMU. Terang saja Hendra shock berat karena dia sudah berusaha mempertahankan Lina dengan segala daya dan upaya. Hendra yang anak dari seorang pejabat di PT. Pertamina sudah sering memanjakan Lina dengan segala macam gift yang diberikannya tiap hari. Sebut saja coklat yang hampir tiap hari diberikannya kepada Lina, itupun belum termasuk makanan-makanan lainnya yang selalu ada untuk diberikan kepada pujaan hatinya itu. Walaupun sebenarnya dia tidak tahu kalau barang-barang tersebut seringnya dibagikan Lina kepada teman-teman cewek karibnya. Hal ini membuat Lina mendapatkan loyalitas dari teman-temannya karena selalu memberikan jajanan enak kepada mereka hampir tiap hari.
Tak cukup dengan makanan, Hendra juga membombardir Lina dengan gift lain yang cukup mahal seperti sepatu, kaus, jaket, jam tangan, tas ransel, tas jinjing, puluhan boneka yang selalu baru tiap minggunya dan belum lagi cincin dan kalung dengan leontin opal yang menjadi salah satu hadiah termahal yang pernah dia berikan kepada siapapun bahkan jika dibandingkan dengan pemberiannya kepada orang tuanya sekalipun. Tapi semua itu akhirnya hancur juga ketika Lina memutuskan untuk tidak memperpanjang hubungan cinta mereka lagi karena ada isu bahwa Hendra sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan salah satu kerabat jauhnya sendiri.
Malam itu di pesta perpisahan para pelajar SMU yang berada di bangsal sekolah, terlihat Lina bercakap-cakap dengan dua orang teman wanitanya. Sembari menenggak segelas Fanta merah ditangan, Lina terlihat sangat elegan dengan gaun warna pink tanpa lengan. Dengan potongan leher agak rendah dia bisa memamerkan kalung opal favoritnya yang tentu saja pemberian dari Hendra. Tanpa dia sadari dari kejauhan ada sepasang mata memperhatikannya dengan bermacam-macam emosi didalamnya. Cinta, benci, marah, malu, rindu dan berbagai macam emosi lainnya bercampur di benak dan jiwa orang ini. “Hai ngapain bengong. Hen, ayo kesini! Aku mau perkenalkan pacarku yang baru.” Sapa seseorang memecahkan lamunan sang pemilik sepasang mata tersebut.
“Hai Lina.” Sapa Hendra ketika bertemu dengan orang yang dituju. Kecut juga hatinya setelah tahu kalau temannya sekarang sudah menjadi kekasih Lina.
Pemuda yang bernama Soni tersebut lalu menepuk pundak Hendra, “Sori bos, aku nggak bilang sama kamu kalau aku sudah pdkt dengan Lina sebulan yang lalu. Lagipula khan kamu sudah putus lama jadi sebagai teman kurasa sudah tidak apa-apa donk ndeketin dia.” Soni kembali berucap namun kali ini belum sampai dia melanjutkan kata-katanya, sebuah bogem mentah sudah mendarat diwajahnya.
“Terus apa maumu nunjukin ini ke aku hah? Masih bilang kalo teman pula. Cuih!” umpat Hendra. Untungnya Lina cepat mencegat Soni ketika ingin membalas pukulan Hendra sementara Hendra sendiri sudah ditarik oleh kedua sohib karibnya untuk menjauh.
“Dasar anak cengeng. Mentang-mentang kaya aja langsung belagu. Salah sendiri kalau dia kalah saingan denganku. Dasar!” seru Soni kepada Hendra yang sudah menjauh dibalik kerumunan. Sesaat kemudian sebuah tamparan hinggap di wajahnya.
“Kamu ini nggak tau malu. Sejak kapan kita pacaran? Bikin aku malu aja. Baru juga dekat seminggu ini sudah omong besar kemana-mana.” Bentak Lina sembari ngeloyor pergi bersama kedua temannya yang ikut-ikutan mencibir pemuda ini.
“Lin tunggu! Aku mau kasih penjelasan!” seru Soni tapi tak digubris oleh Lina dan kedua temannya yang berlalu dibalik pintu bangsal utama menuju gang yang menghubungkan ruangan-ruangan kelas 3 dengan bangsal dan auditorium.
Satu jam kemudian acara pindah ke ruangan auditorium dimana para group band sudah tiba baik dari dalam sekolah maupun dari universitas yang ada di kota S. Suasana sangat meriah dan masing-masing murid mencari pasangannya masing-masing. Sementara itu Lina dalam kesendirian karena kedua temannya ikut bergabung dibarisan paling depan untuk ikut berjingkrak-jingkrak bersama alunan musik Rock yang diusung band universitas yang personelnya rata-rata berwajah ancur.
Entah apa yang mendorong Lina untuk meninggalkan tempat itu karena beberapa menit kemudian dalam lamunannya dia sudah berada di lorong lantai dua sekolahnya tempat dimana murid-murid kelas tiga belajar di pagi dan siang hari. Sekarang nampak berantakan karena ada pembaharuan kursi dan meja dari pihak sekolah. 5 buah ruangan untuk anak kelas tiga nampak kosong dan sepi walaupun ada cahaya lampu temaram di ujung gang dekat anak tangga. Lina kembali membayangkan masa-masa indah waktu mereka masih SMU. Ditempat ini dia menghabiskan hampir seluruh satu tahun hidupnya.
Mata Lina menoleh kesamping ketika dia mendengar ada bunyi kecil di sebuah ruangan. Entah keberanian dari mana yang membuat setan cilik ini berani masuk kedalam ruangan yang padam lampunya itu. Nafasnya semakin berat dan ketika dia akan berpaling keluar ruangan, tiba-tiba ada sepasang tangan yang mendekapnya dari belakang. Tangan yang cukup kekar yang kemudian merangsek kearah depan sehingga membuat tubuh mungil Lina ikut terdorong kearah depan.
Seorang pria dengan nafas yang menderu. “Siapa kamu? Lepasin aku! Kalau nggak aku bakalan teriak nih.” Ancam Lina sembari berusaha melepaskan diri dari cengkraman pria ini. Namun apa daya karena mulutnya langsung dibungkam oleh sebuah tangan yang kemudian menyeretnya menuju kearah jajaran meja belajar yang tersusun berkelompok tanpa kursi. Lalu mendorongnya hingga Lina terjerembab dengan tubuh separuh diatas meja belajar tersebut.
Belum sempat dia berteriak, pria misterius tadi melilit mulutnya dengan menggunakan taplak meja guru sehingga mulutnya tidak dapat bersuara lagi bahkan untuk bernafas saja susah. Tak hanya itu, sekarang kedua tangannya telah direntangkan dengan paksa dan diikat dengan bagian atas kaki meja menggunakan tali plastik yang sebelumnya digunakan di bangsal sebagai pengikat snack selama masih dalam plastik besar dan juga sebagai rumbai-rumbai hiasan untuk pintu dan jendela bangsal.
Dengan mulut tersumbat dan kedua tangan terentang terikat pada kaki meja membuat keringat dingin bercucuran keluar dari dara cantik ini. Lina seolah mendapatkan bayangan tentang apa yang bakal dia alami setelah ini. Terlebih setelah pria misterius ini membuka paksa kedua pahanya dan ditumpangkan keatas meja belajar. Sontak gaun pink yang dia pakai bagian bawahnya tersibak dan terlihat jelas celana dalam yang membalut selangkangan dara cantik ini. Bukan hanya itu saja melainkan paha mulusnya sekarang terpampang sudah dihadapan pria misterius ini.
Lina berusaha berkata-kata tetapi yang keluar dari mulutnya hanyalah suara tak jelas karena sumpalan di mulutnya. Lina berusaha berontak namun gagal karena cekalan pria ini jauh lebih kuat dari pada otot kakinya. Seperti yang dia duga sebelumnya, tangan jahil pria misterius itu merengut celana dalamnya dan melemparnya jauh membentur papan tulis.
Pria itu mengarahkan pandangannya kearah selangkangan Lina yang berbulu jarang itu. Sepertinya dia telah melihat barang yang dia sukai berada disana. Bibir vagina Lina dengan ujung klitorisnya yang menyembul keluar sedikit itu membuat sang pria misterius ini nafasnya semakin memburu. Jemari liarnya sudah menelusuri paha putih mulus Lina dengan bernafsunya dengan tak henti-hentinya meremas-remas kedua paha mulus Lina tersebut dan berakhir dengan sentuhan jemarinya di bibir vagina dara cantik ini.
Lina berusaha menjerit namun lagi-lagi hanya suara aneh yang keluar dari mulut yang tersumbat kain itu. Sementara itu sang pria misterius semakin beringas saja mengarahkan jemari tangannya kebibir vagina Lina menyentuh klitoris, labia minora dan bahkan dilesakkan dua jari tangannya kedalam liang kewanitaan Lina yang sekarang sudah mulai basah itu.
Sementara itu gaun pink yang dipakai oleh Lina sudah disibakkan keatas oleh pria misterius itu hingga sebatas leher dan sebagian dari gaun itu menutupi wajah Lina. Dia hanya bisa merasakan ketika payudaranya sudah diremas-remas dan disedot-sedot oleh mulut pria misterus ini tanpa ampun tanpa dia bisa melihatnya. Lina merasakan ketika puting susunya dijilati lidah pria tersebut dan jemarinya yang lain menstimuli puting susunya yang lain dengan bernafsu dan memilin-milinnya.
Sekitar lima menit sang pria ini menjilati hampir seluruh tubuh Lina, mulai dari payudara, paha, tangan, perut, pinggang, pusar dan merembet kea rah vagina Lina yang sudah mulai basah karena rangsangan pria tersebut. Dengan rakus dia menjilati dan menyedot-nyedot bibir vagina gadis cantik ini sehingga timbul suara yang sensual. Klitoris gadis cantik inipun juga tidak lepas dari jilatan pria misterius dan disusul dengan sodokan lidahnya kearah liang kemaluan Lina yang membuat gadis cantik ini semakin menggelinjang menahan rasa nikmat yang ditimbulkan oleh jilatan pemuda ini. Jika mulutnya tidak tersumpal kain, mungkin Lina sudah mendesah-desah tak karuan.
Saat Lina tengah merasakan rentetan kenikmatan, tiba-tiba dia merasakan adanya benda asing yang menerobos bibir kemaluannya dan melesak masuk. Ternyata batang kejantanan pria misterius itu sudah menyeruak masuk kedalam lubang kewanitaannya. Air mata menetes dari pelupuk mata dara cantik ini setelah dia tahu kalau dirinya tengah diperkosa oleh orang tak dikenal.
Dengan sedikit kesulitan, akhirnya batang kemaluan tersebut berhasil masuk dan langsung mengobrak-abrik seluruh jerohan dalam vagina Lina. Dengan perkasanya pemuda tersebut memompa tubuh Lina yang tak berdaya telentang diatas meja belajar SMU. Sembari ditemani nafasnya yang mendengus memburu tak karuan, pria misterius ini mempercepat sodokan-sodokan penisnya seolah ingin menghajar habis kemaluan Lina yang sedang menangis itu. Pria ini lalu membuka gaun Lina yang menutupi wajahnya dan Lina tersentak ketika dalam remang-remang dalam jarak dekat dia melihat wajah pria itu yang tak lain adalah Hendra, mantan pacarnya yang dia putuskan waktu dia masih kelas 2 di SMU ini.
“Lin. Akhh…kamu cantik sekali Lina. Akhh….jangan khawatir aku nggak akan cerita kepada siapapun.” Ucapnya sembari terus memompa tubuh Lina tanpa ampun. Payudara Lina sekarang juga tak luput dari remasan dan hisapan bibir mesum Hendra yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu tersebut sementara pinggulnya masih dimaju mundurkan untuk melesakkan penisnya berulang kali melewati bibir kecil vagina Lina yang sudah merah basah itu.
“Lina sayangku. I love you Lin…akhhh…” seru Hendra sembari mengejang tubuhnya. Lina paham betul kalau ini tandanya dia telah mencapai klimaksnya. Didorongnya tubuh Hendra dengan kedua kakinya yang masih bebas dan saat batang kejantanan Hendra keluar dari vaginanya itulah saat dimana pemuda ini berejakulasi. Cairan putih kental memancar mengarah kearah Lina yang terkulai tak berdaya. Sperma Hendra jatuh dan membasahi meja tulis dan sebagian terciprat ketubuh Lina. Perut, pusar dan bahkan beberapa bagian di buah dadanya tak luput dari semburan sperma pria ini.
Namun Lina sedikit tenang karena setidaknya Hendra tidak berejakulasi didalam rahimnya yang saat ini sedang subur. Walau bagaimanapun Lina tidak ingin punya janin dari pemuda bau kencur ini.
“Maaf Lin. Tapi aku ingin sebelum aku berpisah denganmu, aku bisa melepaskan keperjakaanku denganmu. Terima kasih yah. Lagipula aku tidak ingin bermusuhan denganmu karena aku masih cinta kamu.” Pemuda ini ngomong panjang lebar sebelum akhirnya melepaskan ikatan Lina dan meninggalkannya dalam kesendirian.
Bau sperma yang khas semerbak dari tubuh Lina yang waktu itu sudah mengenakan gaunnya lagi. Dengan taplak (celemek) meja dia menyeka bagian tubuhnya yang terciprat oleh sperma Hendra dan melemparnya kelarah meja guru. Sementara itu celana dalamnya yang sudah kotor terkena debu dia buang kearah jajaran bangku-bangku yang tersusun vertical di pojok ruangan. Lalu dengan langkah gontai dia keluar dari kelas dan menuju auditorium. Dalam benaknya dia sadar betul kalau mulai saat itu dia bukan hanya pernah bercinta denganku saja melainkan juga dengan Hendra, mantan kekasihnya.
Selama dalam acara musik, Hendra yang berdiri sendirian di ujung auditorium sering menatao Lina tajam dan tersenyum seolah ingin menunjukkan kemenangannya. Seolah ingin mengatakan kalau akhirnya dia berkuasa atas tubuh dara cantik ini.
Darah Lina seolah menggelegak seperti ada luapan amarah yang akan dia keluarkan dari dalam batinnya. Walaupun selama ini dia menyukai seks, tetapi hanya sebatas denganku saja dan itupun karena dia menyukaiku dan berhubungan intim atas dasar suka sama suka. Terang saja hal barusan membuatnya emosi. Saat amarahnya masih menggelegak hebat, datanglah seseorang pemuda culun bernama Indra menghampirinya. Pemuda berpotongan rambut ala 70-an itu datang menyalami Lina atas keberhasilannya meraih ranking satu di kelasnya.
Indra sebenarnya sudah lama naksir berat dengan Lina tapi apa daya karena wajah dan bodynya tidak mendukung dalam perebutan hati dara cantik ini. Walaupun wajahnya bisa dibilang agak manis tetapi potongan rambutnya membuatnya menjadi seperti tertinggal 20-30 tahun dari jaman sekarang. Belum lagi sifatnya yang super pemalu membuatnya berada di rantai makanan paling bawah di sekolahnya (yah seperti di sekolah kalian semua lah).
Sejenak kemudian muncul ide Lina untuk membalas hinaan Hendra kepadanya. Pemuda culun tersebut mendapatkan sebuah berkah tak terhingga malam itu. Lina menggandeng tangannya atau lebih tepatnya menyeretnya keluar dari auditorium dan menuju kearah kelas tiga yang berada di lantai dua gedung kelas utama. Lalu dengan paksa dia mendorong Indra kearah dalam ruangan tempat dia dinodai oleh Hendra barusan. Lalu dengan paksa pula dia mencium bibir Indra dan kedua tangannya sigap melucuti seluruh pakaian Indra sampai pemuda ini telanjang bulat.
Seolah tak percaya, Indra berusaha mengembalikan kesadarannya yang sebenarnya tidak kemana-mana sedari tadi. Dia masih tak percaya kalau sekarang ini di sedang ciumi oleh Lina dengan tubuh telanjang. Belum puas ia berciuman dengan Lina, tiba-tiba gadis itu melepaskan diri dari pelukan pemuda ini dan Lina meraih penis Indra yang berukuran kecil itu lalu mengocoknya dengan cepat seolah tak sabar menunggu penis tersebut siap.
“Lina…akhhh…” dalam sekejab saja batang penis Indra yang tidak seberapa itu sudah menegang. Mulut Indra mulai menyosor kearah bibir Lina dan mereka berciuman dengan mesranya. Lidah muda mudi ini saling bertautan diantara bibir mereka yang berciuman dengan penuh gairah.
Beberapa saat kemudian Lina mengarahkan tangan Indra kedalam gaun pesta yang dikenakannya dan menyentuhkannya dengan bibir vagina Lina yang sudah basah itu. Indra kaget bukan kepalang mengetahui Lina tidak mengenakan celana dalam dan dia tambah terangsang berat ketika Lina mengangkat kaki kanannya dan menyibakkan gaun pink nya keatas sehingga sekarang vagina Lina terpampang jelas didepan mata Indra.
Indra terbelalak kagum seolah tidak percaya akan hal yang sedang menimpanya sekarang. Namun dasar lelaki, nalurinya bekerja dengan baik, dengan perlahan dan sedikit takut-takut dia mengarahkan batang kemaluannya itu kearah bibir vagina Lina dan dalam beberapa percobaan seluruh penisnya telah amblas kedalam vagina Lina yang sedang mengangkang itu.
Babak berikutnya adalah saat dimana Lina memeluk tubuh Indra sementara kaki kanannya masih bertumpu pada bangku untuk guru pengajar dikelas itu. Sementara itu Indra masih dengan sibuk mengerjai vagina Lina dengan kemaluannya yang berukuran agak kecil itu. Sembari mengeluarkan suara-suara desahan yang bercampur dengan deru nafas, Indra mempercepat sodokannya sembari salah satu tangannya meremas-remas payudara Lina sementara tangan yang lain menyibakkan gaun Lina dan meremas pantatnya dengan gemas.
Dengan sebuah ciuman hangat cukup membuat gairah Indra tak terbendung lagi. Apalagi sekarang tangan nakal Lina sudah menjelajahi buah zakar Indra yang sudah membesar itu dan mempermainkannya. Beberapa menit kemudian, Indra mengejang merasa spermanya akan keluar.
“Tahan sebentar!” teriak Lina memperingatkan Indra. Lalu dara cantik ini melepaskan pelukannya dan mencabut penis Indra yang masih bercokol dikemaluannya lalu mengocoknya dengan cepat.
“Lin…akhhh…” nampak Indra berejakulasi ditangan Lina dan semprotan spermanya memancar membasahi dinding dan meja guru. Setelah beberapa saat kemudian saat Indra berhasil menguasai dirinya lagi dia mendekat ke Lina yang membetulkan gaunnya yang tadi acak-acakkan. “Terima kasih yah Lina. Akhirnya kamu mau memandangku. Aku suka kamu Lin.” Ucapnya kepada dara cantik ini namun sayang semuanya tidak digubris oleh Lina dan gadis ini hanya melenggang keluar dari ruangan tanpa sepatah kata apapun.
Saat dia akan menuruni tangga dia bertemu dengan Hendra dan meliriknya lalu berlalu sembari berbisik. “Aku tahu kamu tadi mengintip. Aku memang sengaja agar kamu tahu kalau kamu tidak bisa menguasaiku dan menyakitiku.” Ucap gadis ini pelan lalu berlalu dibalik tembok sekolah. Hendra sekarang sadar kalau sedari tadi dia sudah termakan jebakan Lina yang sengaja mempertontonkan persetubuhannya dengan Indra, temannya yang culun itu.
Walaupun seolah tegar tetapi akhirnya Lina menangis juga ketika dia menceritakan hal ini kepadaku. Saat melihat aku marah dan berniat memberikan Hendra pelajaran Lina mencegahku dan memelukku. “Sudahlah mas. Toh aku juga masih ada sedikit rasa suka sama dia. Sekarang aku tidak punya hutang apapun sama dia. Lagipula ternyata ada enaknya juga yah bercinta dengan orang asing walaupun aku dikuasai amarah waktu itu tetapi sensasinya tetap ada.” Lalu dara cantik ini tersenyum kecil sembari mencubitku mesra.
“Kamu mau sensasi lebih sayang?” kataku kepada Lina. Dia bertanya mengenai maksud ucapanku tetapi aku hanya menjawab setengah-setengah. “Ntar juga tahu. Tapi kalau kamu suka variasi, yang ini mungkin akan jadi hal baru bagi kamu.” Lanjutku sembari mencium bibirnya dan mengakhirinya dengan persetubuhan malam itu, dua malam setelah Lina melewati pesta perpisahannya di SMU.



----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh

1362

21Tahun.Sextgem.Com