16. Isi Sebuah Diary


Orgy Party, Menyewa Kolam Renang?

Esok harinya.Mickey membangunkanku. “Hei Adi. Wake up my man! Ike punya sesuatu untuk diketahui kamu.” Aku masih ingat benar kata-katanya yang satu ini, tata bahasa super ngawur. Dengan bercelana pendek dan tanpa baju dia mengajakku untuk keluar dari pondok cinta ini dan menuju kedaerah lain yang masih berada di cottage tersebut.
“See? How about that?” tanyanya padaku yang masih setengah sadar ini. Aku menggaruk-garuk rambutku yang masih acak-acakkan. Sepintas ada dua orang cewek bule yang melintas, sepertinya masih remaja atau istilahnya ABG (Anak Baru Gede lho bukan Angkatan Babe Gue) yang melintas disamping kami.
“That?” tanyaku sambil melirik kearah kedua cewek bule yang lumayan cantik itu. Memang mereka sedang mengenakan bikini saja waktu itu dan lekuk tubuhnya aduhai juga seperti bintang iklan di iklan alat olah raga di televisi. “That’s nice…beautiful…” kataku terbengong dan nampaknya kedua cewek bule itu menyadari kalau aku melirik mereka dan berbisik satu dengan lainnya lalu tertawa kecil sambil melirikku.

Mickey geleng-geleng lalu mengarahkan kepalaku kearah depan. “Not that’s. But that’s.” katanya lagi sambil menunjuk kearah sebuah pondok yang sedikit lebih besar dari pondok yang kami gunakan untuk menginap. “Ayah Anthony, my uncle. Dia bilang kita boleh pindah ketempat ini karena penghuninya sudah pindah kemarin pagi. How about that?” tanyanya meminta pendapatku.
“Well. That’s OK with me but, is there something wrong with our old place or this new place has something that interesting for you?” tanyaku kepada Mickey dan dia hanya tertawa pendek. Lalu dia mengajakku masuk kedalam pondok kecil itu. Berbeda dengan pondok lainnya yang tidak dibatasi dengan pagar, pondok satu ini dibatasi dengan pagar hidup berupa tanaman tinggi dan beberapa tanaman merambat. Begitu masuk kedalam pondok aku merasakan adanya suasana lain. Tempat santainya lebih luas dan dilengkapi dengan mini bar yang tidak ada di pondok kami sebelumnya. Saat aku membuka pintu belakang yang berbentuk pintu geser ala Jepang ini aku langsung terkesima. Sekarang aku tahu mengapa pndok ini diberi pagar tanaman melingkarinya karena dibagian belakang pondok ini terdapat kolam renang pribadi yang hanya diperuntukkan bagi pengguna pondok. Luasnya sekitar 10x10 meter. Belum lagi dengan dibagian pinggir kolam terdapat jajaran tempat untuk bersantai dengan bangku kolam renang yang bisa dilipat plus dengan mini gazebo. Semuanya sempurna untuk menjalani malam bersama-sama dan pesta.
“What the….” Aku tak sanggup berkata-kata lagi dan Mickey mengajakku ke lantai dua pondok ini. Karena ruangan santai diperlebar maka salah satu kamar dari tiga kamar yang ada di pindahkan di lantai atas. Berbeda dengan pondok lama kami yang hanya satu lantai, maka pondok yang satu ini mempunyai 2 lantai yang lantai duanya berisi satu kamar tidur dan beranda untuk bersantai yang menghadap kekolam renang. That’s perfect.
“Anthony’s fathers have given me a permit to use this place. Because he want me to have the best experience at his resort. Nah, sekarang tinggal kita berikan tahu kepada mereka mengenai perpindahan ini.” Sekali lagi tata bahasa hancurnya menghiasi ucapan bule satu ini. Tetapi tetap saja aku kagum dengan pondok satu ini, seperti menyewa satu vila kecil saja namun dengan suasana asri dan fasilitas ala hotel.
“Awww…keren bangettt…” jerit Lina dan Anyssa nyaris bersamaan ketika kami membawa barang bawaan kami ke pondok ini. Yuki dan Ryuji juga terlihat senang. Lalu Mickey mengajak kami semua untuk ke coffee shop yang pastinya diikuti dengan kegiatan belanja dan jalan-jalan. Viola mendesak agar Mickey mengajaknya bepergian untuk mencari cindera mata dan ingin ke pantai lagi. Walaupun sebenarnya tujuan ke Bali adalah untuk seks tetapi tidak lantas kami hanya melakukan aktifitas itu saja, karena pagi hari dan siang hari di Bali terlalu indah untuk dilewatkan.
Akhirnya Viola pergi ke pantai bersama Lina dan Anyssa karena Mickey ternyata diundang oleh om-nya yang merupakan ayah dari saudaranya Anthony untuk menemaninya keliling meliat kawasan wisata lain yang dia kelola. Kabarnya dia masih mempunyai 2 hotel di Bali dan beberapa toko cindera mata, belum lagi usaha lainnya yang tidak berhubungan dengan pariwisata. Seolah ingin memamerkan keberhasilannya kepada saudara-saudaranya di Belanda sana. Ryuji dan Yuki melewatkan waktu mereka di pantai dan berencana untuk pergi berwisata air (aku sendiri tidak tahu dimana temapatnya).
Semuanya pergi, hanya tinggal aku sendiri. Salahku juga yang terlalu susah dibangunkan ketika kembali tidur setelah memindahkan barang ke pondok baru ini. “Ugh…apaan sih ini?” gerutuku sambil menggerakkan badan malasku itu. Aku menyambar ponselku yang terus-terusan berbunyi. Terdapat 3 sms masuk dan semuanya dari Anyssa. Dia mengatakan kalau bakalan pulang sedikit malam karena diajak Viola untuk mencari cindera mata khas Bali. “Ugh…terserahlah.” Aku tidak membalasnya dan meraih handuk yang sedari tadi aku gunakan sebagai selimut lalu beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan shower.
“Mau pesan apa pak?” tanya seorang waitress kepadaku. Cewek ramah yang wajahnya lumayan cantik. Keturunan chinesse kalau dilihat dari matanya. Aku baru melihat sekali ini ada waitress yang bukan orang Bali asli karena setahuku kebijakan di cottage ini, terutama di coffee shop adalah pekerjanya adalah orang asli Bali sehingga dapat memberikan kesan kepada turis tentang kehidupan di Bali secara mendalam. Setidaknya itu alasan ayah Anthony, pemiliknya.
“Capuccino with Shrivel Chocolate, shaken and use Chip.” Sahut seseorang dari belakangku. Suara yang sepertinya kukenal betul namun sudah lama tak kudengar.
“Ranti. Kok kamu ada disini?” tanyaku ketika aku menemukan bahwa suara tadi pemiliknya adalah Ranti. Perempuan cantik ini dulu pernah menyerahkan keperawanannya kepadaku di cottage ini. Masih tetap cantik dan menggoda hanya saja sekarang dandanannya lebih berani.
Aku jadi teringat akan kebodohan perkataanku barusan. “Oh sorry. Aku lupa kalau kamu supervisor disini. Hehehe…maaf ya.” Kataku slengehan didepannya. Ranti memandangku sekilas lalu memesan secangkir minuman untuk dirinya sendiri. “Black Berry Shake.” Katanya lalu waitress itu pergi. Ranti kembali memandangku, “Hmmm, aku sekarang sudah menjadi manager di coffee shop ini juga merangkap sebagai supervisor dibagian tea house.” Katanya kepadaku.
Aku terkejut juga, “Hah. Sudah jadi manager dalam usia yang semuda ini? Luar biasa benar kamu ini.” Ranti hanya tersenyum kemudian memainkan jemari tangannya yang lentik itu.
“Kamu sendiri yang tidak pernah menghubungiku selama 6 bulan terakhir ini. Kalau bukan karena jaket kebanggaanmu itu aku tidak akan mengenalimu.” Kata Ranti dan itu cukup membuatku seperti disambar geledek. Ternyata selama ini dia masih menaruh harapannya kepadaku, harapan untuk bertemu lagi denganku. Sedetik kemudian terlintas rasa bersalahku kepadanya karena pernah menjadi pria yang merengut kesucian gadis cantik ini. Namun segera kubuang pikiran itu jauh-jauh.
“Maaf yah Ran. Aku sendiri sebenarnya ingin menghubungimu tetapi aku tidak ingin lebih menyakitimu lagi karena hubungan kita dimulai dari sesuatu yang salah. Kamu terlalu sempurna bagiku.” Kataku dan biasanya dengan kata-kata separuh gombal seperti ini dapat membuat cewek yang menjadi lawan bicaraku terbang tinggi hatinya seolah memiliki sayap.
Ranti terdiam dan menatapku tajam lagi. “Kamu ini seperti Plato saja. Pandai berfilsafat, tetapi kalau lihat cewek jadi seperti Pluto, matanya jereng hahaha…” candanya. Ranti sepertinya sudah menganalisa perkataanku itu dengan cepat dan segera tahu maksud aku berbicara seperti itu dan pertama kali dalam hidupku aku gagal menggunakan trik rayuan yang satu ini. Ranti terlalu pandai untuk ditipu dengan gaya ini karena cara berpikirnya terlalu rasional bahkan bagi seseorang manager sekalipun.
“Adi. Setelah ini kamu punya acara?” tanyanya kepadaku. Dan aku menggeleng pelan sambil menerima cangkir minumanku dari tangan waitress. “Aku ingin ajak kamu kesuatu tempat. Kebetulan di tempat ini ada arena bola sodok (pool). Kamu bisa khan bermain bilyard?” tanyanya kepadaku. Waitress yang tadi memberikan minumanku memandangi kami terus mungkin dalam hatinya dia berpikir keras, bagaimana bisa managernya yang cantik itu mengajak kencan seorang pria yang nggak jelas macam aku ini atau mungkin berpikir sesuatu perbandingan yang lebih buruk lagi. Intinya aku dibuat seperti kartu mati didepan mereka.
“OK kita kesana.” Kataku kepada Ranti. Kemudian setelah kami menghabiskan minuman kami, aku dan Ranti menuju ke arena bola sodok (bilyard, pool atau apalah kalian biasa menamainya).
“Hah! Di ruangan tertutup?” tanyaku heran. Ternyata arena ketangkasan ini terdapat dua jenis, jenis pertama adalah dimana meja-meja bilyard di tata di satu ruangan besar dan dipakai bersama sementara jenis kedua adalah bagi yang ingin privasi, terdapat satu meja di ruangan khusus tertutup. Ruangan tertutup atau meja private ini hanya terdapat 5 buah di cottage ini. Aku dan Ranti berada di salah satunya.
“C’mon. Kamu nggak takut khan?” tantangnya kepadaku. “Kita buat taruhan! Mau? Tapi kamu yang tentuin.” Katanya lagi sambil menata bolanya.
“Well, aku sih mau-mau saja. Gimana kalau taruhannya siapa yang kalah harus membuka selembar bajunya? Pasti kamu nggak berani heheheh.” Kataku yang sebenarnya bercanda ini. Lagipula aku sendiri mana mungkin bisa menang kecuali kalau permainan Ranti lebih buruk dari permainan burukku ini. Diluar dugaan gadis cantik ini malah menyetujuinya dan memintaku bersiap karena dia berkoar akan menelanjangiku tanpa ampun.
Sepuluh menit kemudian, kami berdua akhirnya berhasil memasukkan bola yang terakhir. Butuh waktu yang cukup lama bagi aku maupun Ranti untuk berhasil membidik sasaran kami dengan benar. Ternyata Ranti sama amatirnya denganku. Dengan sedikit kemujuran saja aku sudah berhasil mengalahksnnya dalam set pertama di permainan 9 bola ini.
Ranti lalu kembali menata bola dan bersiap melakukan break shot. Kali ini Ranti sudah melepas baju lengan panjangnya. Aku beruntung sebelumnya dia sudah menanggalkan blazer-nya sehingga sekarang aku sudah dapat memperoleh pemandangan payudaranya yang indah tetapi tentu saja masih bertutupkan bra warna pink. “Wow payudaramu luar biasa. Tambah seksi saja kamu ini Ran.” Kataku sembari mendekatinya dari belakang dan sesaat kemudian aku meremas payudara putihnya itu yang masih berbalut bra.
“Adi…akhhh. Jangan begitu! Nanti aku nggak bisa konsentrasi. Akhhh…” desah Ranti sambil tangan kirinya memegangi tanganku yang sudah mulai berani menyusup kedalam bra tipis yang dia pakai.
“Justru itulah tujuannya. Lagipula rejeki masa’ disia-siakan. Hehehe.” Balasku sambil tergelak. Sekarang kedua tanganku sudah berani meremas lebih liar lagi kepada payudara Ranti. Dara cantik ini mendesah-desah ketika puting susunya aku pilin dengan kedua jemari tanganku. Ranti nyaris tak dapat lagi menahan libidonya ketika setelah payudaranya mulai memerah, secara tak sadar gadis cantik ini membuka kedua pahanya sehingga seperti posisi mengangkang sekarang.
Tanganku mulai meraba-raba paha mulus Ranti yang masih tertutup rok span warna gelap itu. Kuusap perlahan kemudian menuju kedaerah bagian atas yaitu selangkangannya. “Ughhh…Adi…” rintih Ranti ketika jemariku dengan nakalnya mulai membelai selangkangan dara cantik ini. Mulutnya mendesah perlahan ketika jemariku dengan lembut membelah bibir vaginanya yang masih bertutupkan celana dalam warna pink itu.
Celana dalam Ranti dalam sekejap telah basah seiring dengan semakin liarnya permainanku di bibir vaginanya. Salah satu tanganku sekarang merembet kebagian atas tubuhnya dan menyelipkan tanganku dibalik bra ketatnya. Sejurus kemudian aku berhasil menyentuh puting susunya yang ternyata sudah mengeras. Jemari tangan kananku meremas payudaranya bergantian dan memilin putingnya sementara itu tangan kiriku menggesek klitoris dan bibir vagina Ranti sehingga membuat gadis cantik ini semakin lemas tak kuasa menahan rangsangan jemari tanganku. Apalagi setelah celana dalamnya sudah lepas dari pahanya yang mulus itu. Dalam waktu dua menitan saja, sekarang dara cantik ini sudah tinggal mengenakan rok pendek span dan bra yang sudah nyaris lepas tergantung di lengan tangannya. Buah dada Ranti yang ranum itu terguncang-guncang ketika gadis ini menggelinjang keenakan dengan stimuli kedua tanganku di vagina dan payudaranya.
“Akhhh…” Ranti tersentak ketika merasakan bahwa bibir vaginanya di belah oleh sesuatu yang bukan jari tangan lagi, sesuatu yang jauh lebih besar yaitu batang penisku yang sudah sedari tadi tidak tahan melihat tubuh mulus Ranti. Dara ini terpekik tertahan ketika rasa sakit melanda vaginanya. Memang batang kemaluanku yang sekarang ini lebih besar dari pada saat aku memerawani dara cantik ini. Salah satu tangan Ranti berusaha mencegah tekanan batang kejantananku atas liang kemaluannya yang masih sempit.
“Ranti…aku masukin yah? Akhhh…” erangku sambil menyodokkan batang kejantananku kedalan lubang senggama Ranti yang telah basah. Entah karena syaraf otot vaginanya yang terlalu tegang ataukah karena memang ukuran penisku yang baru ini terlalu besar untuknya, saat aku melakukan sodokan penetrasi terasa sangat sulit sekali. Namun akhirnya dengan sedikit sentakan akhirnya separuh batang kemaluanku sudah berhasil masuk ke liang surga cewek cantik ini. Ranti menjerit tertahan dan secara reflek tangannya yang memegang tongkat bilyard menyodok kearah bola cue dan tak sengaja melakukan break shot. “Wow. Di saat seperti ini saja kamu masih bias melakukan break shot yang bagus Ran.” Kataku pada cewek cantik ini. Belum sempat Ranti menjawab perkataanku, dia kembali mengejang ketika aku kembali menusukkan batang kemaluanku yang sebelumnya sudah separuh masuk hingga masuk seluruhnya dengan beberapa kali sodokan paksa.
Terlihat bibir luar vagina Ranti ikut amblas masuk seiring dengan penetrasi penisku yang besar itu, dan Ranti seolah semakin berusaha rileks setelah seluruh batang kejantananku akhirnya berhasil masuk secara sempurna. Nafasnya naik turun berusaha mengendalikan dirinya kembali. Aku mendiamkan batang kemaluanku bersarang di dalam vagina gadis cantik ini untuk memberikan waktu kepadamya untuk mengumpulkan kekuatannya lagi dan agar vaginanya terbiasa dengan batang kemaluanku ini. Alasan lainnya adalah karena pijatan otot-otot vagina Ranti memang luar biasa sehingga mampu membuat batang kemaluanku ini nyaris menyemburkan spermanya jika saja tidak kutahan.
Setelah Ranti sudah berhasil menguasai dirinya kembali, dengan kedua tangannya bersandar diatas meja bilyard, aku menggasak vaginanya dengan pompaan penisku. Gelambir vaginanya sudah mulai mencuat keluar, menjadi ciri bahwa sang empunya sudah pernah berhubungan intim dengan pria. Seiring waktu yang berjalan, aku semakin mempercepat sodokan penisku dan semakin berani mengeksplorasi gaya tusukanku.
Ranti kembali mengerang ketika dengan tiba-tiba dari arah belakang aku menyodokkan penisku dengan cepat sehingga menyentuh rahimnya. “Akhhh…sakit…pelan…akhhh.” Desahnya disela-sela pompaanku. Cairan kewanitaannya semakin banyak yang keluar dan meluber keluar sehingga membasahi karpet diruangan itu dengan tetesannya.
Lalu aku memperlambat pompaanku terhadap vagina dara cantik ini dan kesempatan itu dipergunakan Ranti untuk mengambil nafas panjang. Kuraba payudara cantiknya dari arah belakang dan dengan penuh nafsu aku meremas kedua buah dadanya yang besar dan putih mulus itu sehingga kembali Ranti melenguh merasakan kenikmatan. Beberapa detik kemudian dengan pompaan lambatku, Ranti menegangkan kedua pahanya dan tangannya seolah ingin mencakar meja bilyard itu. Kepalanya menunduk dan tubuhnya menggelinjang hebat, Ranti mencapai orgasmenya saat itu.
Aku dapat merasakan cairan hangat membasahi batang kemaluanku seiring dengan remasan kuat dinding-dinding vaginanya terhadap penisku yang masih bercokol didalamnya itu. Begitu aku merasakan remasan dinding-dinding vaginanya sudah mengendur dan orgasmenya sudah hampir selesai, dengan sekuat tenaga aku menusukkan batang kejantananku lagi kearah kemaluan perempuan ini. Ranti menjerit pelan, “Akhhh….Adi…pelan…” protesnya namun tak aku gubris lagi. Aku malah mempercepat sodokan-sodokan batang kemaluanku di vaginanya yang masih sempit ini.
“Ran, kamu benar-benar punya memiaw yang aduhai. Penisku serasa dipijat-pijat dari tadi.” Pujiku sambil tetap memompa batang tongkolku didalam liang kewanitaannya sembari kedua tanganku tak henti-hentinya meremas payudara ranum milik dara ini dan menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya. Ranti sekarang sudah mulai dapat menikmati pompaanku yang berirama cepat ini. Klitorisnya terkadang ikut masuk melesak kedalam tiap kali batang kejantananku melolosi bibir vaginanya.
Desahan kami berdua bersahutan memenuhi ruangan kecil itu. Untungnya ruangan tersebut kedap suara sehingga desahan kami tidak sampai terdengar keluar. Rambut Ranti sudah mulai acak-acakan sementara keringat membasahi tubuhnya yang seksi itu.
Lima menit kemudian aku merasakan batang kejantananku sudah berkedut kencang dan seolah ingin menyemburkan lahar kenikmatannya. Aku percepat sodokanku lalu di sodokan terakhir aku menghunjamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Ranti lalu menyemprotkan spermaku didalam lubang vagina dara cantik itu berulang-ulang. Ranti ambruk ke meja bilyard dengan setengah tubuh terjuntai kebawah sementara dari belakang aku masih mendekap gadis cantik ini dan masih menancapkan penisku didalam vaginanya.
“Kamu seperti kesetanan Di. Dulu kamu nggak seliar ini. Dulu juga penismu tidak sebesar sekarang.” Ranti berkata sambil memandangku sayu. Aku bias melihat raut muka penuh kepuasan didalamnya. Gadis cantik ini lalu menarik lepas batang kemaluanku dengan perlahan yang masih bercokol didalam vaginanya dan sesaat kemudian cairan putih kental mengalir dari bibir vagina dara manis ini yang sekarang sudah berbentuk lubang menganga seperti huruf O dan gelambirnya juga sudah separuh keluar, mungkin karena besarnya penis yang telah menjajah liang vaginanya barusan.
Ranti berjongkok dihadapanku lalu dia memasukkan batang kemaluanku yang masih belepotan sperma dan cairan kewanitaannya itu kedalam mulutnya lalu mengoralnya perlahan. Walaupun belum mahir tapi aku bisa di buat merem melek oleh emutan dan jilatan lidah dara ini. “Ternyata kita sama-sama kesetanan yah Ran.” Ucapku sambil tersenyum. Sepuluh menit kemudian aku kembali berejakulasi tetapi kali ini didalam mulut Ranti dan terciprat di wajah cantiknya itu.
Setelah puas dengan olah syahwat didalam ruangan itu kami berdua keluar walaupun sudah merapikan diri namun tetap saja tidak dapat menunjukkan kesan kalau kami sudah mencapai kepuasan barusan. Saat kami berpisah di luar coffee shop, aku menerima sms dari Dhea yang mengatakan kalau dia tidak bisa ikut ke Bali karena dia harus menjaga ibunya yang sakit flu.
Akhirnya aku kembali juga ke pondok tempatku menginap. Hari sudah sore dan aku melihat kalau sudah ada sandal dan sepatu di luar pintu berarti sudah ada yang kembali dari acara jalan-jalannya. Ketika aku membuka pintu yang menuju ke kolam renang aku terkejut karena ternyata semua sudah tiba disana dan sedang asyik berenang.
Lina mendatangiku dengan bikini yang baru saja dia dapatkan dari Viola. Bikini warna biru muda yang sangat tipis dan seksi dengan pengait hanya berupa tali. “Dari mana aja hoyoo…? Semua sedang nungguin mas Adi nih. Kita pesta BBQ disini sambil menunggu matahari tenggelam.” Kata Lina kepadaku yang kemudian mengapit tanganku menuju ke kolam renang. Payudaranya yang kenyal terasa di lenganku dan sesekali aku sodokkan ringan ke arah buah dadanya yang ranum itu. Lina melirikku sambil tersenyum, “Sudah pengin ya?” godanya sambil membuka bagian atas bikini yang ia kenakan sehingga sekarang kedua payudara montok Lina tak terlindung apa-apa lagi. Semua melihat kearah Lina termasuk Anyssa, kakaknya. Dara cantik ini menganggap seolah tak ada yang terjadi dan dengan santainya dia menceburkan dirinya kedalam kolam renang dengan hanya mengenakan celana dalam bikini.
Aku lalu membuka pakaianku dan hanya dengan mengenakan celana boxer aku terjun ke kolam renang menemani Lina. Gadis itu sedang berbincang dengan Yuki yang juga sedang berada didalam air ketika aku diam-diam mendekatinya dari belakang. Aku kemudian merangkulnya dari belakang dan meremas-remas payudara ranum miliknya ini. Lina kaget namun segera menguasai dirinya kembali dan mulai dapat menikmati remasan tanganku di buah dadanya itu.
“Ugh, dasar cowok mesum. Liat toket nganggur aja nggak bisa.” Ejeknya padaku dan sekarang Lina memposisikan dirinya berhadapan denganku lalu kami berciuman dengan panasnya. Kedua tanganku masih menjelajahi bukit kembarnya sambil sesekali meremas pantat putih mulusnya yang padat. Tangan gadis remaja ini menuju kearah celana boxer yang kupakai. Lalu disusupkannya tangannya itu kedalam celanaku dan menemukan batang penisku dengan jemari tangannya yang lentik. “Ih! tongkolnya mas Adi kok udah berdiri gini. Pasti penginnya dah dari tadi ya…” canda Lina kepadaku yang kemudian memelorotkan celana yang kupakai hingga lepas dan mengocok batang kejantananku dengan penuh perasaan.
“Wow. Your sister sure know how to handle a guy.” Kata Viola kepada Anyssa yang waktu itu duduk santai di kursi kolam renang. Anyssa hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Viola.
Beberapa saat kemudian, Mickey datang mendekati Anyssa yang sedang duduk santai lalu menawarkan minuman cocktail kepadanya. “Hey, kenapa kamu tidak join dengan adik kamu?” tanya Mickey pada pacarku itu. Anyssa hanya menjawab kalau dirinya sedang malas bercinta lalu menenggak minuman pemberian Mickey.
Sementara itu, aku dan Lina sudah stand by dengan posisi setengah berpelukan. Kedua tangan Lina mengait pada leherku sementara kedua tungkai kakinya melingkar dan berpegang erat pada pinggang dan punggungku. Lina lalu nenciumiku lagi sementara aku dengan bantuan tangan kiriku memposisikan batang kejantananku untuk menyusup dibalik celana bikini Lina yang super tipis dan mini itu.
Begitu ujung penisku sudah sedikit masuk kebagian bibir dalam vagina cewek cantik ini, aku lalu mendorong penisku menyeruak masuk. “Akhhh…mas Adi. Masukin terus mas…!” desah dara cantik ini dengan suara seksinya. Dalam beberapa sodokan akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh batang kemaluanku didalam vagina adik pacarku ini.
“Wah rasanya lain kalau di dalam air Lin. Sensasinya lain, memiawmu jadi lebih legit dibuatnya hehehe…” candaku. Lalu kumulai pompaanku pada vagina dara ini dan rasanya sangatah nikmat karena sensasi pijatan otot vagina Lina semakin terasa didalam air. Belum lagi tekanan air membuat adegan persetubuhan kami menjadi seperti slow motion saja. “Akhhh…ngent*tan didalam air memang nikmat.” Desahku sambil merubah gaya tusukan penisku menjadi memutar di liang senggama Lina. Klitoris dara cantik ini kembali keluar masuk bibir vagina karena gesekan dengan batang kemaluanku yang besar.
Lina sekarang semakin memelukku erat dan menciumiku lebih liar dari sebelumnya. “Akhh…tongkolnya mas Adi kegedean nih. memiawku jadi susah muatinnya….akhhh…” erang cewek cantik ini sambil sekarang berusaha untuk mengangkat dan menghunjamkan sendiri pinggulnya kearah penisku yang masih tegang di vaginanya. “ent*tin Lina lagi mas! ent*tin Lina sampai mas Adi puas.” Desah adik kekasihku ini yang kemudian kubalas dengan mempercepat sodokan penisku didalam vaginanya.
Lima menit kemudian, aku mengejang dan memeluk Lina erat-erat sambil melesakkan penisku sedalam-dalamnya di lubang vagina cewek cantik ini. Lina terpekik, “Mas Adi….keluarin didalam saja mas…akhhh…aku ingin memiawku disiram sperma mas Adi.” Pinta Lina yang sudah tahu kalau aku akan mencapai orgasmeku. Dalam beberapa tusukan, akhirnya aku memuntahkan cairan cintaku didalam lubang vagina Lina.
“Kamu benar-benar hebat Lin. memiawmu membuatku lupa diri. Sempit dan pijatannya hebat.” Pujiku sambil menciumnya. Saat Lina beranjak dari kolam renang, aku melihat ada beberapa cairan spermaku yang keluar dari vagina dara cantik ini dan bercampur dengan air kolam renang. Untungnya kolam renang ini mempunyai water sirculation yang sangat baik lengkap dengan penyaring kotoran sehingga air kolam tetap bersih.
Lina melenggang dengan hanya mengenakan celana bikininya lalu menyambar handuk dari kursi santai didekat Mickey duduk. Gadis itu tersenyum nakal kepada Mickey yang lalu dibalas Mickey dengan usapan lembut di buah dada Lina yang masih basah itu. Cewek itupun lalu berlalu dan masuk kedalam pondok. Anyssa yang melihat tingkah adiknya hanya terdiam, mungkin dalam hatinya ada rasa cemburu juga mengingat aku adalah kekasihnya.
Aku lalu duduk di kursi santai kolam renang. Aku melihat kearah Yuki yang masih terkesima melihat permainanku tadi bersama Lina. Cewek Jepang inipun mendekatiku yang sedang telanjang dengan batang kejantanan setengah lemas. “Sumimasen.” Kata Yuki yang lalu menyentuh batang kemaluanku dengan tangannya yang lembut. Aku pura-pura tidak terkejut dan menikmati saja ketika tangan Yuki mengocok batang kemaluanku dengan lembut dan diluar dugaan karena detik berikutnya, Yuki membuka mulutnya dan memasukkan batang kemaluanku kedalam mulutnya yang mungil itu. Ryuji seperti akan protes tetapi takut merusak perjanjian kami sebelumnya tentang peraturan tidak boleh protes atas apa yang dilakukan pasangannya.
Buah dada Yuki yang menggelayut dibalut oleh bra bikini yang tipis membuat tanganku tak kuasa untuk tidak menjamahnya. Gadis Jepang ini membalas remasan tanganku dengan mencopot bra miliknya. Sekarang payudara Yuki yang putih mulus itu terbentang bebas. Putingnya yang bewarna coklat muda kemerahan itu sudah mengacung mengeras sedari tadi. Yuki seolah tak peduli dengan kondisi sekitar dan menikmati remasan tanganku di buah dadanya bahkan sesekali dia melenguh menahan nikmat dengan cukup keras tanpa malu. Walaupun Yuki belum mahir betul melakukan oral seks tetapi dia telah berhasil membuatku kewalahan. Dalam 15 menit berikutnya batang kemaluanku kembali menyemburkan cairan spermanya tapi kali ini didalam rongga mulut Yuki dan hebatnya lagi langsun ditelan oleh istri Ryuji itu. Lalu gadis Jepang itu mencium bibirku, “Arigatou. Kimochi desu.” Lalu menyusul Lina kedalam pondok tanpa penutup payudaranya.
Entah mengapa kalau barusan tadi sepertinya Yuki melakukannya karena motif lain dan bukan karena benar-benar horny. Mickey tertawa melihat kejadian tadi, “Damn. Your cock really something dude.” Sambil menyeruput minumannya sampai habis. Sepertinya Mickey juga telah horny. “Well. Sudah jam lima lebih tiga puluh menit. Bagaimana kalau kita dinner dulu? Ike sudah memesan makanan dan sebentar lagi juga datang.” Kata Mickey dan semua setuju.

Orgy Party, Japan Adult Game




Makan malam kala itu benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan BBQ yang kami lakukan sore tadi mengingat BBQ tadi gagal total akibat banyak sosis yang gosong waktu dibakar karena nyala api yang tidak bisa dikecilkan karena alat pengukur besar api rusak, salah satu minus side dari cottage ini. Menu makan malam kali ini adalah lobster dengan kerang dan salad. Benar-benar makan malam yang hebat, ditambah lagi dengan beberapa botol Brandy impor dari USA.
“Nah sekarang aku perkenalkan mainan baru yang baru kubeli waktu aku mengunjungi Jepang.” Kata Mickey yang kemudian masuk kekamarnya dan membawa sebuah kardus sebesar kardus TV berukuran 26 inci tetapi lebih ringan dan tidak begitu tinggi. “Lets make our party become more interisting with this.” Katanya lagi sambil membuka isi dari kotak itu.
Ternyata isi kardus itu adalah semacam permainan roulette yang digabungkan dengan permainan kartu dimana tiap orang memilih kartu pemain yang masih tertutup dan berperan sebagai pemain 1, pemain 2 dan seterusnya ditambah dengan kartu berisikan hukuman bagi yang kalah. Dapat kutebak kalau kartu hukumannya berkisar tentang seks. Pertama-tama aturannya adalah semua player tidak boleh mengenakan baju sehelaipun. Karena pada dasarnya kami semua sudah pernah bercinta satu sama lain maka peraturan tersebut tidak sulit.
Akhirnya kami bertujuh bugil total dan duduk melingkari papan permainan di ruang santai. Terkadang aku bingung juga untuk apa ada alat-alat aneh yang menjdi pelengkap permainan, tapi setelah aku perhatikan ternyata aku pernah melihat alat-alat itu di vcd porno milikku terutama di vcd porno Jepang.
“My first. Im the first player. Let see…just rolling this roulette isn’t?” kata Viola lalu memutar roulettenya. “Wohoo…I got that.” Seru perempuan bule itu ketika berhasil menghentikan jarum roulette di kotak ‘king’ dimana pemain yang memperoleh kotak ‘king’ diperbolehkan menyuruh salah satu player yang kalah untuk mengambil kartu hukuman.
“Now I want you to choose your punishment card.” Katanya sambil menunjuk kearah Lina. Mau tak mau adik pacarku itu harus memilih kartu hukumannya. “Huhuhu…now…now.” Gelak Mickey ketika melihat kartu Lina. Dara cantik itu harus menahan dildo kecil berbentuk telur (biasa dinamai ‘the egg’ atau ‘egg’ di Jepang) di vaginanya sampai 2 hukuman lainn menimpanya. Egg tersebut bervibrator layaknya dildo listrik dan kecepatan getarnya di set ke maksimum oleh Viola.
“Ekhh…ekhhh…geli….akhhh…” desah Lina berusaha untuk duduk kembali di karpet busa dengan vibrator bersarang di dalam vaginanya. Kami semua tertawa kecuali Yuki yang sepertinya masih sedikit risih dengan permainan ini.
Giliran berikutnya adalah Anyssa dan lewat dengan aman karena dia hanya disuruh memperlihatkan bagian dalam vaginanya untuk dilihat atau di potret. Vagina putihnya terbentang jelas setelah kedua pahanys membuka juga bibir vaginanya.
Selanjutnya adalah Ryuji yang memperoleh kotak ‘idle’ dari roulette dan tandanya dia tidak boleh memutar roulette di ronde berikutnya tetapi langsung membuka kartu hukuman. Permainan ini memang aneh tetapi dengan lawan main cewek-cewek cantik yang bugil membuat suasana menjadi menyenangkan sekali. “fish!” umpat Mickey ketika memperoleh kotak hukuman. “Let see what I’ve got.” Katanya sambil membuka kartu. Ternyata hukumannya adalah mengoral kemaluan lawan jenisnya dan yang dia pilih adalah Anyssa, pacarku. Dengan posisi duduk bersandar dengan kedua lengan yang menyangga tubuhnya kearah belakang dan kaki membuka lebar, Anyssa mempersilahkan Mickey untuk menjilati vaginanya yang mash kering itu.
Mickey sih senang saja mendapatkan hukuman yang satu ini karena menurutku dia memang sudah mengincar Anyssa sejak awal mereka bertemu. “Akhhh…lidahmu besar sekali Mick. Ya…disitu…jilat di bagian itu….akhhh…terus…!” desah Ani ketika lidah panjang Mickey mengobrak-abrik liang kemaluan pacarku itu. Ani mendesis tak karuan menahan rasa geli campur nikmat dari jilatan Mickey. “Akhhh…terus Mick…” desahnya lagi sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Aku heran juga dengan perubahan sikap Anyssa yang dulu tidak pernah se-agresif ini saat ada aku.
Walaupun tidak sampai orgasme tetapi cukup membuat Ani lemas mendapat perlakuan itu. Permainan terus berlanjut dan hukuman demi hukuman bermunculan. Sudah lima ronde sekarang dan aku melihat Lina lemas terkulai dengan dua buah dildo menancap di vaginanya. Dildo tanpa getar yang berukuran small itu menancap di liang kemaluannya yang sudan belepotan cairan sperma dan pelumas. Tadi Lina sempat dikerjai saat masih mengenakan dua dildo itu dengan hukuman di pompa bersama dengan dildonya. Sementara itu aku-lah yang bertugas menjadi eksekutornya. Dengan penis besarku walaupun dibantu dengan pelumas namun susah juga mengingat vagina Lina termasuk vagina yang elastis namun sempit. Apalagi ditambah dengan dua dildo tersebut membuat penetrasiku semakin susah saja dibuatnya. Lina berulang kali akan teriak tapi mulutnya di bungkam oleh Viola dan Ani. Dengan posisi terlentang, dia hanya bisa pasrah ketika vaginanya yang sempit itu harus dihajar dengan kondisi yang cukup menyakitkan. Untungnya setelah beberapa menit aku memompanya, vagina dara cantik ini sudah mulai dapat menyesuaikan walaupun hal tersebut membuat bibir vaginanya menjadi berubah bentuk setelah aku genjot habis-habisan dengan penisku bersama dildoku. Dalam sepuluh menit aku telah menyemprotkan stok spermaku didalam rahim gadis cantik ini. Lina hanya bisa lemas tanpa punya tenaga untuk berkata apa-apa lagi dan merasakan cairan hangat milikku meluber di vaginanya lalu meleleh keluar lewat rongga bibir vaginanya.
Viola juga tidak begitu beruntung mengingat dia harus mengoral vagina sesama cewek dalam hal ini yang kena adalah Yuki sementara itu vagina Viola dijejali bermacam vibrator kecil hingga dia orgasme berulang-ulang. Tidak cukup hanya dengan itu saja, lubang anus Viola juga harus disodomi oleh Ryuji disaat yang sama. Entah penderitaan atau kenikmatan seperti apa yang dirasakan Viola kala itu. Yang jelas setelah semuanya usai vagina Viola memerah dan belepotan cairan cintanya sendiri sementara anusnya basah oleh sperma Ryuji. Viola sendiri lemas terkulai seperti Lina.
Yuki? Gadis cantik dari Jepang ini hanya terduduk lemas di kursi makan ketika dia diharuskan menerima pompaan penis di vagina maupun anusnya dalam posisi duduk. Mickey memangku tubuh Yuki yang menghadap dirinya sambil menusukkan batang kejantanan bulenya itu kedalam vagina Yuki sementara anusnya aku sodomi dengan bantuan kondom berpelumas agar lancar. Yuki merintih tiap kali vagina maupun anusnya dipompa bersamaan. Dara Jepang ini berulang kali orgasme dalam 15 menit permainan panas kami. Mickey menyemprotkan spermanya kedalam liang vagina Yuki sementara itu aku berejakulasi di pantat gadis cantik ini dan beberapa cairan cintaku membasahi rambut panjangnya yang terurai. Untungnya aku telah minum suplemen yang dibawa Mickey sehingga aku dapat mempertahankan staminaku walaupun sudah berejakulasi berulang kali dalam waktu dekat karena walaupun aku termasuk tahan berhubungan intim sampai berjam-jam tetapi tetap saja jika dalam waktu satu jam berejakulasi sampai 5 kali tetap merupakan hal yang melelahkan apalagi sebelumnya aku sudah bercinta dengan Ranti dan Lina.
Sementara itu adegan yang paling terkini adalah Anyssa, pacarku yang sedang jongkok menduduki dildo vibrator berukuran besar yang menusuk vaginanya dengan gerakan otomatis naik turun dan berputar dengan getaran. Sementara itu kedua tangannya sibuk menservis ketiga penis milikku, Ryuji dan Mickey dengan bergantian mengocok dengan kedua tangannya dan mulutnya. Bergantian penis kami bertiga di oral oleh Ani dengan bibir sensualnya dan permainan lidahnya yang wahid. Sesekali dia mencoba mengoral dua penis bersamaan walaupun hanya dapat memasukkan sedikit ujung kepala penis itu.
“Wow…your girlfriend is hot and expert felatio (sebutan kerennya untuk oral seks). My dick wanna blow now.” Racau Ryuji ketika batang kejantanannya keluar masuk mulut pacarku dengan ujung kemaluannya yang sudah berair itu terkadang dijilati oleh Ani.
“Hahaha…you right my friend. She really know how to handle a man cocks. Really amazing…” puji Mickey sambil mengarahkan bibir Anyssa untuk menservis penisnya. Sekarang baik Ryuji maupun Mickey berlomba memperoleh jilatan dan kuluman mulut pacarku. “Akhhh…damn hot babe…” seru Mickey lalu berejakulasi di wajah Anyssa yang kemudian disusul oleh Ryuji yang berejakulasi di buah dada Ani yang menggantung kencang itu.
“Akhhh…Anyssa….” Seruku sambil menyemprotkan spermaku didalam rongga mulutnya yang lalu dia telan. “Akhh. tongkolku bener-bener udah gak kuat sekarang say.” Kataku sambil mengurut penisku yang masih tegang.
“Asalkan kamu senang, aku juga senang kok. Lagipula sekarang sudah bisa menikmati permainan ini. Kalo tongkolmu lemes jangan sering main ma adikku, emangnya memiawku saja belum cukup sampai perlu vagina adikku.” Rajuk Anyssa lalu mencopot dildo dari vaginanya. Ternyata dia juga sudah mencapai klimaks.
Aku terkekeh lalu duduk di sebelahnya. “Habis aku gemas ma adikmu. Mumpung dia belum punya pacar. Ntar kalo udah punya pacar kan, memiawnya bakalan dibagi sama pacarnya.” Candaku sambil memberikan tissue basah pada pacarku itu.
Anyssa menatapku tajam, “Oh jadi gitu. Tapi karena di cottage ini kita boleh gila-gilaan, maka aku juga akan sama gilanya dengan kamu. Aku sebenarnya sayang denganmu tetapi kamu udah bikin aku gila seks seperti ini. Gimana kalau tidak bisa berhenti nantinya? Lagipula kamu khan milikku bukan adikku. Kalo mau ngent*tan sama cewek lain silakan tetapi jangan dengan adikku. Aku cemburu nih.” Baru kali ini aku mendengar pengakuan dari Anyssa. Memang dirumah, Lina selalu diperlakukan secara istimewa oleh seluruh anggota keluarganya sementara Anyssa tidak. Mungkin hal itu yang mendasari keirian hati pacarku itu.
“Lah khan gak boleh protes. Itukan aturannya..bebas. heheeheee…” balasku sambil menggodanya. Aku sempat melihat raut muka kejengkelan diwajah dara cantik ini.
“Huh…OK kalo gitu. Aku juga bakal sama gilanya…gak boleh protes lho. Khan ada aturannya….” Balas Ani sambil menuju ke kamar mandi. Aku penasaran juga dengan apa yang akan dia gunakan untuk memanasiku.
Malam itu kami tertidur karena kecapaian walaupun tidak dipungkiri kalau kami memperoleh kepuasan masing-masing di permainan seks itu. Sekitar jam sepuluh malam aku tertidur dengan berselimutkan tubuh dua dara cantik, Lina dan Anyssa.



----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh

1283

21Tahun.Sextgem.Com