19. Isi Sebuah Diary


Paginya merupakan hari terakhir bagi kami untuk bersama-sama di cottage ini. Yuki dan Ryuji masih ingin di Bali untuk 3 hari mendatang sementara Mickey sudah terburu-buru pulang karena masalah kantornya yang dijadwalkan melakukan tender bersama dengan perusahaan lain.
Singkatnya aku bersama dengan Lina dan Anyssa kembali pulang ke Jogja sementara itu Mickey dan Viola kembali ke Belanda. Kami berpisah dengan Ryuji dan Yuki di bandara Ngurah Rai.
Hari-hari berikutnya aku lalui dengan kenangan yang cukup banyak membombardir pikiranku. Aku memikirkan Anyssa yang sudah mulai banyak berubah, dia menjadi semakin liar saja bahkan saat di diskotik di Bali pada hari terakhir dia bercinta dengan orang yang tidak dia kenal dimuka umum pula, jelas itu tidak seperti Anyssa yang dulu pernah kukenal. Lina juga sudah mulai berubah sedikit demi sedikit dia sudah meniru sifat kakaknya yang easy going terhadap ajakan pria. Dia juga sudah tidak begitu mengidolakan diriku seperti sebelumnya, mungkin karena pengaruh percintaannya dengan orang lain membuat kadar cintanya padaku sedikit luntur. Itu semua terlihat jelas dimataku.

Pada suatu malam aku sendirian berkeliling kota Solo yang kebetulan berada di dekat kota Jogja. Kota yang cukup besar walaupun tidak sebesar Jogja. Melepaskan suntuk, sekitar jam 7 malam aku berputar-putar di kota itu menggunakan mobil Karimun yang baru saja kubeli hasil dari kerja sambilanku di sebuah MLM yang cukup terkenal. Begitu sampai di perempatan lampu merah di jalan Adi Sucipto aku berhenti karena kebetulan lampu merah menyala. Mobilku berada di urutan nomor tiga dari mobil terdepan. Tatapan mataku yang sebelumnya menerawang entah kemana tiba-tiba terfokus pada sebuah mobil Kijang LGX yang berada bagian depan namun dibarisan samping kanan dari barisan mobilku. Aku melihat seorang gadis yang sepertinya aku kenal dan begitu familiar bagiku. Duduk di bagian depan mobil itu. Untuk meyakinkan diriku, aku nekat membuntutinya karena waktu itu lampu keburu hijau sebelum aku sempat memastikan pandanganku.
Akhirnya mobil itu berhenti di pinggiran stadion sepak bola didekat traffic light yang tadi. Di pinggiran stadion itu ternyata terdapat banyak sekali kafe-kafe tenda yang disambangi oleh banyak kawula muda kota tersebut. Aku pinggirkan mobilku dan sengaja aku tidak keluar dari mobil dan dari dalam mobil aku melihat jelas kalau memang aku mengenal perempuan itu atau lebih tepatnya aku pacar dari perempuan itu. Gadis itu adalah Anyssa pacarku sendiri yang sedang bersama dengan seorang pria asing, pemuda yang berumur setidaknya 30 tahunan. Tinggi dan sedikit berisi dan yang sepertinya anak orang yang cukup berpunya jika dilihat dari caranya berpakaian dan bertingkah laku dimuka umum.
Mereka bercakap-cakap sembari menikmati makanan yang mereka pesan melewati hari Sabtu malam yang dingin ini karena kebetulan akhir-akhir ini sering turun hujan mendadak (menurut para ahli/pakar cuaca sih pengaruh global warming).
Aku telepon handphone milik Anyssa menunggu reaksi dari perempuan ini. Setelah lama baru akhirnya dia mengangkat handphone-nya, begitu mengetahui nomor HP ku tertera di layar HP miliknya akhirnya dia memutuskan untuk menolak panggilan. Jelas sudah apa yang terjadi didepan mataku ini, Anyssa sudah berani berselingkuh dibelakangku. Entah sudah berapa lama tapi yang jelas ini bukan yang pertama kalinya dia keluar dengan pria ini karena melihat kedekatan mereka aku prediksikan kalau mereka sudah cukup lama juga berkenalan.
Anyssa bersenda gurau dengan pria itu sembari sesekali mencubit lengan sang pemuda itu. Pria itupun juga sesekali memegang dan meremas tangan Anyssa dan sesekali juga dia membelai rambut pacarku itu, mesra sekali. Seperti ditonjok jantungku berdegup kencang, marah dan cemburu bercampur dengan rasa ingin tahu. Aku ingin tahu sejauh mana mereka berhubungan, untuk itu pula aku tidak melabrak pria itu.
Setelah lama menunggu akhirnya selesai juga mereka berkencan di kafe tenda itu dan entah mau kemana lagi mereka melanjutkan kencan mereka. Aku melihat jam sudah menunjuk pukul 9 malam lebih 10 menit, jelas nyaris tidak mungkin mereka kembali ke Jogja jam segini. Akhirnya sampai juga aku di sebuah hotel dikawasan selatan kota ini. Hotel yang biasa dikunjungi para marketing perusahaan-perusahaan retail untuk menginap karena harganya terjangkau. “Mobilnya dan dandanannya mewah kok cuman ke hotel kelas melati begini.” pikirku sambil memarkirkan mobilku ditempat yang agak jauh dari parkir mobil miliknya.
Sepertinya keberuntunganku sudah benar-benar nyaris habis karena aku tidak berhasil mendapatkan kamar di samping kamar orang-orang ini tetapi hanya mendapatkan kamar di lantai dua tepat diatas kamar kedua insan ini. Seluruh kamar yang lain sudah ditempati dan di booking lebih dulu, betapa sialnya aku jadi tidak dapat mengawasi mereka berdua dari jarak dekat.
Aku buka jendela bagian belakang kamar yang kutempati, jendela yang cukup besar dengan tanpa beranda, padahal jendela ini nyaris seukuran dengan pintu kamar. Aku julurkan leherku kebawah, aku melihat cahaya lampu dari kamar dibawahku sambil menebak-nebak apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang itu didalam kamar.
Aku berpikir seandainya saja disini ada kamera mini berkabel seperti yang dulu kugunakan untuk Amanda mungkin akan sangat berguna. Aku terus mencari-cari kesempatan untuk mendapatkan kesempatan melongok apa yang ada didalam kamar tersebut. Bagian belakang hotel ini berupa tembok tinggi yang terdiri dari dua lapssan tembok. Lapisan terluar berupa tembok dari pemilik bangunan dibelakang hotel sementara itu tembok kedua adalah tembok bagian dalam yang jauh lebih pendek yang setinggi kira-kira 2 meter milik dari pihak hotel dan antara dua tembok itu terdapat sela-sela tanah yang digunakan sebagai got selebar sekitar setengah meter, dulu mungkin sebuah got yang besar tapi kemungkinan pihak hotel merampas tanah negara itu untuk diklaim sebagai miliknya, ini sudah banyak terjadi di Indonesia.
Saat sedang melamun aku melihat seorang pemuda yang sepertinya karyawan hotel sedang memanjat tembok belakang hotel dan melongok kearah kamar. Aku terkejut dan memperhatikan sepertinya orang ini sedang asyik memperhatikan kamar disamping kamar yang dipesan pacarku dengan kekasih gelapnya itu. Aku pun turun dan menyambangi pria tersebut. Pemuda yang berusia sekitar 20an tahun ini tergagap saat aku menanyainya sedang apa gerangan.
Setelah aku meyakinkan dirinya kalau aku tidak akan mengadu atau melakukan tindakan offensive padanya baru dia tenang dan bercerita kalau dikamar yang sedang dia intip itu sedang ada pesta seks. Dua orang marketing sepatu dari kota lain sedang menginap dan memesan dua pramuria didalam kamar itu. Aku setengah tidak percaya kalau dapat melihat dari atas tembok setinggi dua meteran itu namun setelah kupraktekkan ternyata memang bisa walaupun harus dalam posisi berdiri.
“Disini sih udah biasa mas beginian. Marketing dari perusahaan finance motor biasanya yang kesini atau dari marketing rokok bersama supervisor mereka. Kalau kemari yah nyuruh saya atau teman saya untuk memesankan cewek untuk di tiduri mereka.” Jelas karyawan hotel itu dengan gambling. Saat aku tanya apakah dia tidak takut ketahuan oleh mereka yang didalam dia hanya menjawab santai, “Nggak bakalan mas, soalnya lampu-lampu dibagian belakang hotel sudah saya copot semua terus kalau dari dalam nggak bakalan kelihatan soalnya gelap. Kalau melihat supaya nggak jatuh yah begini ini mas.” Katanya sambil bersandar ditembok bagian luar yang jauh lebih tinggi yang kebetulan terdapat tonjolan-tonjolan ventilasi kaca yang buram yang tidak dapat dibuka milik bangunan dibelakang hotel ini yang kemungkinan ruangan yang karyawan ini gunakan untuk bersandar adalah kamar mandi karena ciri dari ventilasi ini.
Aku sekarang dapat menyaksikan dengan jelas bagaimana bergumulan dua pasang muda mudi itu dalam memadu kasih untuk mencapai kepuasan birahi mereka masing-masing. Aku lalu teringat kalau disebelah kanan kamar ini terdapat kamar yang dihuni pacarku. Aku lalu berpindah kesamping, “Kalo kamar ini bisa juga dilihat khan?” tanyaku padanya dengan berbisik walaupun sebenarnya juga tidak perlu karena deru motor dan mobil yang lalu lalang dari jalan raya terdengar jelas sampai disini.
Pemuda tanggung itu mengangguk dan berbalas bisikan, “Cuman pemainnya cuman satu pasang jadi kurang seru mas, hehehe…” candanya. “Kalau disana malah lebih enak mas soalnya ada tambahan tembok yang dulunya digunakan untuk penambat antena TV tapi berhubung sekarang sudah pake parabola jadinya udah nggak dipakai tapi tembok semennya masih tuh, lebih tinggi sedikit dan lebih lebar malah dari tembok kecil ini.” Jelasnya lagi dan memang benar ada sebuah tembok semen selebar satu meter kali satu meter dengan ketinggian lebih sedikit dari tembok pagar hotel.
Aku beranjak kesana dan benarlah kalau aku bisa melihat dengan cukup jelas suasana di dalam kamar. Tapi betapa terkejutnya aku setelah melihat apa yang kedua orang itu lakukan didalam kamar tersebut. Mereka saling berciuman, saling berpagutan satu dengan yang lain. Aku lalu meloncat kebawah dan bergegas mengambil handycam-ku yang sejatinya aku tenteng kemana-mana untuk merekam kegiatan jalan-jalanku, maklum aku memang punya hoby unik merekam tiap kali aku jalan-jalan malam.
Dengan mode zoom 4x aku dapat dengan jelas melihat wajah kekasihku sedang diciumi oleh pemuda asing ini. Bahkan sekarang aku melihat mereka sudah melepas pakaiannya, sekarang pemuda itu sudah tinggal mengenakan celana dalam saja sementara Anyssa tinggal mengenakan bra yang sudah amburadul karena didesak oleh remasan-remasan liar tangan pemuda sial ini sementara itu celana dalamnya entah sudah minggat kemana karena aku sudah melihat bagian bawahnya sudah telanjang bulat. Walaupun aku tidak dapat mendengar suara mereka berdua tapi aku jelas yakin saat ini kamar itu pasti sudah dipenuhi oleh desahan-desahan penuh nafsu dari dua orang ini.
Pemuda asing itu kemudian membaringkan kekasihku diranjang dan Ani seolah menurut tanpa perlawanan. Dengan rileks, Ani terlentang dengan hanya mengenakan bra warna merahnya yang sudah lepas tali pengaitnya hingga dengan mudah pemuda tersebut dapat melucutinya. Buah dada Anyssa langsung seolah meloncat bebas dari kungkungan bra yang dia pakai. Pemuda ini tidak membuang waktu lagi, dengan penuh nafsu dia melumat kedua payudara Anyssa dengan sesekali mempermainkan putingnya dengan lidah jahanamnya. Air liur pemuda ini membasahi kedua buah dada pacarku ini yang putih mulus nan montok.
Setelah beberapa saat dia mencumbu payudara pacarku, pemuda itu lalu kembali mencium Anyssa dengan lembut. Walaupun begitu tetapi dia tidak begitu saja melepaskan payudara Ani, dengan kedua tangannya dia meremas-remas gunung kembar kebanggaan pacarku itu hingga dia menggelinjang keenakan. Pemuda itu lalu berusaha mencopot celana dalamnya dibantu dengan tangan kekasihku itu. Betapa liarnya Anyssa kala itu, dengan penuh nafsu dia membantu sang pemuda itu memerosotkan celana dalamnya dan begitu sudah seluruhnya lepas dia lalu mengarahkan salah satu tangannya mengocok dan mempermainkan batang kemaluan pria ini dengan lihainya hingga tak butuh waktu lama untuk sang pria ini mencapai titik rangsangnya dan mengeluarkan cairan spermanya diatas perut mulus pacarku itu.
Anyssa tersenyum lalu sepertinya mereka saling menggoda jika dilihat dari cara mereka bersikap. Lalu setelah mengelap sperma itu dengan tissue, pemuda itu lalu kembali menindih pacarku kali ini dengan lebih liar tetapi belum selesai aku terkejut dengan keliaran pemuda asing ini aku lebih terkejut lagi setelah melihat Ani malah membalikkan tubuh sang pemuda itu dengan sekuat tenaga hingga sekarang dirinyalah yang menindih sang pria.
Dia lalu mengarahkan bibirnya kearah batang kemaluan pemuda asing itu. Sembari dikocoknya, Anyssa memberikan servis mulutnya yang terbaik, aku saja yang biasa dia layani bisa dibuatnya kalang kabut kalau dia sudah melakukan oral seks apalagi sekarang lawan mainnya yang belum biasa bermain dengan mulut Anyssa. Pemuda itu merem melek dibuatnya, sesekali tubuhnya mengejang menahan sensasi tiap kali lidah Anyssa menyapu ujung penisnya dengan lembut yang kemudian dilanjutkan dengan kuluman maju mundur dengan mulutnya sementara jemari tangannya tidak segan-segan mempermainkan buah zakar sang pria.
Setelah beberapa menit kemudian Anyssa melepaskan kulumannya dan tersenyum pada sang pemuda. Pemuda itupun membalas senyuman itu dengan remasan pada kedua payudara Anyssa yang menggantung bebas itu. Anyssa lalu mengarahkan vaginanya kearah batang kemaluan pemuda itu yang ternyata sudah kembali tegang tegak mengacung. Sepertinya kuluman Ani sudah berhasil membangunkan kembali batang kejantanan pria ini.
Dalam beberapa kali kesempatan akhirnya Ani berhasil membenamkan seluruh batang kemaluan pria itu kedalam liang vaginanya. Lalu setelah posisinya mantap dia langsung menggoyangkan pinggangnya menggilas kemaluan pria itu sekaligus memblendernya didalam kemaluannya yang sempit itu. Sang pemuda seperti tak kalah kesetanannya dengan Anyssa, dia lalu merangkul tubuh Anyssa sehingga sekarang terlihat pinggul Anyssa naik turun memompa batang kemaluan sang pria dengan cepat dan penuh nafsu. Entah berapa lama mereka bertahan dengan posisi tersebut, berikutnya Anyssa direbahkan kembali sementara didalam kemaluannya masih bercokol batang kejantanan sang pria yang terus memompanya saat berganti posisi. Sekarang pemuda itu kembali menarik tubuh Anyssa sehingga sekarang mereka berhadapan dengan posisi duduk sementara kaki sang pria bersila, kaki Ani bersimpuh separuh berlutut hingga mudah baginya untuk menaik turunkan pinggulnya memompa penis kekasih gelapnya.
Sesaat kemudian Anyssa menyandarkan tubuhnya kepada sang pemuda asing itu sehingga sekarang pompaannya berubah menjadi gilasan vagina sementara itu kedua payudaranya menempel erat dengan dada sang pria yang sedikit berbulu itu. Anyssa sepertinya sudah mencapai orgasmenya hingga tidak kuat lagi melakukan pompaan.
Pasangannya lalu mengambil alih kendali dan membalik tubuh Anyssa menjadi posisi doggy style. Lalu dengan buasnya dia memompa vagina pacarku itu dari belakang tanpa ampun. Aku merasakan rasa cemburu yang jauh lebih besar dari pada saat kekasihku selingkuh dengan Kurnia atau dengan kekasih teman kostnya tempo dulu. Rasa cemburu yang membara tiap kali aku melihat pria itu menusukkan penis kebanggaannya kedalam liang vagina kekasihku. Lebih-lebih lagi tiap kali Anyssa merasakan kenikmatan itu dan menikmatinya sepenuh hati. Namun tak kupungkiri kalau aku juga menikmatinya dan mau tak mau menjadi ikutan horny juga dibuatnya.
Selang beberapa menit kemudian pemuda asing itupun memuntahkan cairan kepuasannya didalam liang kewanitaan Anyssa hingga beberapa ada yang menetes keluar taktala pemuda itu mencabut batang kejantanannya dari liang vagina Anyssa.
Anyssa ambruk tengkurap dengan lemas, berbeda dari biasanya dia sudah terpuaskan dengan sekali orgasme saja, atau mungkin sensasi orgasmenya lain jika dia bercinta dengan pria yang baru. Sementara itu pemuda itu berbaring disamping Anyssa dan mereka kemudian berangkulan dan saling mencium sambil sesekali Anyssa mengurut batang kemaluan pria itu yang sudah setengah tiang.
Selama kurang lebih 40an menit mereka bercinta dengan panasnya didalam kamar hotel itu dan sebagian besar sudah aku abadikan dengan handycam ini. Saat aku akan beranjak dari tempatku berdiri tiba-tiba aku dikagetkan oleh kemunculan pemuda hotel tadi yang sekarang sudah berada di sampingku. Ternyata dia juga menyaksikan dan menikmati tontonan ini bahkan salah satu tangannya merogoh saku celana panjangnya dan bisa kupastikan dia sedang mengocok kemaluannya tadi.
“Wah ternyata yang disini lebih hot yah mas. Yang disamping udah kelar, saya telat soalnya lagipula dua-duanya ejakulasi dini…huh payah banget…mendingan maen sama saya…” gerutunya sambil menyaksikan happy endingnya permainan ranjang pacarku dengan kekasih gelapnya itu.
“Emangnya kamu pernah maen sama cewek berapa kali?” tanyaku asal dan kemudian turun dari tembok.
Pemuda ini mengikutiku, “Belum pernah sih…heheheh.” Jawabnya sambil nyengir ala kuda. Dari pemuda ini aku jadi tahu kalau malam ini ada beberapa kamar yang pelanggan hotel ini dan sering menyewa pelacur kelas SPG tapi belum datang. “Biasanya sih udah datang mas. Mungkin sebentar lagi kali. Tungguin aja ntar juga datang. Maennya siapa tahu lebih asyik dari yang laennya hehehe…” candanya sambil ngeloyor pergi.
Boleh juga pikirku mendengar penuturan pemuda hotel ini. Lalu aku bergegas menyusulnya tapi sebelum itu aku mempersiapkan diri untuk pengintaian malam ini, makan yang banyak plus minum minuman penambah tenaga untuk melek malam.



----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh

1643

21Tahun.Sextgem.Com