Junior Club


Salah seorang pembaca blog saya tertarik menuangkan pengalamannya ketika dia masih berada di Amerika Serikat. Dia memang bule, sudah cukup lama bekerja di Indonesia sehingga cukup fasih berbahasa Indonenesia. Awalnya kami chating bertukar pengalaman sampai akhirnya kami tidak puas dan bertemu langsung. Dia mempunyai kisah, yang katanya cukup menarik jika dipaparkan. Ia minta bantuan saya menuliskan ceritanya dalam bahasa Indonesia.
Ceritanya memang cukup seru, dan rasanya tidak mungkin terjadi di Indonesia. Kebudayaan barat yang demikian terbuka , sehingga kejadian yang dikisahkan itu tidak mungkin bisa terjadi di Indonesia.
Kepada para pembaca saya ingatkan agar tidak perlu membaca cerita ini, jika kurang menyukai masalah hubungan sex dalam keluarga dan melibatkan hubungan anak di bawah umur. Oleh karena itu anda tidak perlu mencela kisah pembaca saya ini jika memang anda tidak bisa menerima kenyataan incest dan child sex.

Saya perkenalkan dulu pembaca saya yang berkisah ini adalah Jack Smith, pria di usia 40an menjelang 50 tahun. Seperti bule pada umumnya dia kelihatan cukup ganteng, badannya atletis dengan tinggi hampir 180 cm. Dia beristrikan Sue beda 2 tahun lebih muda, bekas teman kuliahnya dulu. Mereka memiliki 3 anak perempuan masing-masing Mindy (10 tahun), Polly (8 tahun) dan Suzi ( 5 tahun). Sebaiknya anda tidak usaha mengingat-ingat usia mereka, karena dalam cerita selanjutnya saya akan mencantumkan usia mereka lagi.
Cerita ini terjadi ketika mereka masih tinggal di negara bagian Indiana, AS, beberapa tahun yang lalu. Smith dan Sue adalah orang tua yang bekerja, Smith bekerja pada perusahaan asuransi dan Sue di perusahaan real estate.
Dia memulai bercerita. Terus terang kami bukan keluarga yang normal seperti pada umumnya yang terlihat di Indonesia maupun di Amerika. Kami punya kehidupan sex yang mungkin berlebihan jika dibandingkan dengan keluarga normal. Kehidupan sex saya dan Sue sangat bebas. Kami sering bergabung dalam pesta sesama teman kampus, minum-minum bahkan kami sampai telanjang dan saling melakukan hubungan sex. Saya pun penganut sex tukar pasangan. Bagi kami itu adalah variasi dari fantasi sex kami.
Namun sejak berumah tangga, apalagi sudah mulai punya momongan kehidupan itu kami hentikan. Mungkin bosan juga atau mungkin karena banyak waktu tersita untuk pekerjaan dan berkumpul bersama keluarga.
Di suatu hari di musim panas, ketika menjelang akhir pekan Sue mengemukakan gagasan yang menurutku agak menarik. Dia mengajak kami sekeluarga untuk menikmati liburan di nudist resort yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Sekitar 2 jam lah berkendara. Menurut Sue dia mendapat banyak cerita dari teman-temannya bahwa wisata di nudist resort sangat menyenangkan .
Seperti umumnya keluarga normal, aku juga sering memandikan anak-anak membantu Sue. Tetapi setelah mereka tumbuh besar mereka memilih untuk mandi sendiri dan mengenakan bajunya sendiri. Jadi saya tidak lagi melihat perkembangan tubuh mereka secara utuh sejak mereka bertambah besar.
Si sulung Mindy dalam usianya 10 tahun terlihat mulai tumbuh menjadi gadis remaja. Badannya terlihat mulai berkembang dengan pantatnya makin montok dan payudaranya mulai menyembul di balik bajunya. Sementara Polly dan Suzi masih seperti anak-anak seusia mereka yang belum berkembang lemak-lemak tubuhnya.
Sebelum aku menjawab keinginan Sue, aku jadi membayangkan bakal melihat anak-anakku telanjang. Kelihatannya suatu budaya keterbukaan yang menyenangkan. Aku akhirnya menyetujui dan ketika Sue mengumumkan kepada anak-anak, mereka pun sama sekali tidak keberatan.
Jumat pagi aku mengemasi barang-barang yang akan kami gunakan di kamp nudist. Anak-anak kelihatan riang sekali akan menikmati liburan. Aku bertanya dalam hati, apakah mereka tidak malu jika harus telanjang di area publik. Padahal mereka selama ini menyembunyikan tubuhnya dengan memilih untuk mandi dan berpakaian sendiri.
Aneh juga. Inilah antara lain yang mendorong aku untuk mencoba liburan nudis.
Sesampainya di pintu gerbang area nudis, kami disambut oleh seorang wanita berusia sekitar 40 -50 tahun. Dia berpakaian lengkap, menemui kami dan memberi sedikit briefing mengenai do and don’t di wilayah nudis. Meski berpakaian tapi saya bisa menginterpasikan bahwa dia menggendong susu sangat besar dan bokongnya gemuk. Setiap kali dia bergerak, susunya juga bergerak, gundal-gandul. Saya berkali-kali menatap pemandangan itu, sampai Sue menyikut saya dan memperingatkan agar jangan terlalu menatap begitu.
Dia menunjukkan tempat mobil kami diparkir. Kami mendapat penginapan di sebuah kabin yang lumayan luas, tetapi tidak ada kamar. Jadi ada 2 tempat tidur besar dalam kamar itu. Ada kamar mandi dan dapur kecil. Sekeluarnya kami dari kabin ini sudah diharuskan bugil.
Di sekitar tempat parkir sudah mulai terlihat lalu lalang orang telanjang dengan santainya. Aku sempat terpana melihat beberapa gadis cantik melintas dalam keadaan bugil. Sue meledek saya , agar saya jangan terlalu menatap gadis-gadis itu. Akibatnya bakal bisa membuat malu, karena ketika harus telanjang nanti penis saya berdiri. Saya pikir benar juga. Akhirnya saya berusaha menetralkan pikiran saya dan mulai membuka baju saya .
Aku lihat Sue malah lebih cepat bugil. Anak-anak juga melakukannya tanpa ragu. Saya malah paling belakangan berbugil.
Saya sempat terkesan oleh pertumbuhan anak-anak. Mindy terlihat mulai tumbuh, teteknya mulai membengkak dengan putting susu yang masih kecil, tetapi di kemaluannya belum ada jembut meski kelihatan lebih cembung . Polly rupanya juga mulai ada tanda-tanda akan tumbuh. Daerah seputar putingnya agak mencembung, tetapi memeknya masih seperti memek anak kecil. Kalau Suzi masih seperti anak-anak kecil, karena baik susunya maupun memeknya belum terlihat ada perkembangan.
Setelah kami semua bugil, bersama-sama menuju kolam renang . Di sana semua bugil, ada yang tua ada yang muda, gendut kurus, ada yang penisnya cukup besar, ada pula yang hanya kuncup kecil. Tapi mereka semua kelihatannya cuek. Aku sendiri cukup bangga dengan penisku yang jika menegang penuh bisa mencapai panjang 20 cm. Jadi meski dalam keadaan tidur, penampilannya tidak memalukan. Ini juga yang membuat saya tidak minder ketika Sue mengemukakan gagasan liburan di camp bugil.
Camp nudis cukup luas dengan kolam renang besar masing-masing di area terbuka dan area tertutup. Ada danau yang cukup jernih meskipun tidak terlalu luas. Fasilitas olahraga lumayan lengkap. Ada juga restoran. Semua petugas juga ikut telanjang.
Peraturan di camp itu antara lain adalah tidak boleh melakukan hubungan suami istri di tempat terbuka. Sebab di tempat itu banyak terdapat anak-anak yang masih di bawah umur. Saya pikir aturan ini cukup wajar, karena bugil, tidak berarti bebas ngentot.
Selain fasilitas yang saya sebutkan tadi juga ada semacam hutan yang cukup luas namun terpelihara. Disediakan jalan setapak dan beberapa tempat beristirahat di dalam hutan itu.
Seharian kami bersukaria menikmati berbagai fasilitas disitu. Dan yang paling menyenangkan kami bisa berjemur sehingga warna kulit kami menjadi lebih gelap dan merata.
Sambil berjemur saya menikmati pemandangan ketelanjangan yang lalu lalang. Benar juga kata Sue liburan di kamp nudis memang liburan yang total dan menyenangkan.
Anak-anak kelihatannya juga sangat menikmati. Mereka dengan mudah mendapat teman seusia mereka.
Saat malam tiba dan saat nya kami istirahat, aku tidur bersama Sue di satu ranjang, sedang anak-anak bergabung dalam satu ranjang yang cukup lebar. Ranjang kami hanya terpaut jarak kurang dari 1 meter.
Semua lampu dimatikan sehingga kabin jadi gelap gulita. Kami semua tidur dalam keadaan telanjang. Udara kebetulan cukup hangat sehingga tanpa selimutpun rasanya masih nyaman tidur tanpa busana.
Pada awal lampu dimatikan, kabin terasa gelap gulita. Saya tidak dapat melihat ke tempat tidur anak-anak. Saya rasa mereka pun tidak bisa melihat kami.
Seperti biasa, Sue yang nafsu sexnya cukup besar mulai menggerayangi penis saya. Penis sebesar anak kucing itu pelan-pelan mulai bangun . Saya bisikkan ke Sue bahwa ada anak-anak di sebelah. Dia menjawab bahwa dalam kegelapan tidak akan terlihat.
Dasar rangsangan mulai naik, sayapun jadi tidak perduli dan memang benar juga kata Sue bahwa aktifitas kami gak bakalan terlihat oleh anak-anak.
Sue mulai mengulum penis saya. Istriku ini boleh dibilang pantas mendapat gelar master dalam keahliannya mengulum. Aku jadi sangat terangsang sekali. Dalam keadaan itu terasa aku mulai bisa melihat remang-remang di dalam kabin, Setidaknya aku bisa melihat anak-anakku sedang tidur. Mereka berjajar, dari yang paling depan, Polly, Suzi dan Mindy di pinggir sana.
Sue rupanya makin hot, sehingga dia minta posisi 69. Sue berada di atas saya sehingga saya agak leluasa mejilati memeknya.
Penis saya sudah mendongkrak keras sekali dan saya bisa melihat seperti tiang jembatan menyangga mulut Sue yang keluar masuk.
Sue mengubah posisi, dia memasukkan penis saya ke dalam memeknya yang sudah berlendir. Sambil merebahkan tubuhnya dia mulai melakukan gerakan naik turun dan maju mundur. Sue adalah tipe cewek yang berisik jika melakukan hubungan. Desisan dan lenguhannya seperti tidak bisa dia kontrol. Aku jadi khawatir, karena ini akan mengusik anak-anak. Tapi kelihatannya Sue tidak peduli meski beberapa kali sudah kuingatkan.
Aku pun agak menurun kesadarannya karena memang memek Sue rasanya menjepit sekali. Sue makin hot menjelang dia mencapai orgasme dan akhirnya dia melenguh panjang. Untuk mengurangi suaranya aku terpaksa membekap mulutnya dengan mulutku. Tapi sebentar saja Sue melepaskan dan dia kembali melenguh.
Aku jadi ingat anak-anak, kulihat samar-samar Mindy memperhatikan permainan kami. Hal ini kubisikkan kepada Sue, tapi tampaknya dia tidak perduli. Dia malah meminta saya berada di atasnya untuk meneruskan permainan. Sayapun sudah merasa nikmat dan tanggung, saya mengikuti kemauannya dan mulai menggenjotnya dengan gerakan kasar. Sue malah makin berisik dengan mengucapkan fuck me harder berkali kali. Aku jadi terpancing melakukannya dengan gerakan cepat sampai akhirnya kami mencapai orgasme bersamaan.
Dalam keadaan puas mataku jadi kelihatan makin nyata melihat kabin sekeliling. Aku sempat menangkap Mindy berpaling dari kami. Ternyata penyesuaian mata sudah sempurna dalam kegelapan sehingga ruangan kabin tidak terasa gelap gulita lagi, tetapi sudah remang-remang.
Kami jatuh tertidur sampai pagi.
Ketika pagi hari kami bangun, anak-anak tidak terlihat canggung mereka terlihat tidak mengesankan tahu aktifitas kami malam itu. Aku sedikit tenang, karena mereka kembali berceloteh seperti bagaimana umumnya anak-anak.
Hari kedua, aku dan Sue setelah puas berenang kami berdua berkeinginan menjelajah hutan. Kelihatannya tempatnya nyaman. Kami cukup jauh berjalan sampai tidak lagi menemukan seorang pun. Sue mulai kumat lagi. Dia membujuk saya untuk melakukan permainan di alam bebas. Kami mencari tempat yang nyaman dan mulailah melakukan aktifitas saling merangsang sampai akhirnya melakukan hubungan di alam terbuka.
Rasanya memang rada lain dan ada rasa terlepas dari segala kekangan. Aku menangkap ada mata yang mengintai kami. Aku sebenarnya sejak awal sudah menangkap bayangan si pengintai. Tetapi dalam keadaan terangsang dan nikmat aku abaikan saja. Toh si pengintip akan tersiksa sendiri. Kelebatan si pengintip itu aku tangkap seperti sosok Mindy. Aku tertegun sejenak, tapi karena dia berlalu akhirnya aku abaikan saja.
Ketika hal itu kusampaikan ke Sue dia pun tidak terlalu menanggapi. Bahkan dia menuduhku salah melihat.
Malamnya di kabin aku dan Sue melakukan ritual lagi, dan Mindy kembali melihat aktifitas kami dari awal sampai akhir. Aku mulanya khawatir, tetapi karena Sue cuek saja, akupun jadi ikut cuek. Aku malah malam itu menangkap gerakan bahwa Mindy sepertinya melakukan masturbasi ketika kami sedang melakukan hubungan.
Minggu siang kami kembali ke rumah. Dalam perjalanan, entah angin apa Sue kumat lagi. Dia menarik tanganku agar mengobok-bok memeknya. Akhirnya dia kelojotan sendiri. Tapi itu tidak berakhir, Sue malah tidur dipangkuan saya dan berusaha membuka resleting. Batangku dikeluarkan dan dia mulai mengoral. Aku sambil menyetir tentu saja khawatir kegiatan kami diketahui anak-anak. Kulihat Polly dan Suzi tertidur di bangku kedua, sedang Mindy dibangku baris ketiga. Aku melihat di kaca spion dalam bahwa Mindy sepertinya kembali masturbasi.
Aku heran juga melihat kelakuan Sue yang tidak peduli kegiatan sexnya dilihat anak-anak. Dia selalu menampik bahwa mereka belum mengerti.
Kami akhirnya selama musim panas setiap minggu menghabiskan waktu di kamp nudis. Saya akui bahwa liburan di situ memang sangat menyenangkan. Selain itu aku mulai memperhatikan tubuh remaja-remaja abg yang baru tumbuh. Mereka kelihatan indah sekali dengan tetek kecil yang kenyal, putting kecil dan kadang ada jembut sedikit, atau malah kadang gundul. Ada yang susunya udah mulai cukup besar, tapi memeknya belum berjembut. Juga ada yang sebaliknya, jembutnya udah mulai banyak, tetapi susunya belum tumbuh sempurna membesar.
Sebelum ini aku sama sekali tidak tertarik dengan ABG, tetapi sejak Sue mengajak ke kamp nudis aku jadi berubah pikiran. Menurutku anak remaja yang baru tumbuh adalah bentuk yang terindah dari seorang wanita.
Satu hari kemudian setelah musim panas habis, aku melewati kamar Mindy. Dari pintu yang agak terbuka aku menangkap pemandangan dia tidur telanjang tidak tertutup selimut. Selangkangan Mindy tepat menghadap pintu. Aku sempat tertegun dan berlalu. Tetapi pikiranku jadi tergoda untuk melihat lebih dekat. Kebetulan suasana sepi, dimana anak-anak semua sudah tertidur, sementara Sue sudah mengorok dari tadi. Maklum memang sudah jam 2 malam.
Aku memutuskan berbalik kembali melihat pemandangan dari Mindy. Dadaku berdegub dan berkecamuk antara hal yang melarang dan yang mendorong rasa ingin tahu. Penisku pelan-pelan juga mulai mengeras.
Aku akhirnya menuruti rasa ingin tahu dan masuk ke kamar Mindy. Aku perhatikan dengan seksama mulai dari bagian dadanya sampai selangkangan
Aku memperhatikan dari dekat memek anak sulungku yang baru 10 menjelang ulang tahun ke sebelas bulan depan mulai ada sedikit rambut halus di sekitar gundukan mentulnya. Bibirnya gemuk dan belahannya rapat. Aku jadi penasaran ingin melihat lebih jauh. Pelan-pelan ku buka belahan memeknya. Terlihat di dalamnya merah dan lubangnya kecil sekali. Aku tidak yakin anak umur segitu bisa disetubuhi karena lubang vaginanya masih terlalu kecil.
Aku pun tergugah melihat susunya. Mindy kelihatannya masih pulas tertidur. Susunya memang mulai membengkak dengan pentil yang masih kecil. Aku jadi tergerak untuk sekedar menjilat pentil yang kecil itu. Pikiranku berkecamuk lagi bahwa ini adalah darah dagingku sendiri, dan perlakuan ini dapat memenjarakan aku cukup lama. Tapi rasa penasaran dan nafsu akhirnya mengalahkan semua peringatan itu.
Kujilat barang satu dua kali, Sensasinya memang luar biasa. Dari situ aku malah ingin lebih jauh, ingin menjilat memek Mindy. Pikiranku sudah tidak karuan antara melarang dan nafsu.
Aku lalu turun dan pelan-pelan lidahku mulai menyapu memek . Mungkin aku kurang kontrol karena kobaran nafsuku sampai akihrnya Mindy terbangun aku tidak menyadarinya. Aku baru terkaget ketika Mindy mengatakan, “ Aduh Pa enak sekali Pa terus pa.”
Meskipu aku kaget, tapi kata-kata anakku itu membuat aku makin gila. Aku mulai mengatur posisi yang lebih nyaman dan mulai lidahku menjelajahi bagian dalam memek anakku. Itilnya mulai menonjol dan menjadi sasaran jilatanku. Aku terus menjilatinya sampai akhirnya dia orgasme dengan mengejang.
Aku sudahi mengerjai anakku sendiri dan dengan berjingkat aku kembali ke kamar. Kontolku yang sudah keras membatu akhirnya aku salurkan ke Sue. Dia sih kapan saja dikerjai, ok-ok saja, meskipun di tengah kelelapan tidurnya.
Saya dengan Mindy kemudian sering melakukan, jika ada kesempatan. Bukan aku saja yang berkeinginan, tetapi Mindy juga sering mengajakku. Dia kelihatannya memang sangat menyukai memeknya aku jilati sampai dia orgasme. Dia pun kemudian mulai aku ajari untuk mengoral penisku. Mulutnya terlalu kecil untuk penisku yang besar ini, jadi dia tidak bisa melahapnya. Tapi dijilati dia lama-lama aku bisa ejakulasi juga.
Untungnya selama ini permainan ku bersama Mindy tidak pernah kepergok Sue dan Poly atau si kecil Suzi. Kami memang sangat berhati-hati, karena aku takut jika hal ini terungkap aku dalam bahaya besar.
Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke 11 dalam satu kesempatan dimana Sue bekerja sampai larut malam dan kedua Polly dan Suzi sudah pulas, aku kembali mendatangi Mindy. Tampaknya dia pun sudah siap dengan kunjungan ku . Kami bercumbu sampai telanjang berdua. Kali ini aku menginginkan lebih dari sekedar mengoral dan dioral. Aku ingin mencoba menerobos memek kecil yang menggemaskan. Mindy pun mengaku ingin mencobanya, karena dia mengetahui dari cerita teman-temannya katanya rasanya nikmat sekali.
Aku terpaksa menggunakan bantuan jelly sebagai pelicin. Kaki Mindy sudah aku kangkangkan selebar mungkin lalu kepala kontolku aku arahkan ke lubang vaginanya. Aku tekan perlahan-lahan, terasa sulit sekali, meski hanya memasukkan kepala kontol. Aku tidak menyerah, berkali-kali aku dorong dan kulumuri dengan jelly agar makin licin. Aku minta Mindy agar relax sehingga lubangnya tidak menyempit. Mindy kemudian bisa bekerjasama. Perlahan-lahan kepala kontolku makin melesak ke dalam belahan vagina Mindy. Terlihat bahwa bibir memeknya meluber keluar seperti tidak mampu menampung desakan kepala penisku. Aku lalu melakukan gerakan perlahan-lahan maju mundur melancarkan jalan masuk kepala kontol. Sampai Mindy tidak merasa sakit aku mulai menekan lebih dalam lagi. Sampai batas topi baja, penisku sudah mentok. Ini mungkin selaput daranya menghalangi perjalanan masuk penisku. Aku mengarahkan Mindy agar menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan lagi. Demikian berulang-ulang. Aku merasa ada sedikit gerakan di dalam memeknya.
Pada satu kesempatan dia menarik nafas panjang aku tekan paksa penisku menorobos masuk memecah selaput dara. Mindy berteriak kesakitan, katanya memeknya perih. Dia minta aku mencabutnya. Aku menurutinya, tetapi dia tahan badanku karena ketika gerakan penisku keluar dia merasa sakit. Dia minta aku bertahan dulu.
Sementara itu, penisku terasa seperti kejepit pintu, saking ketatnya memek Mindy. Aku mulai dijalari gelombang orgasme sampai pada titik yang tidak aku mampu bendung lagi. Akhirnya meledaklah ejakulasi di dalam memek Mindy. Otomatis penisku berkedut-kedut di dalam memeknya. Akupun agak lepas kontrol dengan menekan penisku lebih dalam lagi. Penisku masuk separuh lebih sedikit.
Mindy menangis, tetapi hanya mengeluarkan air mata, karena katanya memeknya perih. Aku setelah sadar dan siuman dari orgasme merasa kasihan dan agak menyesal juga, memaksa kontolku yang kayak anak kucing ini menorobos perawan Mindy. Tapi sudah terlanjur, dan sekarang berada terbenam lebih dari separuh.
Memeknya penuh dengan cairan spermaku sampai akhirnya meluber bercampur darah, tetapi darahnya tidak terlalu banyak, sehingga spermaku agak berwarna merah muda.
Penisku mulai menyusut setelah muntah tadi. Aku pelan-pelan menarik keluar, sambil Mindy meringis.
Dia komplain karena katanya tidak terasa enak malah sakit. Aku jelaskan semua perempuan akan merasakan sakit pada pertama hubungan, apalagi Mindy masih belum cukup umur sebenarnya untuk melakukan hubungan seperti ini.
Aku segera membersihkan bekas mani yang tercecer di alas yang sengaja aku siapkan di bawah pantat Mindy. Aku takut kasurnya ternoda, dan ini bisa menjadikan Sue tahu jika aku menyetubuhi anak kandung kami.
Lebih dari seminggu Mindy tidak berminat bercumbu. Pada awalnya dia merasa perih jika berjalan dan jika buang air kecil. Tapi itu hanya beberapa jam saja . Keesokan paginya meski masih terasa perih, tetapi sudah tidak membuatnya jalannya aneh.
Mungkin 10 hari aku tidak menyambangi Mindy karena tidak sampai hati. Namun malam ini ketika aku lagi asyik nonton sepak bola sampai larut malam, dan Sue sudah pulas, Mindy mendatangiku. Dia terus terang minta aku mencumbuinya.
Aku mana mungkin bisa menolak, apalagi Sue sudah 3 hari ini memeknya muntah darah. Kuikuti tarikan tangannya menunju kamar remaja Mindy.
Aku dan Mindy segera tenggelam dalam cumbuan berat dan dia sudah 2 kali mencapai orgasme berkat jilatanku.
Mindy berinisiatif ingin mencoba lagi merasakan kontolku dalam memeknya. Aku turuti kemauannya karena aku memang ingin juga.
Penerobosan masuk memeknya masih susah dan masih memerlukan jelly. Namun prosesnya tidak sesulit kala pertama dulu. Kepala kontol mulai melesak dan pelan-pelan aku dorong penisku terus masuk. Mindy masih meringis, tapi katanya tidak terlalu sakit. Aku melakukan gerakan memompa perlahan-lahan untuk membuka jalan. Gerakan maju mundur penisku mulai lancar dan Mindi tidak merasa sakit lagi. Aku perlahan lahan lebih memperdalam hunjaman penisku. Luar biasa, batang penisku yang 20 cm bisa tengelam semuanya. Ini tentu tidak aku duga. Aku semula hanya berniat main setengah tiang, tapi karena penasaran aku coba mendorong terus, dan nyatanya bisa.
Luar biasa ketatnya, penisku seperti diremas memek Mindy. Gerakan maju mundur memang tidak seleluasa ketika penisku masuk ke vagina Sue, tapi ini rasanya berbeda, karena lubang yang sangat sempit dan anehnya muat.
Gerakanku pelan sekali. Mindy mengatakan penisku terasa sampai diperutnya. Awalnya memang aku sangat mengontrol gerakan hati-hati. Tetapi setelah gesekan makin lancar dan gelombang kenikmatan sudah mulai menjalar, aku makin mempercepat gerakan. Mindy melolong-lolong, aku gak tau dia merasa nikmat atau mengekspresikan apa suaranya itu. Aku mempercepat gerakanku sampai akhirnya muncratlah sperma yang sudah 3 hari tertahan. Jumlahnya banyak sekali.
Aku sengaja tidak langsung mencabutnya tetapi tetap membiarkannya terbenam. Sampai semua tuntas keluar. Aku beristirahat sambil tetap berada di atas badan Mindy. Tentunya aku tidak sepenuhnya menindih badannya, aku tetap bertopang pada siku dan lututku.
Setelah rasa ngilu di kepala penisku hilang, iseng aja aku melakukan gerakan memompa. Penisku belum lemas benar masih agak tegang dan lobang vagina Mindy sudah licin oleh lumasan spermaku. Nikmat juga rasanya vagina yang ketat tapi licin sehingga terasa sensasi cengkeraman dan gesekan maju mundur. Penisku terasa nikmat oleh gerakan itu, sehingga setengah tegang dan kadang-kadang rada “kepenet”(sorry gak ada bahasa Indonesianya), penisku maju mundur.
Akibatnya tidak sampai melemas total, penisku sudah mulai menegang lagi. Memang tidak keras 100 persen, tetapi cukup kaku untuk bisa keluar masuk di vagina yang sempit. Aku makin semangat memompa dan kelihatannya Mindy merasakan kenikmatan. Mungkin Gspotnya terus tergesek sehingga dia makin merasa nikmat. Aku terus memompa sampai kemudian aku tidak sangka Mindy memelukku dan melingkarkan kedua kakinya kuat sekali. Aku merasa memeknya berdenyut.
Aku istirahat sebentar memberi waktu Mindy menikmati orgasmenya. Setelah dia siap kembali aku membalikkan posisi, sehingga dia berada diatasku. Mulanya dia bingung melakukan gerakan sampai sering penisku copot dari cengkeraman vaginanya. Tapi untungnya mudah untuk dimasukkan lagi. Mindy aku arahkan melakukan gerakan naik turun dan maju mundur sambil kadang-kadang melakukan gerakan memutar. Aku minta dia memindai gerakan mana yang dia rasakan nikmat lalu lakukanlah gerakan itu terus menerus sampai mencapai kenikmatan yang tinggi.
Mindy menemukan posisinya dan dia agresif sekali bergerak sampai akhirnya jatuh di pelukanku. Memeknya kembali berdenyut-denyut mencengkeram penisku.
Aku membalikkan posisi dengan aku menindihnya, Aku berkosentrasi agar bisa orgasme dan sekitar 10 menit kemudian terasa kenikmatan mulai menjalar dan pecahlah ejakulasiku untuk kedua kalinya di dalam memek Mindy.
Sejak saat itu setiap ada kesempatan Mindy selalu minta di sebadani. Mungkin sekitar 3 kali seminggu dia memintaku. Sejauh ini perbuatan kami tidak pernah ketahuan.
Suatu hari ketika aku sendirian di rumah, bel berdenting, tanda ada orang berkunjung ke rumah. Saat kubuka pintu “ Hi Mr Smith, ingat saya,” sapa gadis kecil sebaya Mindy.
Meski wajahnya tak asing, tapi saya lupa siapa gerangan gadis kecil ini sore-sore datang ke rumah. “Saya Vanessa Baldwin, tinggal tidak jauh dari sini, saya temannya Minddy dan sering bareng berangkat dan pulang sekolah,” katanya.
“Oh ya saya ingat, ada apa ya ?” tanya saya.
“Sekolah kami akan membeli seragam baru untuk grup drum band, jadi kami sedang mengumpukan dana dengan menjual permen ini, maukah anda membeli sambil membantu,” katanya.
Saya pada saat itu tidak punya uang tunai, jadi saya tawarkan apakah mau menerima cek. “ Ok lah kami bisa juga menerima cek,”
Aku segera masuk ke ruang kerja dan mengisi cek serta menandatanganinya. Cek itu segera aku serahkan ke Vanessa.
Vanessa memakai celana ketat selutut dan kaus yang ngatung sehingga pusarnya kelihatan. Yang menarik bukan pentil susunya dari tetek yang baru numbuh, tetapi di bagian kemaluan tercetak membelah mengikuti kontur kemaluannya, dan bagian pantatnya terekspos padat.
Vanessa pamit sambil sebelumya mengucapkan terimakasih. Dia melangkah menuju pagar dan sebelum keluar pagar dia kembali menolehku. Aku menagkap pandangan genit yang aneh. Ah abg sekarang memang genit-genit, pikirku.
Bayangan Vanessa menggangu pikiranku, dia genit dan cantik. Dari gerakan tubuhnya sepertinya dia juga bisa diajak main.
Sekembalinya Mindy dari sekolah saya panggil Minddy. Saya katakan tadi Vanessa datang. Mindy langsung menimpali, dia minta sumbangan untuk seragam drum band sekolah kan katanya. Aku mengiyakan. Gangguan di benakku akhirnya mendorong aku bertanya pada Minddy. “ Dia masih perawan, nggak,” tanyaku.
“Kenapa itu papa tanyakan,” tukas Minddy.
“Ah aku penasaran aja, “ jawabku sekenanya.
“Aku rasa dia sudah tidak perawan lagi,” jawab putri ku.
“Ah dari mana kamu tahu,” sergah ku kemudian.
“Dia sendiri kok yang ngomong ke aku,” kata Mindy.
“ Anak mana yang macarinya,” tanyaku.
“ Ah enggak kok, dia nggak punya pacar.
“Jadi ?” kataku penasaran.
“Ayahnya yang menjebolnya,” kata Mindy.
“Lho kok sampai sejauh itu kamu tahu, kamu sering ngrumpi ama dia ya,” tanyaku mendesak.
Vanessa ternyata karibnya Mindy.
“Jadi mereka kayak kita juga ya, “ kataku.
“Ya, bahkan kami sering bertukar cerita,” kata Minddy yang membuatku terkejut.
“Jadi kamu cerita mengenai hubungan kita,” tanya ku penuh kuatir.
“ Dia menceritakan semua yang dia lakukan, bahkan dia pernah main sama adik papanya. Jadi dia sudah main dengan 2 pria dewasa,” kata Mindy.
“Astaga, kamu berbahaya membuka rahasia kita,” kata ku penuh rasa khawatir.
“Jangan takut Pa kami merahasiakan kok,” kata Mindy.
“Siapa lagi yang tahu hubungan kita,” tanyaku.
“Nggak ada lagi, Cuma Vanessa,” katanya.
Minddy bercerita bahwa ketika dia menginap di Rumah Vanessa beberapa waktu lalu mereka saling bertukar cerita. Vanessa bahkan mengungkap bahwa ayahnya juga berminat dengan Mindy.
Ungkapan itu menimbulkan rasa cemburu dan kekuatiranku yang makin besar.
“Apakah kamu sempat main dengan ayahnya,” tanyaku.
“Tidak, dia tidak pernah menyentuhku.” Kata Mindy.
Aku agak tenang mendengar pengakuan Mindy, tetapi aku jadi harus lebih waspada menjaga Mindy dari kemungkinan disergap ayah Vanessa.
Belum lagi kekuatiranku sirna, suatu hari Mindy minta izin dari ku untuk menerima Vanessa menginap di rumah kami. Aku tentu saja tidak alasan untuk mengatakan tidak.
Malam itu Vanessa yang genit datang diantar ibunya, Jill kerumah. Jill di usia 40 an kelihatan semok dan seksi. Andaikan ada kesempatan aku juga mau mencicipi Jill. Ah angan-anganku terlalu jauh.
Setelah basa basi dengan istriku, akhirnya Jill meninggalkan Vanessa di rumah kami.
Minddy dan Vanessa lalu naik kekamarnya.
Aku jadi grogi juga berhadapan Vanessa, sebab membayangkan dia tahu bahwa aku sudah menyetubuhi Mindy. Tapi cuek ajalah, sebab dia juga sudah disantap dua pria dewasa, jadi sebenarnya Vanessa lebih parah.
Sue datang menemuiku dan mengatakan dia akan mengajak Polly dan Suzie jalan keluar kota menemui clientnya yang akan membeli villa di suatu resort. Letak resort itu lumayan jauh, jadi itung-itung sekalian jalan-jalan membawa dua anak itu. Sedang Mindy tidak diajak karena ada temannya menginap. Aku pulang mungkin akan larut malam, kata Sue.
Aku sih ok-ok saja, sebab Sue memang jam kerjanya tidak menentu dan ini biasa dia lakukan.
Sore itu aku bertiga dirumah.
Ketika aku sedang asiyik membaca majalah di kamar, tiba-tiba kedua gadis masuk ke kamarku. “ Mau apa anak-anak ini, batinku.
“Pa Vanessa naksir papa, apa papa mau menerimanya kami tidur bersama di sini, “ kata Mindy.
Aku yang sudah lama penasaran dengan Vanessa, apalagi mendengar ceritanya, tentunya tidak mungkin menolak permintaan Mindy.
“Ok sinilah kita tidur bertiga,” kataku.
Mulanya Vanessa menanyaiku sekitar camp nudis. Dia belum pernah kesana, dan tertarik suatu waktu ikut dengan keluarga kami berlibur ke sana.
Tapi dasar genit , Vanessa bicara vulgar. “Maaf yang Mister, Mindy cerita kalau Mr Pnya anda sangat besar, boleh saya lihat,” katanya yang mengejutkan aku.
Mindy malah mendorong aku untuk aku segera menunjukkan .
“Wah kalian sangat akrab ya sampai hal itu masuk dalam agenda cerita, “godaku.
Tanpa aba-aba, mindy menarik celana boxer ku, sehingga tinggal celana dalam.
Pada waktu itu, aku terus terang nervous juga, jadi senjataku masih terkulai lemas.
“Oh “ kata Vanesa.
“Matinya aja udah sebesar ini, hidupnya sebesar apa,” katanya sambil menutup mulutnya.
“Mr boleh saya sentuh Mr P anda,” tanyanya.
Aku tentu saja mempersilakan dan menunggu apa yang akanmereka kerjakan .
Tangan mungil Vanessa segera menggenggam penisku. Dia mengocok-ngocoknya, sehingga perlahan-lahan penisku bangkit.
Vanessa lalu minta izin untuk menciumnya. Tanpa aku sahut, dia sudah langsung melakukannya. Wah anak ini sudah sangat terlatih mengoral laki-laki. Dia berusaha membuka celana dalamku dan mengambil posisi diantara kedua kakiku.
Vanessa aktif sekali mengulum dan menjilati semua bagian kemaluanku. Bahkan, kedua kakiku diaangkatnya. Dia menjilati sekitar anusku. Ah untung aku tadi habis mandi, sehingga duburku bersih.
Aku menggeliat- keenakan dan geli juga. Mindy memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Vanessa.
Batangku sudah mengeras sempurna, dan ini membuat Vanessa terperangah.
“Idih besar banget, aku belum pernah merasakan barang sebesar ini,” katanya sambil bangkit menelanjangi dirinya.
Vanessa lalu mengambil posisi 69, sehingga aku segera mengerti jika dia minta memeknya aku jilati.
Vanessa makin menjadi-jadi ketika memeknya aku jilati dia terlihat sangat terangsang sehingga kadang-kadang lupa mengulum penisku.
Soal menjilat boleh dibilang aku seharusnya sudah menyandang gelar master. Sebab menjilati memek anak di bawah umur begini tidaklah mudah. Vanessa berhasil mencapai orgasmenya hanya karena jilatan di memeknya.
“Aduh mr Smith anda pandai sekali menjilati memekku sampai aku keluar, papaku kalah deh rasanya,” kata Vanessa.
Dia lalu minta izin mencobai mr P ku yang katanya giant cock. Vanessa jongkok diatas kemaluanku meraih batangku lalu diarahkan ke lubang vaginanya yang terasa sudah banjir. Pelan-pelan dia rendahkan badannya sampai semuanya ambles. “ Oh penuh sekali, mr p mu nikmat sekali mr Smith,” kata Vansessa sambil melenguh dan merintih keenakan bergerak naik turun.
Aku pun menikmati memek anak dibawah umur yang relatif masih ketat dan sempit. Vanessa lebih ahli bergerak dibanding Mindy. Dia mulai bergerak cepat, aku tahu dia sudah mendekati orgasmenya, sedang aku rasanya masih jauh. Aku hanya memperhatikan tetek kecilnya yang masih kencang dengan putting yang kecil. Sementara bibir vaginanya seperti melebar paksa menerima hunjaman penisku.
Vanessa jatuh telungkup diatasku. Memeknya terasa berkedut, nafasnya memburu seperti habis berlari marathon.
“Tunggu Mr Smith saya masih penasaran, “katanya sambil telungkup di atasku.
Sambil telungkup diatasku dia mulai bergerak lagi memaju mundurkan memeknya di penisku. Dia terus-terusan memuji penisku memenuhi seluruh rongga memeknya dan ini menyebabkan rasa nikmat yang luar biasa. Tidak sampai 10 menit dia sudah kembali mencapai orgasme.
Akhirnya dia mengaku tidak punya tenaga lagi sehingga memintaku untuk berada diatasnya. Aku turuti dan aku memompanya. Kupeluk dia dan aku bangkit berdiri berstumpu dilutut. Kaki Vanessa melingkari pinggangku. Karena ukuran badan nya jauh lebih kecil dari ku, maka dengan mudah aku membopongnya . Tangannya melingkar ke leherku. Dia melonjak-lonjak di gendonganku. Aku terus bangkit berdiri membopongnya. Badannya kusandarkan ke dinding, aku lalu memompanya dengan gerakan yang cepat dan kasar. Dia melolong-lolong keenakan. Kalau bukan anak kecil aku nggak mungkin tahan begitu lama menggendong pasangan sexku.
Aku kemudian mulai merasakan bahwa ejakulasiku akan sampai . Kutekan dalam-dalam penisku ke vagina kecilnya sampai rasanya mentok dan aku semprotkan seluruh cairanku ke rongga vaginanya. “ Dia rupanya merasakan hangatnya spermaku jadi ikutan orgasme pula.
Kami lalu mencuci barang kami di kamar mandi dan kembali kekamar. Kulihat Mindy sudah telanjang pula. Aku berbaring didampingi dua mahluk kecil telanjang dikiri kananku.
Mindy mungkin penasaran ingin disetubuhi juga sehingga dia berjuang mengoralku. Dia mempraktekkan apa yang dilakukan Vanessa kepadaku seperti tadi. Perjuangannya dalam 10 menit mulai menunjukkan hasil. Penisku mulai mengeras lagi pelan-pelan. Belum sempurna benar pengerasannya Minddy sudah tidak sabar mau memasukkan ke vaginanya. Tentu saja susah masuk, karena masih melot-leot. Dia tidak hilang akal , penisku dikulum dan dikocoknya sampai akhirnya cukup keras untuk penetrasi. Mindy tidak mau menunggu lama karena dia segera melesakkan penisku ke dalam vaginanya.
Vanessa tidak mau kehilangan kesempatan dia segera mengangkang diatas mulutku aku tau bahwa dia minta di oral.
Kami bermain cukup lama di ronde keduaku, bahkan aku sempat menancapkan lagi penisku di vagina Vanessa. Mereka berganti-ganti diatasku setiap kali mendapat orgasmenya mereka bergantian menggenjotku.
Entah berapa kali mereka berganti ganti sampai akhirnya aku juga crot.
Setelah puas mereka berdua dengan bertelanjang sambil menjinjing pakaiannya kembali ke kamar. Aku membereskan tempat tidur agar ketika istriku datang tidak ada jejak aku bersex ria dengan dua makhluk kecil.
Istriku malam itu memang pulang agak larut. Aku terpaksa ikut membopong. Ibunya membopong Suzie dan aku membopong Polly. Mereka tertidur dalam perjalan pulang.
Pagi hari ketika aku bangun semua anak-anak sudah duduk sarapan di meja makan. Aku mengamati tidak ada yang ganjil, sehingga perbuatan kami tadi malam tidak terlihat dari kekikukan mereka, Mindy dan Vanessa. Aku tenang dan bergabung dengan mereka, sementara Sue sibuk menyiapkan menu sarapan pagi kami.
Aku kemudian memandang Polly, yang 2 bulan lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke 9. Anak ini juga kelihatan cantik dan centil. Aku selama ini luput memperhatikan dia. Kuingat-ingat ketika kami di camp nudis, badannya sudah siap berkembang. Paling tidak di sekitar aerolanya sudah melendung cukup cembung. Smith lalu bercerita kepada saya bahwa anak-anak bule memang lebih cepat tumbuh dibanding anak Asia. Smith bercerita bahwa teman-teman seusia Polly di kelas 4 SD sudah banyak yang teteknya cukup menyembul. Saya memahami cerita Smith.
Smith melanjutkan ceritanya. Polly tampaknya tinggal menunggu waktu. Jika Vanessa ingatannya benar, dia sudah diperawani ayahnya pada usia 9 tahun. Paling tidak Seperti Polly ini dia sudah diperawani. Aku rasanya belum tega untuk melakukannya. 2 cewek pra remaja yang kugarap sudah cukup memuaskan. Belum lagi Sue yang selalu minta jatah tiap malam.
Polly adalah tipe anak manja tapi centil. Tingginya sudah hampir sama dengan Mindy. Bedanya Polly masih terlihat datar, sementara Mindy sudah mulai berlekuk-lekuk.
Aku ingat pernah satu kali aku sedang bekerja di komputer. Tiba-tiba Polly duduk dipangkuanku. Aku tidak bisa menolaknya karena manjanya. Ibunya hanya mencibir saja melihat kelakuan si nomor 2 ini. Dia serta merta merebut mouse dan membuka internet. Aku pasrah saja . Dia malah kupeluk dari belakang, dan Polly mulai asyik entah buka fiendster atau facebook.
Aku mulai menggoda, “ anak papa udah mulai numbuh ya teteknya, sambil aku meraba lembut kausnya di bagian susu. “ Ah papa, jangan ditekan-tekan pa rasanya masih ngilu tau,” katanya manja.
Aku jadi urung mengekplor susunya. Tanganku lalu meraba pahanya dan terus merayap ke atas masuk dari bagian bawah roknya. Lha anak ini kok gak pake celana dalam, karena jariku langsung tertumbuk daging lembut bukit kemaluannya yang masih gundul.
Polly diam saja. Dia malah melebarkan kakinya seolah-olah memberi jalan kepada jariku untuk mempermainkan kemaluannya. Jari tengahku otomatis, mulai menekan belahan memeknya. Aku gosok-gosok, lama-lama terasa basah juga. Lubangnya kecil sekali. Jariku saja sulit dimasukkan. Dia tidak mau karena sakit katanya. Aku lalu melumuri jariku lalu mengusik-usik bagian clitorisnya. Polly menggelinjang-gelinjang ketika clitorisnya tersentuh.
Dia berhenti memainkan komputer, kepalanya disandarkan ke bahuku dan nafasnya memburu. Rupanya Polly sudah terangsang. Aku terus memainkan itilnya cukup lama. Dia akhirnya mengejang dan nafasnya makin memburu.
Sejak saat itu Polly sering menagih ku untuk memuaskannya. Kadang-kadang dia dengan manjanya minta aku memandikannya lalu dilanjutkan dengan memasturbasinya. Karena di kamar mandi aku pun lalu mandi bersama. Aku tidak dapat menahan nafsuku, sehingga jika mandi bersama Polly penisku jadi tegang. Polly sering mengocok-ngocok penisku dan kemudian belajar mengoral pula. Sebelumnya akulah yang mengoral dia. Posisinya dia duduk di closet lalu aku duduk dilantai. Aku menjilati vaginanya sampai dia terpuaskan.
Kami seringkali berlama-lama di kamar mandi, tetapi herannya kok tidak ada yang protes. Baik istri ku Sue maupun Mindy. Ah kupikir karena masih ada kamar mandi lain, jadi kalaupun ada hajat masih tidak ada hambatan.
Polly kemudian minta aku menemaninya tidur malam bercerita dan akhirnya dilanjutkan minta dioral. Meski istriku di rumah, dan Mindy juga ada, tetapi ketika aku dikamar Polly tidak pernah mereka masuk kamar Polly. Oleh karenanya aku tidak pernah mengunci kamar Polly kalau aku sedang beraksi.
Aku belum sampai hati untuk menerobos keperawanan Polly, tapi untuk tahap ini cukuplah sampai pada tingkat oral saja.
Aku sekarang makin sibuk melayani 3 wanita di rumahku, dua diantaranya bisa dientot sedang yang satu lagi masih menunggu waktu matang.
Satu hari ketika aku ditinggal sendirian dirumah, karena Sue dan 3 anaknya jalan-jlan ke mall, saya mendengar bel pintu ketika baru saja selesai mandi. Saya mengenakan celana dalam yang modelnya seperti celana renang. Bedanya kalau celana renang bahannya agak tebal, celana dalamku lebih tipis.
Dengan hanya bercelana dalam aku menemui siapa yang mencet bel. Ternyata gadis kecil. Usianya kutaksir antara 11 -12. Dia mengenalkan diri sebagai Cindy Pelham. Dia juga temannya Mindy dan kedatangananya untuk maksud minta sumbangan bagi acara di sekolahnya. Sumbangan itu melalui cara menjual tiket pertunjukan.
Aku dengan santai menemui gadis kecil itu dengan hanya bercelana dalam. Aku pikir ini lebih baik dibandingkan kehidupan di kamp nudis yang serba telanjang.
Cindy mengenakan leging ketat dan kaus tank top yang bawahnya gantung sehingga perutnya kelihatan. Ku katakan bahwa saya tidak punya uang tunai. “ Okay mister, kami juga menerima pembayaran cek,” katanya.
Baiklah kalau gitu masuk dulu lah biar saya tuliskan ceknya. Cindy mengikuti sampai ke meja kerja dimana aku akan menulis cek. Saya berpikir, anak ini kok nekat amat untuk menjual tiket, sampai ikut masuk ke ruang kerjaku. Sambil aku menulis di cek, rasanya siku kiriku menempel tepat di bagian kemaluannya. Aku jadi terpecah kosentrasiku mengenai apa yang akan aku tulis dengan apa yang kurasakan di siku kiriku .
Aku nekat saja memeluk pinggangnya lalu kuraih untuk duduk dipangkuanku sambil aku menulis cek. Aku memperlakukannya seperti anakku sendiri, karena anakku juga seusia dia. Eh dia nurut dan melemaskan badannya. Sialnya, atau untungnya ya, dia menduduki kemaluanku yang lagi mau berontak. Ditiban pantat gini dia malah makin berontak.
“Mister apa yang mengganjal keras di pantatku ini,” katanya.
“Ah itu gara-gara kamu batangku jadi mengeras.” Kataku.
Dia mengangkat sedikit bokongnya lalu tangannya meraih penisku dari luar celana dalam.
Anak ini nekat banget megang-megang penisku. “Lho makin keras mister,” katanya
Dia lalu bangkit memperhatikan apa yang dia duduki. Karena penisku ukuran panjang, maka topi helm dan sedikit dibawahnya nongol dari bagian atas celana dalamku.
“Eh dia ngintip mister, boleh gak saya genggam,” katanya.
Tanpa menunggu persetujuanku, tangannya sudah masuk ke dalam celana dalamku dan menggenggam batangku yang sudah makin keras.
Anak ini cari perkara, batinku.
“Mister kalau kamu suka kamu juga boleh menyentuh saya,” katanya.
Aku langsung membuka kaus tank topnya, sehingga menyembullah tetek mengkal yang cukup menggelembung. Teteknya lebih besar dari milik Mindy, bahkan pentilnya agak lebih besar sedikit. Berikutnya celananya juga aku pelorotkan termasuk celana dalamnya. Dia sekarang bugil di depanku.
“Ayo kita pindah jangan di sini, “ kataku sambil membopongnya ke kamarku.
Aku membaringkannya di ranjang dan segera melebarkan kakinya. Kemaluannya mulai ditumbuhi rambut halus. Aku segera melahapnya dan mulai menghisap itilnya. Cindy menggelinjang setiapkali itilnya tersentuh. Dia orgasme melalui jilatan itilnya.
Kini gantianaku minta dioral . Dia dengan cekatan segera mencengkeram penisku dan melahapnya. “ Ah ini tidak jauh lebih besar dari punya papaku,” katanya.
“Tapi abangku punya jauh lebih kecil,” sambungnya lagi tanpa kutanya.
Aku lalu membatin, bahwa ini satu lagi teman Mindy yang sudah digarap ayah kandungnya, dan mungkin juga oleh abangnya.
Cindy cukup lancar mengoralku. Bahkan barangku bisa cukup masuk ke dalam mulutunya sepanjang 3 inci. Aku jadi makin terangsang dan yang membuat aku tidak kuat menahan ejakulasi adalah karena dia menyedot kuat kuat ujung penisku sampai terasa air maniku seperti dipaksa keluar. Aku nembak di dalam mulutnya. Anehnya anak ini tidakmenghindar malah menelannya. Mulutnya jadi belepotan air sperma.
Dia masih terus menjilati dengan rajin seputar kemaluanku. Aku pasrah tidur telentang. Entah mengapa, penisku cepat kali bangun lagi, sehingga tanpa komando, Cindy langsung menduduki penisku. Tidak terlalu susah menjebloskan penisku ke vaginanya. Mungkin lobangnya sudah lancar karena sering dipakai. Aku merasa tidak seperti ngentot dengan anak di bawah, umur meski nyatanya yang kutindih baru berusia maksimal 12 tahun. Lubang vaginanya sudah demikian licin dan langsung bisa membenamkan 20 cm penisku. Dia mengaku di perawani ayahnya umur 8 tahun. Jadi sekarang dia sudah rutin dientot selama 4 tahun. Pantas saja penisku masuk tanpa halangan dan himpitan.
Aku jadi main cukup lama karena ini ronde keduaku dan memeknya yang kurang mencengkeram. Berbagai gaya kami bermain. Aku sempat pula membuat dia orgasme pada posisi dogie. Aku kurang memperhatikan orgasmenya yang lain, karena aku berkonsentrasi penuh agar aku bisa ejakulasi.
Aku pun akhirnya mencapai puncak kejayaan dengan memuntahkanlahar panas ke dalam memeknya.
Saat kami membersihkan diri, dia berceritabahwa di rumahnya sering ada pesta setiap hari sabtu setiap bulan sekali.
Dia pun bercerita yang agak mengejutkan aku. Menurut dia Mindy sering bercurhat kepadanya dulu bahwa dia sering melihatku berhubungan badan dengan Sue. Mindy menurut Cindy mengidolakan aku untuk menyetubuhinya.
Walah rahasia apa lagi yang aku punya di rumah ini. Banyak teman Mindy mengetahui tingkah laku di rumah ini. “ Mister sekali-kali datanglah bersama Mindy ke pesta di rumah kami,” kata Cindy sebelum dia pamit.
Aku hampiri Mindy ketika dia sedang asyik bertelepon dikamarnya. Melihatku datang, aku langsung tanyakan apakah dia mengenal,Cindy Pelham. “ Ya dia sahabatku, dia tadi datangkan Pa minta sumbangan,” katanya. Aku menjawab sambil mengangguk.
Aku lalu mengkonfirmasi mengenai cerita Cindy tentang curhatnya Mindy soal dia sering melihatku bersebadan dengan Sue. Mindy membenarkan, karena waktu itu dia tidak tahu harus cerita ke siapa. Sementara Cindy banyak bercerita mengenai kehidupan sex di keluarganya.
Mindy lalu dengan wajah sumringah menanyakan kepadaku, apakah dia mengundang pesta ke rumah Cindy malam minggu nanti. Aku membenarkan. Dengan nada cemas Mindy bertanya, apakah aku mau menghadiri pesta di rumah Cindy.
Aku kembali bertanya apa yang diketahui Mindy mengenai pesta di rumah Cindy. Menurut Mindy, pesta di rumah Cindy agak berbeda dengan yang di kamp nudis. Meski pesertanya sama-sama telanjang, tetapi di rumah Cindy bebas melakukan hubungan sex. “Banyak temen-temenku menghadiri pesta itu,” kata Mindy.
Terbayang di otakku perempuan pra remaja telanjang dan melakukan hubungan sex. Terus terang aku penasaran juga ingin mengalami. Paling tidak berjumpa dengan orang-orang tua yang kelakuannya sama seperti aku, memperawani anak kandungnya.
Aku lalu menyetujui akan menghadiri pesta itu. Aku minta Mindy mengkonfirmasikan ke Cindy. Mindy melonjak-lonjak kegirangan.
Tapi terus terang aku belum tahu bagaimana caranya menghindar dari istriku Sue, agar aku dan Mindy bisa lolos dari rumah untuk menghadiri pesta yang menurutku super gila.
Kalau gak salah aku ngomong soal mau hadir ke pesta itu hari Rabu. Hari kamis malam istriku memberitahuku bahwa dia akan membawa Polly dan Suzie menemui kliennya keluar kota. Kata dia Mindy mau diajak tetapi dia memilih mau dirumah saja. “ wah ini satu kebetulan, aku jadi tidak perlu susah payah mencari alasan untuk pergi bersama Mindy menghadiri pesta itu,” kataku membatin.
Singkatnya sampai pada hari sabtu, sekitar jam 3 sore Sue sudah pergi bersama kedua anaknya. Jam 5 aku pun berangkat bersama Mindy ke alamat tempat tinggal Cindy.
Alamat yang kami tuju berada di wilayah agak pinggir tetapi banyak perumahan eksklusif. Kediaman mereka dipagari oleh tembok yang cukup tinggi dan tanaman pohon yang rapat. Jalan masuknya agak menjorok jauh ke dalam. Di bagian depan aku menemukan gerbang tertutup dan ada TV monitor untuk berkomunikasi dengan orang yang di dalam.
“Hallo siapa ya,” muncul suara dan gambar seorang wantia yang saya taksir berumur 40 an,”
“Saya Jack Smith ayah Mindy, kami diundang untuk menghadiri pesta ini,” kata saya melalui mikofon di depan kamera cctv.
“ Oh Ayah Mindy, ya silahkan masuk dan ikuti jalan lalu pilih ke kanan jika menemukan simpangan seperti garpu, saya temui anda disana,” jawab wanita dalam monitor itu.
Pintu gerbang lalu terbuka otomatis, dan saya dengan rasa berdebar menjalankan mobil mengikuti jalan masuk .
Aku menemukan jalan yang dimaksud dan memarkir kendaraan di samping kendaraan lain yang sudah lebih dahulu datang.
Aku turun dari mobil dan celingak celinguk mencari jalan masuk. Tiba tiba terdengar , “ Hallo Jack dan Mindy apa kabar, selamat datang di rumah kami.” Sapa seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari balik semak. Wajahnya seperti yang dimonitor tadi, tapi dia dalam keadaan bugil dan jembutnya dicukur licin. Teteknya besar, gundal gandul, wajahnya cakep tinggi sekitar 175 cm dan perut serta pinggangnya ramping.
Penisku langsung berontak di balik celana pendek melihat pemandangan asyik itu .
“Mindy buka aja bajunya dan tinggal di mobil dan sana bergabung dengan teman-temanmu di kolam renang,” kata Eloise Pelham.
“Dia gadis yang cantik dan tubuhnya bagus, “kata Eloise mengomentari tubuh telanjang Mindy.
Begitu Mindy berlalu aku juga segera menelanjangkan diri dengan penuh rasa percaya diri. Untungnya penisku bisa diajak kompromi. Dia tidak menegang, tetapi cukup mengembang meski posisinya menggantung. Jadi kelihatan cukup besar juga.
“Disana banyak anak seusia Mindy yang dapat anda kentot, tapi sebelumnya saya jelaskan beberapa aturan yang harus dipatuhi,” kata Eloise.
“ Kita adalah grup dari orang tua yang menganut paham bahwa sex adalah hal yang bebas dilakukan antara orang dewasa dengan anak-anak. Bagi kita hal itu tidaklah salah, sepanjang anak itu cukup matang dan tidak sampai mencederainya . Bagi anak-anak yang masih terlalu kecil, kami melarang mengentotinya .” kata Eloise memberi brifing.
“Cindy bercerita kepada saya bahwa anda mempunyai kontol yang sngat besar, jadi anda paham jika menyetubuhi anak yang masih terlalu kecil akan mengakibatkan sakit yang amat sangat bahkan memungkinkan dia terluka parah.,” kata Eloise.
Ah aku jadi malu perbuatanku dengan Cindy rupanya sudah sampai sini pula.
“Sekarang ada 12 gadis, yang paling muda berusia 9 tahun dan tertua 13 tahun. Beberapa yang lebih tua sudah berjembut dan sebagian teteknya sudah tumbuh . Mereka menyukai kegiatan seks, meski masih terbilang anak-anak. Saya menyarankan agar anda tidak mencoba anak yang paling kecil, karena kontol anda yang besar itu. Sebaiknya saya mengetes kontol anda malam ini sebelum pesta bubaran, “kata Eloise sambil tertawa.
“Setiap gadis kenal sex dari ayahnya dan mereka semua merasa itu adalah hal yang positif. “ kata Eloise.
“Masih ada beberapa aturan yang kalau salah satunya dilanggar anda harus keluar dan tidak ada kesempatan kedua serta tidak ada pengecualian. Apa masih tertarik untuk terus bergabung,” kata Eloise.
“ Eloise saya sudah ngentotin Cindy dan juga Mindy, sekarang menurut saya kamu membuat saya terangsang,” kataku.
“Ok” dia ketawa. “ Kita bisa tes nanti tetapi ada beberapa aturan lagi” kata dia
- Tidak boleh minum minuman beralkohol, obat terlarang atau merokok di dekat anak-anak.
- Tidak boleh memanggil nama belakang, kecuali yang bersangkutan mau dipanggil begitu
- Cewek punya hak menyukai atau tidak dan anda harus mematuhi jika dia tidak menginginkan anda.
- Tidak boleh anal sex, karena mereka masih terlalukecil untuk itu
- Tidak boleh menolak keinginan cewek-cewek itu jika mereka menginginkan anda.
- Bermain air, maksudnya kencing dibolehkan jika kedua belah pihak setuju, tetapi tidak boleh kencing di sembarang tempat. Lakukanlah di rerumputan.
- Tidak boleh mengambil foto
- Tidak boleh ada kencan pribadi dengan cewek-cewek, kecuali kedua orang tua mereka menyetujuinya. Soal hubungan anda dengan Mindy itu urusan anda.
- Jangan menceritakan mengenai klub ini. Ada komisi yang berhak menominasi anda untuk diterima di klub ini . Kalian masuk nominasi setelah Cindy merekomen kalian bergabung. Membocorkan informasi klub kita bisa mengakibatkan kita masuk penjara.
- Jagalah kesehatan sex anda jangan sampai membawa penyakit ke grup ini, kami mempunyai dokter yang selalu memeriksa kesehatan sex seluruh anggota. Semua cewek diharuskan mengkonsumsi pil anti hamil.
- “Ada pertanyaan ?” tanya Eloise.

“Anda tadi mengatakan ada yang menominasi kami, siapa dia yang merekomen kami bergabung, “ tanya saya.
“Anda nanti mengetahuinya, sejauh ini tidak boleh mengajukan pertanyaan pribadi. Malam ini anda statusnya adalah tamu, Untuk selanjutnya setiap member harus berkontribusi 500 dolar, Anda setuju ?” tanya Eloise.
“Setuju,” jawabku langsung.
“Satu pertanyaan , Ayah bisa saja ngentotin anaknya dan dapat menerima jika anak perempuannya dientot orang lain, tetapi bagaimana jika ibunya kemudian tidak setuju,” tanya saya.
“Pertanyaan yang bagus, Saya mulai melakukan hubungan sex dalam keluarga, dan ayah saya adalah pendiri klub ini . Saya mulai dientot pada umur 9 tahun . Saya yakin ini adalah pola khidupan yang cukup sehat.
Beberapa anggota juga mempunyai anak laki-laki . Saya memiliki anak laki-laki berusia 14 dan 16 tahun. Mereka pasti merasa tidak cukup hanya mengentotin seorang perempuan .”
Aku terus terang tidak puas dengan jawaban Eloise, tapi aku tidak mau mencecarnya dengan pertanyaanku, karena ini kurasa hanya akan membuang waktu.
Eloise lalu mengajak aku bergabung dengan yang lain. Dia mengatakan bahwa aku dan Mindy adalah tamu yang baru . Yang lainnya sudah beberapa kali menghadiri pesta ini .
Jika di kamp nudis menatap kemaluan lawan jenis tidak dianjurkan, tetapi disini hal itu dibebaskan. “Saya lihat anda sangat tertarik memandangi memekku dari sejak awal kita ketemu tadi, “ kata Eloise sambil tertawa.
“ Memang memekmu itu lucu gundul dan mentul,” kataku.
“ Emangnya belum pernah lihat memek cewek dewasa. Saya menyukai memek saya dalam keadaan gundul. Ayah saya pun setuju karena dia bisa melihat bibir dalam memek saya ketika kami ngentot. Saya akhirnya mematikan pertumbuhan jembut saya sejak saya umur 15. Jadi saya merasa seperti anak kecil, dan memek yang gundul gini adalah lebih indah, iya kan,” kata Eloise.
“Saya setuju dan memek anda yang mentul itu memang kelihatan erotik dan sangat menarik, dan itu membuat saya jadi terangsang “ kataku.
“Terimakasih atas pujiannya,” katanya sambil ketawa. “ Saya juga penasaran untuk menikmati kontol panjang itu malam ini, tetapi saya harus memperkenalkan anda kepada cewek-cewek dan sebaliknya. Simpan kekuatan anda untuk menghadapi gadis-gadis itu , Anda harus cukup perkasa , mari kita bergabung ke pesta, “ ajak Eloise.
Dia kemudian membimbing saya dan jalan didepan saya. Pantatnya yang motok bergetar ke kiri kanan mengikuti langkah, ini merupakan pandangan yang asyik.
Di kursi dekat kolam renang saya melihat lima orang seusia saya dengan potongan tubuh atletis dan 3 orang lainnya berada di dalam kolam renang .
Semua orang di situ bugil. Yang menarik adalah diseberang kolam renang saya melihat 7 cewek abg termasuk Mindy . Mereka semuanya masih gundul-gundul memeknya. Mereka mengelilingi meja di mana salah satu darinya duduk diatas meja sambil mengangkangkan kakinya dan memasukkan dildo keluar masuk memeknya. Para gadis lainnya cekikikan tertawa geli melihat temannya sedang asyik dengan dildo. Sementara itu kuperhatikan Mindy dan seorang temannya di sebelah memainkan memeknya dengan tangan.
Ketika saya terbengong-bengong menyaksikan pemandangan, tiba-tiba Eloise menarik tangan ku ke kumpulan laki-laki dan perempuan dewasa. “Sini saya perkenalkan dengan anggota yang lain, Ini Jack tamu kita mau jadi anggota, dia adalah ayah Mindy, gadis cantik berambut merah di seberang kolam renang sana,” kata Eloise.
“ Jack ini Frank suamiku dan dia adalah tuan rumah malam ini, Eloise memperkenalkan suaminya sambil tangannya menggapai penis nya lalu mengocoknya sebentar.
“Hi Saya Andy,” kata orang disebelahnya dan mengulurkan tangannya lalu dia memperkenalkan laki-laki disampingnya George. Yang lainnya memperkenalkan namanya Stan dan Allan. Saya melambaikan tangan ke kolam renang dan mereka adalah Dave, Tom dan Gene.
“Ini istriku, Belinda” George memperkenalkan seorang wanita cukup cantik rambut pirang yang duduk disampingnya, teteknya padat, langsing dan cukup cantik. Perhatian ku jatuh ke memek Belinda yang juga gundul. Posisi kakinya ngangkang dan kelihatannya dia habis ngentot, karena di vaginanya masih tersisa sperma meleleh.
“Saya Sandi,” gadis berusia sekitar 13 tahun maju memperkenalkan diri, tanpa ragu dia meraih penisku. “Saya putri Gene yang lagi di kolam renang itu. Inikah yang bakal menjadi kontol terbesar di club ini” kata Sandy .
“Kayaknya sih begitu, “ candaku membalas candanya
“Saya akan genap berusia 14 minggu depan, “ katanya sambil mengocok terus kontolku sampai akhirnya ngaceng sempurna.
“Saya ingin merasakan kontol terbesar ini sebagai hadiah ulang tahunku,” katanya.
Belinda mengatakan setelah Sandy mencapai umur 14 dia harus keluar dari klub ini dan bergabung dengan klub remaja yang rentang umurnya antara 14 – 18 tahun.
“Ini adalah pesta terakhir saya di klub ini , dan saya ingin mencoba yang terbaik, jadi saya ingin ngentot dengan anda, ayo dong,’ pinta Sandy.
Saya langsung meraih nonoknya dan memainkan jari saya keluar masuk di celah nonoknya.
Aku lalu menyarankan agar Sandy berbaring. Dia lalu berbaring di rerumputan. Dia anak saya kata seorang pria yang mendekat dan memperkenalkan dirinya Gere. “ Kalau dia minta dientot, artinya dia serius menginginkan anda, ayo lanjutkan, “ kata pria yang baru mendekat. Sebelum aku memulai pertempuran dengan Sandy aku mendengar suara anak-anak. “ Mami bolehkah saya melihat kontol besar. Aku menoleh dan melihat sumber suara itu. Dia adalah gadis kecil berambut coklat. Usianya kutaksir antara 10 sampai 11 tahun, telanjang . Saya perhatikan memeknya masih gundul dan mengkilat karena basah seperti sperma yang meleleh.
“Nah kamu malas amat membersihkan sperma di memekmu, Gretchen “ kata maminya sambil mengambil tissu dan melap bekas sperma yang meleleh di memeknya . “ Saya sudah katakan berkali-kali bersihkan sendiri nonokmu setiap kali habis ngentot.” Kata maminya.
Maaf ma, Gene tadi spermanya terlalu banyak menyemprot ke dalam memekku,” katanya.
“Apakah papa si Mindy akan ngentot Sandy,” kata Cewek yang memeknya baru dibersihkan tadi.
“Ayo Frank kita ngentot juga sambil melihat mereka ngentot,” kata Gretchen menarik suami Eloise. Padahal Eloise sedang mengoral Frank.
Frank meladeni keinginan Gretchen. Aku sampai miris melihat Frank memaksakan kontolnya menerobos masuk ke memek Gretchen yang kelihatannya gak bakal muat. Tapi nyatanya Gretchen malah bergerak liar dan memompa batang Frank keluar masuk memek kecilnya.
Aku asyik memompa Sandy dan dia kelihatan menikmati sekali kontol gedeku. Sedang asyik-asyiknya aku ngentotin datang seorang wanita dewasa dengan tetek yang sangat besar gondal gandul mendekatiku, dan berusaha memperkenalkan diri. Dia mengomentari gerakan Sandy mengatisipasi gerakanku. “Udahlah ma aku tau kok cara menikmati kontol besar ini, udahlah jangan ganggu aku dulu.” seru Sandy.
Kelihatanya si mama mencoba mengambil kesempatan untuk mencoba juga kontolku, tapi dicegah oleh anaknya.
Tiba-tiba Mindy mendekat dan berkomentar, “Enak Pa”
“ Kamu gimana “tanya saya.
“Saya belum pa,” katanya
Sementara itu seorang pria mendekat dibelakang Mindy.
“Mau main Mindy,” tanya pria itu.
“ Boleh pa, “ tanya Mindy kepadaku.
“Silakan saja kalau kamu suka,” jawabku.
Pria itu lalu mengambil posisi telentang dan mengarahkan Mindy agar main di atasnya. “ Silakan kamu masukkan kontol saya ke memekmu, sehingga kamu bisa menyesuaikan jika merasa apa yang kamu rasa nyaman,” kata pria itu kepada Mindy.
Mereka kemudian terlibat ngentot.
“Saya agak merasa galau juga dan cemburu ketika, George mengentot anak gadisku yang masih kecil.
Aku menyaksikan seorang pria yang belum pernah kutemui sekarang menggagahi anak ku. Di dekat kami kemudian banyak sekali orang ngentot. Aku memang kurang konsentrasi menggarah Sandy, tapi aku bisa merasakan bahwa selama permainan kami setidaknya Sandy sudah mendapat 3 kali orgasme.
Sandy akhirnya menyerah karena kecapaian. Kontolku dilepasnya. Sementara itu kontolku masih ngaceng berat.
Eloise segera mendekat ku dan langsung membimbing kontolku memasuki memeknya. Dia memompanya sebentar lalu menawarkan jika aku mau mencoba permainan air.
Aku masih bingung apa yang dia maksud. Dia lalu memberi pengarahan. Dia minta aku berbaring dan dia mengambil posisi di atasku. Sambil dia membenamkan kontolku di memeknya dia kemudian melepaskan hajatnya kencing sebanyak-banyaknya sementara kontolku masih berada di dalam memeknya. Dia tertawa senang.
“Sekarang giliran mu, kamu harus berada di atas ku dan cobalah kencingi aku ketika penismu berada di dalam memekku,” kata Eloise.
Aku tidak yakin bisa pipis sementara kontolku ngaceng begini. Aku lalu berhenti dan kosentrasi sebentar sambil merasakan air kecingku akan keluar. Aku melepaskan saja hajat pipisku dan menyemburlah air kencing masuk ke dalam memeknya sampai luber kemana-mana membasahi semua kemaluan Eloise.
Aku tertawa geli mengalami kejadian ini. Sensasinya memang luar biasa.
Akhirnya hari mulai gelap sementara aktifitas ngentot sudah mulai reda.
Kami menikmati santapan malam yang yang disajikan.
Selesai makan malam aktifitas ngentot berlanjut lagi dan aku melakukan dogie style dengan siapa saja aku lupa namanya bersanding dengan orang seusiaku yang juga mendogie entah siapa. Kami ngobrol sambil ngentot. Dia mengatakan, bahwa aku tidak perlu mengentot setiap gadis sampai aku ejakulasi. Jika gadis itu merasa sudah cukup puas aku bisa pindah menikmati gadis yang lain. Ini agar staminaku tidak terlalu terkuras, katanya. Aku pikir ada benernya juga. Aku lalu melakukan ngentot terhadap banyak gadis sampai aku lupa sudah berapa yang aku coblosin memeknya.
Sementara aku lagi asyik mengentot tiba-tiba ada memek di depanku yang minta dijilat, Aku tidak sempat melihat wajahnya, tetapi aku rasa ini memek si nyonya rumah.
Benar saja Eloise. Dia menanyakan berapa gadis yang sudah saya entot. Saya tidak ingat, tetapi mungkin 7 atau 8, sementara saya sudah ejakulasi 3 kali.
“Bagaimana apa seterusnya anda mau bergabung dengan klub kami,” tanya Eloise.
“ Ya tentu saja,” kataku cepat menyambut tawarannya.
“ Untuk itu anda harus mengajak istri, bergabung di sini, “ timpalnya lagi.
“Ah saya ragu apa dia mau menerima keadaan seperti ini,” kataku.
“Jangan terlalu mengkhawatirkan itu,” sambut suara yang kayanya aku kenal. Dan dengan segera aku melihat Sue ada di bawah sana.
Aku tentu saja terkejut. “ Gimana sih ini, kok bisa gini,” tanya ku.
Eloise dan Sue tertawa geli melihat aku terperanjat.
“Aku menunggu sampai Mindy sukup besar untuk bergabung di klub ini, “ kata Sue.
Menurut George, dokter di klub ini, perempuan setidaknya harus berumur 9 tahun. Pada umur segitu kelaminnya sudah cukup matang untuk menerima penis dewasa.
“Saya sudah lama menginginkan keluarga kita bergabung ke klub ini, sejak kita kawin dulu saya sudah berangan-angan bergabung di sini,” kata Sue.
Dia lalu menceritakan bahwa klub ini sudah lama berdiri. Sue bercerita bahwa dia diperawani ayahnya ketika dia masih 9 tahun, saat berlibur ke Swiss. Pada usia 10 tahun keluarga Sue bergabung ke klub ini.
Sue sesekali masih datang ke klub ini, bukan di bagian klub anak-anak, tetapi klub yang dewasa bersama ayahnya.
Klub ini memberi banyak pelajaran tentang sex, sehingga kelak Mindy memahami bagaimana berhubungan dengan laki-laki dan mencapai orgasmenya. “ Sayang kamu nggak marahkan saya selama ini menyembunyikan fakta ini,” kata Sue membujukku.
Dia mengatakan bahwa keluarga kami pada akhirnya akan bisa bergabung dengan klub ini.
Aku masih tidak mengerti dengan dia mengatakan keluarga kami.
“ Gini lho, Polly mungkin 3 tahun lagi siap kamu kentot, dan Suzie mungkin 6 tahun lagi,” kata Sue.
Jadi aku dan Sue bisa menjadi bagian grup ini untuk waktu yang cukup lama.
Aku jadi menerawang betapa Sue sudah bergabung di klub ini sejak dia masih 10 tahun. Dan sekarang dia menggambarkan bahwa kami bisa bergabung untuk waktu lama di klub ini. Ini artinya aku mempunyai banyak kesempatan mencicipi gadis-gadis muda dalam waktu yang cukup lama. Membayangkan itu, kontolku jadi keras lagi.
Sue menjelaskan meskipun Polly dan Suzie belum bisa dientot, tetapi klub ini memboleh kan mereka bergabung di sini. Pada usia 8 tahun kepada mereka mulai bisa diperkenalkan oral sex.
Hebatnya klub ini punya jaringan dengan klub-klub lain sedunia yang situasinya mirip.
Ketika liburan kami sekluarga menghabiskan waktu di klub semacam ini di Karibia. Ada sekitar 200 an keluarga berkumpul di sana. Ada sekitar 60 perempuan, 40 laki-laki yang semuanya dibawah usia 14 tahun. Peraturannya sederhana, semua harus telanjang, dan siapapun yang disukai dan menyukai boleh dientot.
Itu liburan kami tahun lalu. Bulan ini ini minggu depan Polly genap berusia 10 tahun. Kami merayakan di rumah dengan sederhana, tetapi kami masih punya pesta lain yang kami siapkan di tempat lain. Suzi kami titipkan ke seorang pengasuh yang juga anggota club. Sementara aku , Sue, Mindy dan Polly menginap di motel. Kami menyewa dua kamar yang mempunyai koneksi door. Sue dan Mindy membantu Polly untuk menikmati hubungan badan pertama kalinya. Kami berempat elanjang dan aku berhasil memerawani Polly. Kami malam itu main sepuas-puasnya. Semua kebagian, Sue, Mindy dan sebelum siang keesokan harinya aku sempat mengentoti Polly sekali lagi.
Polly kemudian kami gabungkan ke club untuk menikmati kontol-kontol lain. Sementara itu setelah Mindy beranjak remaja dia pindah ke klub remaja dengan rentang umur antara 14 – 18 tahun. Aku jadinya bergabung dalam dua klub dan aku jadi punya banyak sekali kesempatan mengentotin perempuan muda.
Sementara itu Suzi yang sudah berusia 8 tahun mulai kami perkenalkan orgi di rumah. Dia mulai aku oral dan ketika dia menginjak usia 10 tahun aku kembali memerawaninya dan untuk selanjutnya bergabung ke dalam klub untuk berbagi rasa dengan orang lain memek anak bungsuku.



----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh

2239

21Tahun.Sextgem.Com