Pengalaman Seorang Istri
Setelah didesak oleh suamiku, dengan alasan bahwa tidak ada salahnya berbagi pengalaman agar rekan-rekan dapat melihat dan menambah pengetahuan tentang kehidupan seksual kami, akhirnya aku mau juga menceritakan pengalaman seksualku, dengan syarat bahwa tidak ada nama sesungguhnya. Saat ini jika anda membaca tulisan ini, suami sayalah yang menulis serta meramu menjadi suatu tulisan, saya hanya bercerita tentang pengalaman, perasaan dan pikiran saya. Silakan apabila anda ingin bertanya, sharing ataupun berdiskusi, dengan saya ataupun dengan suami saya.
Pacaran dan Kontak Seksual
Sejak kecil, orang tuaku menekankan bahwa area kelamin adalah jorok, kotor dan sebagainya. Aku masih ingat ketika masih kecil, ketika aku memegangi kelaminku, ibuku mengatakan bahwa itu tidak bagus, jorok, kotor, banyak kuman. Mungkin karena sejak kecil ditanamkan hal tersebut, maka sampai aku berpacaran, aku tidak pernah masturbasi. Tidak terlintas dalam pikiranku untuk memikirkan hubungan seksual atau memainkan alat kelaminku sendiri. Selama aku belum mengenal suamiku, hampir tidak ada kontak seksual antara aku dan pria.
Aku hanya berpacaran 2 kali. Pertama pada saat duduk di bangku SMA, yang kedua adalah dengan Abang, suamiku. Pada saat berpacaran untuk pertama kali, kami berpacaran tidak sungguh-sungguh. Pada saat itu aku masih tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam berpacaran (aku anak yang dimanja orang tua, sampai SMP aku masih bersikap layaknya anak kecil, dan orang tuaku over protective). Hubunganku dengan pacar pertama hanya singkat saja, hanya berjalan 1 bulan, itupun tanpa jalan bareng, tanpa datang ke rumah dan lain-lain. Hanya berpacaran atau bertemu dan mengobrol ala kadarnya di sekolah. Tidak ada kontak seksual sama sekali dengannya.
Makin lama memang pengetahuanku tentang seksualitas meningkat seiring dengan usiaku yang bertambah, pada waktu di SMA aku sudah mengetahui tentang hubungan seksual, akan tetapi aku tidak merasa tertarik untuk melakukannya. Pernah bersama teman-temanku menonton film biru. Aku terkaget-kaget menyaksikan adegan itu, karena tidak mengira ada orang yang mau mempertontonkan alat kelamin mereka dan memainkannya dengan tangan, mulut, dan terakhir bersenggama. Aku dan temanku muak melihatnya, hanya beberapa adegan, kemudian kami mematikan film tersebut dan termangu, dan kami berkomentar bahwa hal itu menjijikan.
Menonton film (apalagi film porno), mendengar cerita jorok tidak membuatku ingin melakukan hubungan seksual. Namun seiring dengan itu, beberapa kali aku ingat bahwa aku bermimpi bermesraan dengan pria, dan muncul hasrat seksual, akan tetapi kepuasan itu tiba tanpa adanya hubungan seksual, hanya sekedar bermesraan, atau berpelukan. Aku tidak ingat berapa kali aku bermimpi seperti itu, tapi yang jelas tidak terlalu sering, biasanya hal ini datang periodik, seperti halnya datang bulan. Aku berpikir, mungkin ini disebabkan siklus hormon dalam diriku saja.
Dengan Abang, demikian panggilanku kepada pacar kedua, yang sekarang adalah suamiku, lain. Kami berpacaran ketika aku sudah kuliah. Kami bertemu di kampus. Hubungan kami pun semula biasa saja, sebatas junior dan senior. Tidak ada perasaan deg-degan ketika bertemu dengannya, aku juga tidak ngecengin Abang, dan dari pengakuannya, sebetulnya Abang pada saat itu sebetulnya sedang berusaha mendekati teman dekatku, Vita.
Hubunganku dengan Abang berjalan cukup lama, kami menikah setelah kurang lebih 4 tahun berpacaran. Karena Abang lebih dulu lulus, maka tahun-tahun terakhir berpacaran, kami berbeda lokasi yang lumayan jauh, yang mana tidak dapat bertemu setiap saat. Namun, selama kami berada di satu kota, banyak hal yang berkaitan dengan kontak seksual yang aku dan Abang lakukan selama berpacaran. Dan pengalaman seksualku dengan Abang adalah pengalaman seksual yang pertama, dan satu-satunya pria yang kusayangi.
Kontak seksual dengan Abang pertama adalah ketika Abang mencium keningku. Saat itu aku merasa senang sekali karena aku merasa bahwa Abang sayang padaku. Sejak saat itu, Abang mulai berani mencium pipiku. Setiap ada kesempatan, pasti Abang mencium pipiku. Aku merasa senang bila Abang mencium pipiku. Terkadang aku merinding geli, dan ada rasa aneh yang menjalar di sekujur badan bila Abang mencium pipiku lama-lama dan mulai menciumi bagian dekat telinga.
Aku tidak ingat lagi, kapan pertama kali Abang mencium bibirku. Saat itu aku masih kaku sekali. Abang mencium bibirku, dan aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Saat itu ciuman di bibir terasa biasa saja, tidak ada aliran listrik, tidak ada serrr. Biasa saja. Aku malah lebih senang bila Abang mencium kening atau pipiku. Apalagi kalau mencium pipi lama-lama. Aku jadi bingung, kenapa banyak yang bilang bahwa ciuman bibir menyenangkan, menggairahkan dan lain-lain. Aku tidak dapat merasakan kenikmatannya. Semakin sering berciuman, Abang mengajariku teknik berciuman. Aku mengambil kesimpulan, aku ikuti apa yang Abang lakukan terhadap diriku. Kalau Abang mengisap bibirku, maka aku juga melakukan hal yang sama. Ternyata ciuman bibir begitu menyenangkan sekali. Aku sangat menyukainya, apalagi bila mulai memainkan lidah. Ada perasaan nikmat tersendiri ketika aku mengulum bibir dan lidah Abang.
Saat berciuman, biasanya tangan Abang memeluk diriku sehingga tangannya melingkari badanku, sehingga tangannya dapat menggosok-gosok punggungku. Aku sangat menyukainya, karena aku merasa begitu dekat dengan dirinya. Sejak kecil, memang aku selalu dimanja, oleh karena itu, aku sangat senang kalau dipeluk, dielus-elus dan dimanja. Lama-kelamaan, Abang semakin berani, ia tidak hanya menggosokkan tangannya dari luar baju, akan tetapi mulai masuk melalui bawah baju atau kaos yang aku pakai dan membelai langsung kulit punggungku. Semula aku agak risih, tapi lama-lama aku tidak keberatan, dan malah aku merasa senang sekali. Semakin lama kami berpacaran, kontak seksual kami semakin seru.
Setelah seringkali kami berciuman, berpelukan dan akhirnya pada suatu saat, kami bercumbu, dan kami berada dalam posisi aku terbaring telentang, dengan tubuh Abang berada di atasku. Aku merasakan sesuatu yang keras di bagian alat kelaminku. Aku tidak mengerti bahwa yang menempel pada alat kelaminku adalah alat kelaminnya yang mengeras. Aku hanya merasakan ada kenikmatan ketika alat kelaminku terkena bagian tubuh Abang yang keras, tanpa sadar aku biasanya ikut menggoyangkan pinggulku ketika Abang menggoyangkan pinggulnya menekan lebih kuat bagian tubuhnya ke kelaminku.
Gerakan itu tidak kurencanakan, tapi entah kenapa saat itu aku menggerakkan pinggulku, walaupun kami masih menggunakan celana lengkap (aku lebih sering menggunakan celana jeans dari pada rok) namun aku dapat merasakan nikmat pada diriku. Semakin aku bergoyang, rasa nikmat itu bertambah, ada rasa nikmat pada alat kelaminku. Biasanya setelah lama bercumbu seperti itu, Abang mengejang dan lemas. Aku baru tahu, bahwa saat mengejang itulah Abang orgasme. Biasanya akan tampak basah di celananya. Aku merasa lega bila Abang sudah mencapai puncak kepuasan bila sedang bergumul, bukan karena aku merasa puas, akan tetapi terlepas dari rasa takut dan rasa bersalah. Aku selalu merasa bahwa ada perasaan yang tidak enak, perasaan bersalah dan rasa takut, sepertinya aku merasa sangat berdosa.
Aku serba salah, selama bergumul, aku merasa ada hasrat atau keinginan yang aneh, kemaluanku sangat nikmat jika tertekan tubuh Abang. Aku sangat menikmatinya. Beberapa kali, terutama jika aku mengenakan celana yang berbahan halus, aku bisa mencapai orgasme. Sebelumnya aku tidak pernah orgasme. Beberapa kali bergumul aku merasakan orgasme, perasaan yang nikmat luar biasa. Di sisi lain, setelah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, aku selalu merasa bersalah, berdosa dan ingin rasanya menyendiri. Oleh karena itu, setelah orgasme biasanya aku segera melepaskan diri dari dekapan Abang, dan minta Abang turun dari tubuhku. Hal ini disebabkan aku ingin menyendiri, tidak ingin bersama Abang, dan menyesal. Ironisnya, aku tidak tahu apa yang aku sesali. Aku melakukan hal itu bersama, dan sebetulnya kami tidak melakukan hubungan seksual yang sebenarnya, jadi tidak harus merasa terlalu bersalah. Akan tetapi aku sendiri tidak tahu, kenapa perasaan bersalah, berdosa itu selalu muncul ketika bercumbu berat ataupun setelah orgasme.
Tidak jarang berpikir bahwa aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi pikiran ini tidak pernah terjadi, aku selalu dan selalu akan melakukan hal itu lagi tanpa dapat menahan keinginanku. Berkali-kali itu pula Abang selalu kuminta melepaskan pelukan dan dekapan ketika aku habis orgasme. Suatu saat Abang bertanya, mengapa aku selalu menolak atau meminta Abang untuk melepaskan pelukan. Aku berbohong mengatakan bahwa jika aku orgasme aku merasa kepanasan. Hal ini berulang kali setiap kami bergumul, dan setiap kali aku orgasme, dengan penuh perhatian Abang mengipasi diriku dengan majalah, koran ataupun kipas.
Lama kelamaan aku merasa tidak enak telah berbohong dengan orang yang aku sayangi. Akhirnya aku mengakui bahwa ada perasaan tidak enak ketika habis melakukan kontak seksual, apalagi kalau orgasme. Bahkan terkadang aku merasakan perasaan itu ketika hasrat seksualku mulai bangkit, ketika sedang bercumbu. Abang mengerti perasaanku, dan Abang bercerita bahwa sebelumnya Abang juga merasakan hal yang sama, yaitu perasaan bersalah yang amat sangat setelah bermasturbasi (lihat pengalaman seksual Abang pada tulisan terdahulu). Abang bercerita bahwa hal itu dapat hilang dengan sendirinya bila kita menganggap bahwa hal itu hal yang wajar, biasa saja, dan kita juga memahami bahwa sebetulnya dorongan seksual adalah normal untuk setiap manusia. Jadi kita tidak perlu merasa terlalu bersalah untuk melakukan hal ini (jika dipikir memang apa yang Abang katakan benar, tapi tentunya hal ini tidak sesuai dengan norma yang ada).
Secara logika aku menerima pendapat Abang, bahwa kebutuhan seksual adalah salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi, seperti: makan, minum, tidur. Perlahan-lahan aku mencoba untuk menerima saran Abang. Aku berusaha melupakan perasaan bersalah. Abang juga terus meyakinkan aku dengan menunjukkan kepadaku literatur-literatur serta tulisan-tulisan yang dia peroleh dari berbagai sumber tentang kehidupan seksual wanita. Buku pengetahuan tentang seksual Abang, baik dari dalam maupun luar negeri cukup banyak. Beberapa literatur diberikannya kepadaku. Perlahan-lahan memang perasaan bersalah itu berkurang, namun, tetap tidak dapat hilang dari perasaanku. Aku masih tetap merasakan perasaan bersalah.
Tentang Kelamin Pria
Sejalan dengan umur pacaran kami, kami menjadi lebih berani dalam bercumbu. Kami menjadi lebih saling terbuka dalam mengungkapkan masalah-masalah seksual. Ada hal yang amat berharga bagiku, yaitu bahwa Abang tidak senang bila ia ditolak ketika pergumulan sedang mulai, biasanya dia akan muram bila pergumulan berjalan setengah dan terhenti. Hal lain yang aku pelajari adalah bahwa Abang sangat tidak senang apabila ketika sedang bergumul aku tertawa. Kejadiannya adalah, Abang selalu berusaha untuk memegang payudaraku ketika sedang bergumul, entah mengapa, aku tidak dapat menikmatinya, geli sekali apabila payudaraku diraba.
Suatu kali karena tidak tahan, aku tertawa ketika payudaraku diraba. Abang marah sekali saat itu. Untunglah Abang mau mengerti bahwa aku bukan mentertawakan apa yang kita lakukan, akan tetapi karena geli sekali. Abang mau mengerti, akhirnya Abang mengalah dan tidak lagi mencoba memegang payudaraku (that’s why I love him, sabar dan mau mengerti aku). Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku sangat geli ketika payudaraku disentuh. Dari cerita-cerita teman-teman maupun bacaan yang kubaca, aku tahu bahwa biasanya wanita akan sangat terangsang dan senang bila payudaranya disentuh atau dipegang pada saat melakukan kontak seksual. Payudara adalah bagian tubuhku yang paling akhir Abang lihat dan sentuh. Abang malah terlebih dahulu melihat kemaluanku sebelum melihat payudaraku (lihat tulisan tentang payudara).
Kontak seksual lain yang kami lakukan sebelum menikah adalah petting. Abang yang memulai mengurangi pakaian yang dikenakan ketika petting. Semula ia mengatakan bahwa kemaluannya agak sakit bila mengenakan celana panjang, ia kemudian hanya mengenakan celana dalam ketika petting, semakin lama, ia memintaku untuk mengganti celana panjang dengan celana pendek, dengan alasan lebih enak dan tidak panas. Biasanya kalau kami berduaan, aku langsung mengganti celana pendek, juga bila aku ke tempat kost Abang karena aku membawa celana pendek, atau menggunakan celana pendek Abang. Selain lebih enak, juga biar dapat dengan segera melayani Abang tanpa harus menunda gejolak dengan mengganti celana dulu. Biasanya nafsuku dapat langsung hilang bila ada sesuatu yang menunda. Lama-kelamaan aku mulai melepas celana pendek dan hanya menggunakan celana dalam saja. Hal ini kulakukan selain aku semakin sayang dan percaya sama Abang, aku lebih senang karena sentuhan kulit dengan kulit semakin terasa.
Suatu kali, ada pengalaman yang sangat menarik, yaitu ketika itu siang hari, dan kami ingin tidur siang bersama (benar-benar tidur). Abang mengatakan bahwa ia ingin membuka celana dalamnya, hal ini memang kebiasaan Abang tidur. Dia mengatakan bahwa Abang punya kebiasaan membuka celana sama sekali ketika tidur. Waktu itu aku tidak percaya, dan tidak mengerti mengapa, aku mengira bahwa Abang mengada-ada. Saat itu aku hanya bilang terserah Abang, dan aku segera masuk selimut dan berbaring miring memunggungi Abang. Tidak lama kemudian Abang berbaring sambil memelukku dari belakang. Aku pegang tangannya, Tidak seperti biasanya, ketika kakiku bergerak, ada perasaan aneh di sekitar pahaku (aku hanya mengenakan celana pendek waktu tidur saat itu). Ada seperti menyentuh rambut halus, dan ada seperti benda Aneh. Aku sukar menggambarkannya, akan tetapi aku berpikir, pasti itu adalah alat kelamin Abang. Aku kaget sekali, dan aku langsung bertanya ke Abang, apakah dia jadi membuka celananya. Abang mengiyakan. Aku terheran-heran.
Kemudian Abang bercerita tentang kondisi kemaluannya, ia bercerita bahwa ia disunat dan seterusnya. Pada waktu itu yang menarik adalah bahwa Abang menawarkan untuk memperlihatkan kemaluannya kepadaku. Aku saat itu sebetulnya ingin sekali melihat, akan tetapi malu untuk memintanya. Abang sepertinya tahu, lalu aku diminta berbaring di dadanya, (aku suka sekali berbaring di dadanya) dengan kepala menengok ke arah kakinya (bayangkan apabila anda bersama pasangan anda berjalan berdua, lalu tangan laki-laki merangkul, seperti itulah kami berbaring, tapi saat ini kepalaku bertumpu pada dadanya), lalu Abang menyingkapkan selimut yang menutupi kemaluannya, dan dari balik selimut aku melihat benda yang belum pernah kulihat (live show) sebelumnya, kelamin pria dewasa.
Aneh rasanya melihat kelamin pria, aku sama sekali tidak terangsang, namun aku tertarik sekali dan ingin melihat lebih jelas. Lalu dengan masih berbaring, Abang menjelaskan kepadaku bagian-bagian, nama-namanya, gunanya dan lain-lain. Ia juga memperlihatkan luka bekas sunat. Ia menceritakan banyak tentang alat kelaminnya. Aku senang sekali mendapatkan pengetahuan baru tentang seksualitas. Alat kelamin pria! Saat itu alat kelamin Abang kulihat jelek sekali, keriput hitam dan ada urat-uratnya, ditambah lagi rambut keriting yang ada di sekitar batang hitam itu. Aku sama sekali tidak tertarik secara seksual melihat kemaluannya.
Abang juga menawarkan kalau ingin menyentuh alat kelaminnya. Aku sedikit bingung, antara mau tahu, malu dan juga agak jijik. Aku hanya menutupkan mata dan menggidikkan wajah. Abang seakan tahu bahwa aku sedang bimbang, maka dia memegang tanganku, dan dibimbingnya tanganku ke kelaminnya. Saat itu tanganku terkepal kuat, namun Abang tetap menyentuhkan jariku ke kelaminnya dengan lembut. Ada suatu yang lembut kurasa di jari-jariku. Perlahan kubuka kepalan tangan, dan Abang tidak lagi memegang tanganku dengan kuat, tapi memegang dengan lembut dan membimbing tanganku menyentuh kelaminnya. Aku pun pelan-pelan mulai melihat tanganku yang sedang menyentuh alat kelaminnya. Aneh, benda jelek seperti ini mempunyai kulit yang sangat lembut. Di dalam scrotum-nya tampak dua bola yang bergerak-gerak.
Aku memberanikan diri untuk memegang batang kemaluannya setelah bertanya apakah akan sakit atau tidak. Aku memegangnya dengan dua jariku. Aku melihat-lihat dan membalik-balikkan batang kelamin Abang, (jeleknya kelamin pria ini, pikirku saat itu). Abang berkata bahwa ia senang sekali karena aku mau memegangnya. Saat itu aku berterima kasih sekali karena Abang mau menunjukkan sesuatu yang baru kuketahui, yang sebetulnya sudah lama aku ingin tahu, seperti apa sih alat kelamin pria itu. Saat ini aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bukan hanya melihat, tapi menyentuh, dan memegangnya. Aku pun tahu nama dan guna bagian dari alat kelamin pria, bukan hanya teori, tapi langsung melihat dan menyentuhnya. Saat itu aku merasa senang sekali. Siang itu kami tidak melakukan petting, tapi kami tidur siang berdua, aku tetap berbaring dengan kepala bersandar di dadanya, dan tertidur ketika aku masih memandangi dan memegang mainan baruku.
Sejak aku melihat dan memegang alat kelamin Abang, Abang tambah membekaliku dengan berbagai pengetahuan tentang kontak seksual. Abang mengajariku untuk memanipulasi alat kelamin pria yang benar. Abang mengatakan bahwa pria amat senang apabila wanita memegang alat kelaminnya. Aku tertarik sekali, dan kebetulan setelah berkali-kali aku memegang dan melihatnya, aku tertarik untuk memegangnya. Adalah hal yang menarik dan lucu melihat alat kelamin pria yang tadinya lemas, dan kecil terkulai, bisa menjadi batang keras, besar yang tegak. Tidak jarang batang kemaluan Abang berdenyut. Aku suka sekali sensasi ketika memegang batang kemaluan Abang dan batang kemaluan tersebut berdenyut.
Dari Abang aku diajari cara untuk memegang batang kemaluan secara benar, membelai dan memainkan scrotum yang menyenangkan tapi tidak menyakitkan, aku juga tahu bahwa bagian kepala sangat sensitif jadi sebaiknya tidak dengan gesekan yang terlalu kuat. Saat itu, aku menjadi suka sekali dengan batang kemaluan, terutama memainkannya dengan tanganku. Abang akan menggeliat kenikmatan apabila batang kemaluannya kupelintir-pelintir seperti melinting rokok. Tidak jarang aku sengaja membuka retsleting dan memegangi kelamin Abang ketika di dalam mobil (biasanya malam-malam). Aku menjadi senang memegang batang kemaluan, gemas rasanya memainkan batang kemaluan pria.
Biasanya apabila aku sedang memainkan batang kemaluan Abang, hasratku muncul, dan biasanya akan dilanjutkan dengan petting yang diakhiri dengan orgasme Abang dalam perasan tanganku. Pada kesempatan itulah aku juga tahu tentang sperma yang keluar dari batang kemaluan, rasanya pekat, lengket, berwarna putih dan hangat. Cairan sperma sangat kental dan kalau tidak ditutup atau dihalangi dapat menyemprot keluar jauh sekali. Jadi, setiap Abang mau orgasme, biasanya aku menutupi lubang kelaminnya dengan tissue atau celana dalamnya. Aku lebih senang menutupi dan melap dengan celana dalamnya, karena bila dengan tissue, biasanya tissue akan lengket di tanganku, atau di kelamin Abang.
Tidak seperti yang diceritakan di buku porno ataupun cerita-cerita porno, sperma Abang tidak berbau sama sekali, tapi memang repot juga kalau sudah mau orgasme, sibuk mencari tissue atau celana dalam (tapi aku senang lho). Entah kenapa, aku selalu merasa senang sekali kalau Abang orgasme. Kalaupun aku tidak mengalami orgasme, akan tetapi aku sangat senang dan bahagia melihat Abang orgasme. Hal ini memang tidak terlalu sering terjadi, karena biasanya bila melakukan petting, aku akan orgasme terlebih dahulu, baru kemudian Abang akan orgasme setelah melakukan petting lagi denganku atau dengan aku memijat dan meremas batang kemaluannya.
Petting dan Oral Seks
Pengalamanku bertambah lagi setelah aku mulai berani mencium batang kemaluan Abang. Semula aku ragu-ragu, karena aku masih berpendapat bahwa kelamin itu jorok. Namun setelah Abang berulangkali meyakiniku, bahwa alat kelamin tidak jorok, dan hampir sama dengan anggota tubuh yang lain, maka aku perlahan-lahan mulai memberanikan diri.
Semula aku hanya mau mencium dengan menempelkan bibir saja. Hal itu setelah dipaksa oleh Abang. Tapi lama-lama, aku terbiasa, dan ada daya tarik sendiri, entah apa. Aku menjadi suka menciumi batang kemaluan Abang. Aku lalu bertanya, sebetulnya apa yang disukai Abang. Abang memberikan contoh yang diinginkan dengan jarinya, tapi gambaran tentang cara yang disukai Abang baru jelas setelah Abang memberi contoh dengan pisang. Ya, alat peraganya pisang, dan sangat efektif dalam memberikan pelajaran kepadaku. Abang menjelaskan bahwa ketika aku melakukan oral seks, terkadang gigiku menyentuh kulitnya. Hal ini tidak menyenangkan. Abang mencontohkan caranya supaya tidak ada bekas gigi di kulit pisang. Dan hasilnya? Luar biasa. Aku sendiri terkagum-kagum atas dampak yang aku lakukan ketika mempraktekan hisapanku. Abang begitu menikmatinya, menggelinjang dan mendesah-desah. Aku tidak pernah melihat Abang menikmati kontak seksual seperti saat itu.
Oleh karena itu aku sangat menyukai oral seks, dan sejak itu aku terbiasa dengan oral seks. Aku dapat melakukannya dengan baik, aku biasa melakukannya di mobil, di kamar, dan di mana saja ada kesempatan. Aku suka sekali melihat Abang menggelinjang kenikmatan, aku suka sekali melihat dan merasakan batang kemaluan Abang bergerak-gerak ketika dirangsang. Biasanya batang kemaluan Abang akan sangat cepat ereksi bila aku menghisap kepala batang kemaluan, dan memainkan lidahku di kepala batang kemaluan seperti sedang menghisap permen kojak (tahu kan, permen bundar yang ada gagangnya).
Setelah sering kami melakukan petting atau oral seks, dengan keadaan Abang bugil, dan aku hanya mengenakan pakaian dalamku, lama-lama aku berani juga membuka celana dalamku ketika petting. Hal ini aku beranikan setelah mendengar cerita Abang tentang temannya yang suka melakukan petting dengan pacarnya tanpa mengenakan apapun, tapi tidak melakukan penetrasi. Aku tertarik juga, lagi pula selama ini Abang suka memasukkan kelaminnya ke celana dalamku, jadi sama saja. Akhirnya pada suatu saat aku membiarkan Abang membuka celana dalamku.
Semula aku masih malu dan menutupi kemaluanku dengan tangan bila Abang melihat ke arah kelaminku. Aku juga masih belum memberikan kesempatan kepada Abang untuk memegang alat kelaminku. Tapi itu tidak bertahan lama. Lama-kelamaan kepercayaanku kepada Abang semakin meningkat dan membiarkan Abang melihat dan memegang alat kelaminku. Aneh rasanya alat kelaminku dipegang orang, berarti Abang adalah orang asing pertama yang memegang alat kelaminku. Aku kurang begitu senang bila alat kelaminku dipegang, apalagi kalau masih kering. Lubang kemaluanku memang sulit basah. Terkadang bisa kering dengan cepat kalau rangsangan tiba-tiba hilang. Karena aku sering mengeluh, akhirnya Abang jarang memegang dan menyentuh kelaminku lagi. Padahal sebetulnya nikmat juga kalau sudah terangsang.
Suatu saat, kami sedang bercumbu dan aku hanya mengenakan BH-ku saja, kemudian Abang menciumi badanku. Aku sangat menyukai bila Abang mulai menciumi seluruh tubuhku, terasa geli tapi nikmat. Ciuman Abang mulai turun ke bawah, aku tahu, pasti Abang akan melakukan oral seks terhadap diriku. Aku menolak, dan mati-matian aku tidak mau Abang melakukan oral seks kepada diriku. Aku tidak mau Abang kecewa setelah melakukan oral seks kepada diriku. Aku takut Abang mencium bau yang tidak sedap di area kewanitaanku. Aku tidak mau Abang menciumi daerah tubuhku yang kotor. Aku selalu meminta Abang untuk langsung memelukku dan melakukan petting seperti biasa, hanya dengan cara seperti ini aku berusaha merayu Abang untuk tidak melakukan oral seks, tapi tetap melakukan kontak seksual. Lama-kelamaan, Abang bertanya, mengapa aku menolak. Aku mengatakan sejujurnya tentang pandanganku. Abang tertawa mendengar penjelasanku, dan ia kembali memberikan penjelasan kepadaku tentang oral seks. Tidak lupa ia selalu memberikan literatur-literatur tentang oral seks dan menerangkan kepadaku dengan sabar.
Suatu saat, setelah aku yakin, aku membiarkan Abang melakukan oral seks kepada diriku. Ternyata luar biasa! Aku tidak dapat mengungkapkan perasaan nikmat yang kurasakan ketika Abang melakukan oral seks. Biasanya aku hanya bisa menggelinjang, meremas bantal atau memeluk bantal erat-erat ketika Abang memainkan lidahnya di sekitar bibir kemaluan atau di klitorisku. Sensasional sekali. Sayangnya aku tidak dapat mendekap tubuh Abang ketika Abang sedang melakukan oral seks. Aku merasa bahwa aku tidak akan bisa orgasme kalau aku tidak memeluk Abang. Maka biasanya bila kenikmatan begitu memuncak, aku menarik Abang untuk melakukan petting seperti biasa dan kemudian tidak lama kemudian aku akan mendapat orgasme.
Tentang Masturbasi dan Orgasme
Sejak berpacaran dan bercumbu dengan Abang, aku mulai seringkali merasa gairah seksualku meningkat. Aku sering merasa ingin dipeluk, dicumbu dan melakukan kontak seksual dengan Abang. Aku seringkali berpikir bercumbu dengan Abang dan aku bermasturbasi. Banyak cara bermasturbasi, Abang mengajariku berbagai macam cara bermasturbasi, tapi aku lebih senang memeluk bantal guling, dengan aku berada di atas guling, aku menggerak-gerakkan pinggulku menggesekkan klitoris pada bantal guling sampai orgasme. Posisi seperti menunggang kuda ini memang amat sering membuatku orgasme. Hampir 90% orgasmeku, baik masturbasi maupun kontak seksual dengan Abang aku dapatkan dengan posisi seperti ini. Posisi ini memang memungkinkan aku menentukan sendiri daerah mana yang lebih enak digesekkan, dan seberapa besar gesekan yang pas.
Dalam bermasturbasi, aku selalu membayangkan Abang di bawah, dan aku berada di atasnya. Aku juga pernah mencoba menggunakan shower air hangat, rasanya menyenangkan dan mengasyikan, tapi tekanan air aku anggap masih kurang pas buatku, aku tidak dapat orgasme dengan menggunakan teknik pancuran ini. Aku juga tidak suka menggunakan tangan, karena kurang nyaman bila memegang daerah klitoris.
Aku menyesal baru mengetahui masturbasi setelah mengenal Abang. Karena jika aku sudah mengenal masturbasi sejak dulu, tentunya aku lebih dulu merasakan kenikmatan ini. Saat ini, aku terus melakukannya bila kangen dengan Abang, hasratku meninggi. Apalagi aku dan Abang berada di lain kota, maka masturbasi memang jalan keluar yang terbaik untuk melepas keinginan seksualku. Terkadang aku menjadi sangat terangsang bila Abang mengatakan di telepon bahwa batang kemaluannya sedang ereksi, atau Abang sedang merayu-rayuku. Setelah meneleponku, aku mulai merangsang klitorisku dengan menggesek-gesekkan daerah kelaminku ke bantal guling.
Tidak seperti wanita lain yang kubaca di literatur atau buku-buku, aku adalah wanita yang cepat sekali mendapat orgasme. Dengan Abang, aku hampir selalu orgasme, apalagi dengan posisi aku berada di atas. Aku selalu merasakan puncak kenikmatan seksual yang amat sangat menyenangkan bila kontak seksual dengan posisi ini. Dalam satu kali melakukan kontak seksual ataupun masturbasi, aku hanya bisa orgasme satu kali. Sulit sekali untuk mendapatkan orgasme yang kedua apalagi ketiga. Aku harus menunggu lama sekali, biasanya melakukan aktivitas dulu baru bisa orgasme lagi. Itupun hanya satu kali. Tetapi bagiku ini bukan suatu masalah. Aku sudah cukup beruntung dapat menikmati kenikmatan surgawi yang luar biasa hampir di setiap kontak seksual.
Aku tidak dapat membayangkan wanita lain yang tidak pernah mengalami orgasme, aku tidak dapat membayangkan kehidupan seksual mereka yang kurang menyenangkan. Bagiku orgasme adalah sangat penting. Ada hal penting yang menggoda diriku, bahwa aku tidak pernah mengeluarkan cairan saat orgasme. Memang kemaluanku terasa basah bila terangsang, akan tetapi tidak pernah mengeluarkan cairan seperti layaknya Abang mengeluarkan sperma saat ejakulasi. Namun aku selalu merasakan kepuasan yang luar biasa saat aku orgasme. Menurut Abang hal itu biasa pada wanita, bahkan menurut Abang, pacar-pacarnya dulu juga tidak pernah ejakulasi ketika orgasme.
Hal lain yang aku sering lakukan adalah bahwa memang aku seringkali tidak membutuhkan atau tidak menginginkan orgasme pada setiap kontak seksual, terkadang aku hanya ingin melayani Abang. Hal ini tampaknya sulit dimengerti oleh Abang. Abang seringkali memaksakan diri agar aku mengalami orgasme setiap melakukan kontak seksual. Padahal, terkadang aku sangat puas hanya dengan melayani Abang, bukan kepuasan seksual, tapi kepuasan psikologis dapat melayani dan memberikan kepuasan surgawi kepada pasangan yang amat kusayangi.
Keperawanan dan Hubungan Seksual
Aku selalu berusaha menjaga keperawananku. Aku berprinsip bahwa aku tidak ingin melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Aku ingin memberikan kesucianku kepada suamiku. Keinginanku hanya setengah terkabul. Memang yang memerawaniku adalah Abang, akan tetapi sebelum pernikahan, kira-kira 5 minggu sebelum pernikahan kami. Saat itu kami sedang melakukan petting seperti biasa. Sebelum petting kami berdiskusi tentang malam pengantin kami, keperawanan dan impian kami dalam menikmati malam pertama. Aku menceritakan ketakutanku menghadapi malam pertama. Aku tidak dapat membayangkan batang kemaluan Abang (yang menurut ukuranku besar) akan memasuki kewanitaanku yang sangat kecil. Aku juga membayangkan kalau batang kemaluan Abang yang keras memasuki lubang kewanitaanku, tentunya menyakitkan.
Aku banyak mendengar dari teman-teman kuliah yang sudah menikah, atau dari pengalaman orang lain bahwa hubungan seksual pertama kali akan menyakitkan, ada yang sampai tidak bisa berjalan, sakit selama satu bulan, dan lain-lain. Ketakutan itu begitu menghantui diriku. Di satu sisi, aku memang amat ingin merasakan hubungan seksual yang menurut banyak orang begitu nikmat, akan tetapi aku takut untuk melakukan yang pertama. Jika Abang bertanya kepadaku, apakah aku ingin melakukan hubungan seksual di malam pertama atau tidak, aku bingung. Aku sempat mengatakan sebetulnya aku ingin sudah tidak perawan saat malam pertama, agar aku dapat menikmatinya tanpa sakit.
Rupanya Abang salam paham dengan pernyataanku ini. Maka pada malam itu, ketika petting, Abang bertanya apakah batang kemaluannya boleh dimasukkan. Aku saat itu ragu-ragu, antara ingin dan tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa, tapi tidak lama setelah batang kemaluan Abang menggesek-gesek kemaluanku dari luar, aku merasakan sesuatu yang memasuki lubang kewanitaanku. Agak nyeri, dan aku tahu bahwa Abang telah memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku. “Abang…! Jangan Abang…” Bisikku saat itu, Abang seolah tidak mendengar dan aku merasakan batang kemaluannya semakin dalam masuk ke dalam liang senggamaku seiring dengan gerakan pinggul Abang. Aku menolak Abang, saat itu kuputuskan aku tidak ingin melakukannya dahulu, dan aku merasakan sakit pada lubang kewanitaanku.
Karena aku mendorongnya, aku merasakan batang kemaluannya tercabut dari liang kewanitaanku. Agak nyeri, ada perasaan seperti benda yang memaksa masuk, dan ada sensasi seperti (maaf) saat kotoran yang keluar di saat buang air besar, tapi sensasi ini di lubang kewanitaanku. Abang tetap memeluk, dan saat itu bersamaan dengan orgasmenya. Aku merasa lega, karena bersamaan dengan Abang orgasme. Aku pun memeluknya dengan erat.
Setelah Abang melepaskan diri, karena ingin membersihkan tumpahan sperma di kasur, aku melihat ada tetesan darah di paha dan rambut kemaluanku, dan juga di sprei bersama tumpahan sperma Abang. Saat itu aku berpikir bahwa aku dapat haid, karena memang sudah saatnya aku datang bulan. Rangsangan seksual tentunya membantu keluarnya darah, pikirku. Segera Aku membersihkan noda darah di sprei dan di sekitar kemaluanku dengan tissue, Kemaluan Abang juga aku bersihkan dengan tissue. Saat itu masih terasa sensasi adanya barang yang masuk di kemaluanku walaupun sudah tidak ada apa-apa lagi.
Setelah bersih-bersih, dan menghabiskan waktu, sore hari aku memeriksa pembalut wanitaku. Ternyata tidak ada lagi darah keluar. Padahal biasanya pendarahan di hari pertama lumayan banyak. Aku menyampaikan hal ini ke Abang. Abang hanya terdiam, dan dia mengatakan bahwa ada kemungkinan aku sudah tidak perawan lagi.
Aneh, aku tidak merasa menyesal, sedih, atau apapun. Aku hanya berpikiran bahwa kalaupun itu adalah darah perawanku, aku tidak menyesal karena aku berikan kepada Abang, yang saat itu sudah kuanggap sebagai suami (karena tinggal 5 minggu lagi kami akan menikah). Aku hanya khawatir bahwa darah tersebut bukan karena sobeknya selaput dara, akan tetapi karena gangguan dalam rahimku. Pikiran ini terus menghantui diriku sampai seminggu setelah itu. Untungnya Abang bisa meyakinkanku bahwa bukan kelainan, akan tetapi akibat sobeknya selaput keperawananku. Kami sepakat bahwa akan kita lihat pada malam pertama. Jika ternyata aku tidak berdarah lagi, berarti itu adalah akibat sobeknya selaput dara, akan tetapi bila berdarah, ada kemungkinan dari sebab lain. Kami sangat berdebar menunggu hari H. Sampai hari H, kami tidak pernah melakukan lagi, bahkan petting pun jarang kami lakukan. Selain sibuk, aktifitas seksual kami lakukan hanya dengan melakukan petting saja.
Tidak terasa, hari yang ditunggu tiba. Acara pernikahan berlangsung lancar. Aku begitu terharu, begitu juga Abang. Malam pertama kami lewatkan di sebuah hotel. Kami merasa senang sekali, saat mandi, kami mandi berdua, saling menyabuni satu sama lain, begitu menyenangkan. Saat itu juga kami saling mencukur bulu kelamin satu sama lain sampai benar-benar mulus (namun kami berdua sepakat bahwa kami tidak akan mencukur lagi sampai mulus karena amat sangat tidak nyaman ketika rambut-rambut itu tumbuh kembali).
Setelah acara dengan keluarga terdekat selesai dan kami kembali ke hotel, Aku langsung memeluk Abang, mencium pipinya. Berjuta perasaanku saat itu, senang, takut, terharu, lelah, namun ada hal yang amat kusukai, bahwa akhirnya kami berdua bisa menikah dan menjadi suami-isteri. Aku memaksa Abang untuk melakukan malam pertama kami malam itu, semula Abang mengalah dan tidak ingin aku terpaksa karena lelah. Tapi aku memaksa karena aku tidak ingin suamiku tidak merasakan malam pertama, yang ditunggu-tunggu. Abang kemudian mencumbuku, setelah batang kemaluannya tegak sempurna dan sangat keras (hasil latihannya sebelum menikah membuat batang kemaluannya keras luar biasa. Aku sempat takut tapi terkagum-kagum).
Sebelum memasukkan batang kemaluannya, aku menuangkan sedikit baby oil ke lubang kenikmatanku, dan aku juga menuangkannya di batang kemaluan Abang (baby oil ini ide Abang, supaya aku tidak merasa sakit saat pertama kali berhubungan seksual, karena menurut Abang, sakit atau tidak tergantung dari lubrikasi lubang kemaluan). Aku menutup mataku, dan berdebar, sangat takut. Berjuta perasaan ada dalam pikiranku, namun aku berusaha tetap tampak tenang. Tidak lama kemudian, aku merasakan batang kemaluan Abang menyentuh bibir kemaluanku. Dimain-mainkannya ujung batang kemaluan di bibir kewanitaanku. Aku menjadi semakin senewen. Saat itu Abang terus menciumi pipi, leher, kuping sambil terus memainkan ujung batang kemaluan di bibir kemaluanku. Aku menjadi bernafsu, dan mulai mengulum bibir Abang.
Tidak lama kemudian, aku merasakan kemaluanku terasa sedikit panas, dan penuh saat batang kemaluan Abang memasuki lubang kemaluanku. Aku tersentak, ingin rasanya mendorong Abang. Untung tidak aku lakukan, aku malah memeluknya keras. Namun aku tidak dapat menahan rintihanku. Aku hampir menangis ketika Abang berhenti melakukannya dan berkata ingin mencabut kalau aku merasa sakit (Abang begitu perhatian dan sayang padaku, sampai-sampai Abang mau berhenti melakukan kenikmatan malam pertama untukku). Aku begitu terharu, dan aku memintanya untuk meneruskannya. Aku tidak dapat menikmati malam pertamaku. Sakit, dan ada sensasi seperti saat membuang air di kemaluanku saat batang kemaluan Abang keluar masuk. Aku tidak orgasme selama dua malam, tapi aku sangat puas.
Dari malam pertama aku tahu bahwa selaput daraku sudah sobek 5 minggu sebelum pernikahan. Rasa sakit, sepertinya bukan karena sobeknya selaput dara, akan tetapi karena belum terbiasanya lubang kewanitaanku menerima batang kemaluan dan lubrikasi yang kurang.
Hari ketiga, ketika sudah kesekian kalinya kami melakukan hubungan badan, aku mendapatkan orgasme pertamaku yang aku dapat saat melakukan hubungan seksual. Seperti biasa, aku mencapai kenikmatan luar biasa tersebut dengan posisiku di atas. Ada sensasi yang sangat berbeda ketika aku orgasme dengan adanya batang kemaluan yang masih berada dalam liang senggamaku, luar biasa. Sejak saat itu, aku sudah mulai menyukai, amat menyukai, bahkan tergila-gila melakukan hubungan seksual dengan Abang. Begitu menyenangkan dan nikmat sekali. Aku pun lama-lama dapat berhubungan seksual tanpa harus menggunakan baby oil. Saat ini sudah beberapa posisi yang kami coba. Dari semua posisi, aku sangat menyukai dua posisi Missionary: Abang di atas dan memelukku, atau aku di atas dan memeluk Abang dari atas. Posisi terakhir ini yang pasti membuatku orgasme.
Hasil latihan Abang memperkeras batang kemaluannya dan menahan orgasme membuatku sangat tergila-gila untuk selalu melakukan hubungan seksual. Saat aku tidak bersama Abang, biasanya aku bermasturbasi dan membayangkan saat batang kemaluan Abang memasuki lubang kewanitaanku. Sungguh, menurutku tidak ada hal lain yang amat menyenangkan diriku saat aku orgasme ketika melakukan hubungan seksual dengan Abang. Latihan Keggel yang kujalani ternyata dapat membantuku mencapai orgasme dan juga menurut Abang menambah nikmat hubungan seksual ketika aku melakukan kontraksi otot-otot yang aku latih dengan latihan Keggel.
Aku saat ini merasa bahwa aku adalah wanita paling bahagia di dunia, karena aku mempunyai suami yang baik, pengertian, sabar, dapat memenuhi nafsu seksualku yang tidak pernah padam, dan aku termasuk di antara sedikit wanita yang pernah dan sering mengalami orgasme ketika berhubungan seksual. Oleh karena itu, bila anda ingin bertanya, berbagi pengalaman, ingin tips-tips, kritik dan lainnya, silakan Anda menghubungi saya atau suami saya melalui e-mail. Kami berdua akan sangat senang berkomunikasi dengan Anda semua. Semoga tulisan ini dapat berguna.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3072