Tak Terduga
Ini kisah nyata dimana aku menggauli sekaligus 4 orang dalam 1 keluarga. Kisah ini terjadi pada pertengahan tahun 2007. Aku pria yang sudah berkeluarga dan waktu itu berusia 43 tahun. Tinggal dan bekerja di Jakarta.
Pada suatu hari ketika sedang sibuk-sibuknya di kantor, datang sepucuk surat lewat perusahaan kurir yang ditujukan kepadaku dari kota asal kelahiran ku di jawa barat. Tanpa alamat pengirim. Dengan perasaan bingung campur penasaran aku buka surat itu. Surat itu ternyata dari mantan pacar (Wati, nama samaran) cinta pertama kami berdua sewaktu SMA tahun 1981. Hampir 26 tahun yang lalu. Isinya menyatakan bahwa dia sudah menikah namun selalu teringat aku, mempunyai 3 orang anak berikut alamat lengkap dan no handphone.
Singkat cerita akhirnya kami bertelepon ria dan kenangan manispun timbul kembali. Aku berjanji jika ada libur panjang maka aku akan datang berkunjung. Ketika libur panjang datang dengan alasan yang dibuat-buat kepada istri akhirnya aku datang juga ke kota asalku. Aku sengaja tidak nginap di famili, namun di hotel. Dan pada sore itu pula aku datangi rumahnya.
Dengan rasa penasaran karena sudah lama tidak bertemu, aku mencoba mengira-ngira wajahnya saat ini seperti apa, ya?
Perlahan ku ketuk pintu sambil berucap : “permisi….”
” mas anto ,ya? ” sesosok wanita cantik muncul di balik pintu
“Iya” sambil aku masih menebak-nebak ” wati ya……..”
“Bukan, saya Sri adiknya, masuk mas…. mbak Wati sebentar keluar, lagi di kamar”. Kuperhatikan wanita ini mirip Wati namun tampak lebih muda dari perkiraanku. Dulu waktu aku pacaran memang tidak pernah bertemu dengan Sri, karena dia ikut neneknya di Wonosari. Tak lama kemudian keluarlah Wati. Wajahnya tampak tidak sesuai dengan bayanganku, kerana memang saat itu Wati sudah 42 tahun. Namun sisa kecantikannya masih terlihat jelas begitu pula bodynya masih terawat. Suaminya hari itu sedang mendapat tugas lembur (piket) di sebuah Rumah Sakit. Setelah basa-basi dan bernostalgia akhirnya sekitar jam 8 malam aku pamit, karena badanku letih.
Terus terang aku ingin memeluk dan menciumnya seperti dulu ketika tadi siang bertemu. Tapi karena suasana rumah tidak memungkinkan akhirnya perasaan itu terbawa sampai malam. Tidak lama aku di Hotel, tiba2 HPku berdering, ternyata Wati yang telphon. Dia memaksa untuk datang mememuiku di hotel. Dengan rasa campur aduk antara senang dan galau aku mengiyakan permintaan itu. Hmmmm…… rupanya Wati memendam keinginan yang sama, pikirku.
Kujemput dia di lobby, turun dari becak Wati kelihatan sudah tidak sabar ingin segera berdua. Dengan segera ku bawa dia ke kamar. Benar saja…… baru juga aku menutup pintu Wati langsung menubruk aku dengan pelukan penuh kerinduan dan air mata. Kami lama berpelukan tanpa kata-kata. Terus terang waktu pacaran dulu kami hanya sebatas berpegangan tangan. Tidak lebih.
Pelan-pelan kehangatan menjalar ditubuhku, entah siapa yang memulai akhirnya kami saling berciuman. Kurasakan kehausan dan kerakusan ketika bibir dan lidah kami saling terpaut. Lidahnya menjelajah relung mulutku. Lidahku membelai dan mengarahkan lidahnya untuk terus bergerak liar. Bersamaan dengan itu penisku menegang dengan sempurna. Bukannya menghindar, Wati malah lebih menekankan dan menggeser-geserkan pinggulnya sehingga penisku smakin mengembang. Dengan penuh nafsu akhirnya kami melanjutkan aksi. Sambil tetap bercium kutelusuri sisi tubuhnya dengan tanganku, sampai akhirnya mendarat di pantat. Kuremas kedua pantatnya dan sedikit semi sedikit kunaikan roknya, sehingga tanganku menyentuh kulit paha dan pantatnya yang halus itu. Karena aku paham bahwa kami sudah sangat bernapsu, maka tanganku kananku langsung kuselipkan dibalik celana dalamnya. Kuremas pantatnya yang masih kenyal. Sementara tangan kiriku sudah bergerak menuju payudaranya. Rupanya Watipun sudah sangat terbakar,tangannya tidak segan-segan mengelus-elus penisku dari luar. Kami tetap berciuman.
Pelan-pelan tangan kananku bergeser dari pantat menuju memeknya. Ketika jariku mulai membelah dan menemukan clirotisnya maka saat itulah dia melepaskan ciumannya, dia mendesah dan tubuhnya sedikit bergetar. Kuusap pelah-pelan clirotisnya, kujelajahi belahan memeknya dari bawah sampai atas. Basahnya sudah tak terbendung.
Aku merasa dia berusaha membuka resleting celanaku. Akhirnya aku lepas pelukannya, aku lepas memeknya. Dia agak terkejut dengan perbuatanku. Kutatap sambil kupegang kedua bahunya.
” kamu yakin akan melakukan ini…..? tanyaku. Dia cuma mengangguk pelan.
” Aku sudah memimpikan ini dari dulu” lirihnya.
Akhirnya ku bimbing dia ketempat tidur. Kami berciuman kembali. Satu demi satu pakaian terlepas. Kutelusuri tubuhnya yang tidak muda lagi. Sambil tetap berciuman kubuka pahanya dan tanganku kembali menyelinap lembut pada memeknya. Pada saat itulah tangannya mencari-cari penisku. Sambil digenggam diusapnya cairan yang keluar dari penisku dengan ibu jarinya. Rasanya sungguh luar biasa ketika ibu jarinya berputar-putar di ujung penis.
Tak lama aku merasa bahwa penisku di tarik-tarik pelan. Aku tahu dia sudah menginginkan penisku dimasukan. Tapi aku ingin melihat dulu bentuk memeknya. Maka ku lepas ciumanku dan aku turun kebawah. Sambil duduk diantara kakinya kulebarkan pelah-pelan kedua pahanya. Dan memek itu merekah. Warna merah muncul diantara lebatnya bulu. Penisku makin berdenyut melihatnya.
“aku jilat ya…..” pintaku. Dia diam saja. Maka lidahku kubenamkan diantara rimbunnya bulu dan menelusuri setiap lekuk lubang basah, hangat dan beraroma khas. Kujilat dan kuisap clirotisnya. Desahnya sudah berganti dengan erangan. Kedua tangannya mencengram lembut rambutku. Terus kumainkan lidah menelusuri lembah sampai ke dalamnya. Sementara penisku terus berdenyut. Dan ketika Wati sudah menarik-narik rambutku, maka aku paham dia sudah menginginkan penisku masuk ke dalamnya.
“ah…mas, masukin sekarang mas…….” lirihnya
Pelan-pelan aku merayap di atas tubuhnya, sambil tetap menciumi perut, dada dan lehernya. Ketika akhirnya kepala penisku menemukan lubang kenikmatan itu kasabaran Wati sudah hilang. Di dekapnya aku dengan satu tangan dan tangan lain menekan pantatku sambil pantat dia diangkat ke atas. AKhirnya penisku masuk dengan sempurna ke dalam memeknya. Bukan lagi erangan yang aku dengar tapi berubah menjadi teriakan tanpa suara.
Malam itu kami menemukan kebahagian dan kenikmatan yang luar biasa. Kami saling menjelajahi tubuh dengan mata, bibir dan lidah. Saling pijat dengan tangan dan kemaluan kami.
Berminggu-mginggu kemudian kami rutin ke hotel. Baik di kota asalku atau di Jakarta. Dan yang mengherankan aku adalah suaminya “merestui” hubungan kami. Belakangan aku tahu bahwa suaminya sudah lama tidak berfungsi.
Pada sekitar bulan ke 4 hubungan kami, sesuai dengan janji aku datang lagi ke rumahnya. Ku ketuk pintu seperti biasa.
” silahkan masuk, mas. ” kudengar bukan suara Wati, tapi suara Sri. Aku pun masuk dan duduk di ruang tamu.
” mbak Wati nya lagi arisan mas, tunggu dulu aja ya.” kata Sri sambil pergi. Akupun mengiyakan. Tak lama kemudian dia muncul lagi dengan membawa teh hangat.
” minum mas” kata Sri. Aku pikir dia akan masuk kedalam lagi tapi ternyata duduk di hadapanku menemaniku ngobrol. Kami ngobrol biasa, aku sama sekali tidak menggoda. Dan dari obrolan itulah aku tahu bahwa dia dulu nikah usia muda dan sekarang sudah menjanda selama 4 tahun dengan 2 0rang anak perempuan berusia 22 dan 19 tahun. Tidak berapa lama kami mengobrol basa-basi tiba-tiba Sri bertanya:
” jakartanya di mana mas?” kusebutkan satu daerah di jakarta selatan.
“kalau sunter di daerah mana mas? tanya Sri kembali.
“emang ada apa?” balasku bertanya.
“minggu depan saya ada undangan teman dekatku menikahkan anaknya, di sunter” ujarnya.
” oh…ya kalau kamu belum tahu daerahnya nanti saya antar deh, tinggal kasih tahu kapan berangkatnya, nanti saya jemput di statsiun gambir.” kataku. Sri tampak ragu-ragu menerima tawaranku.
“aku nggak enak sama mbak Wati” katanya.
“ya jangan kasih tahu mbak Wati” kataku. Akhirnya dengan sedikit ragu Sri mengiyakan tawaranku. Dan untuk memperlancar urusan kami saling bertukar nomor handphone. Tak lama kemudian datanglah 2 cewek cantik menerobos masuk. Sri langsung mengenalkan mereka padaku.
” ini anak-anakku. yang besar Yani dan adiknya Indah” katanya. Aku hanya terpana melihat kemolekan mereka. Setelah bersalaman merekapun masuk ke dalam.
Tidak lama kemudia Wati datang bersama suaminya.
Singkat cerita malam itu saya dan Wati kembali bertempur di hotel sampai terasa lolos tulang-tulangku. Besoknya ketika aku pulang menggunakan kereta, masuk SMS dari Sri berbunyi : ” Mas, smalam diapain mbakku? hari ini keliatannya lemes banget tapi wajahnya cerah…”
Kubalas SMSnya dengan bahasa yang agak vulgar ” Ku jilat dari atas sampai bawah, yang paling lama di tengah2. main 3 ronde, mas juga lemes”. Seketika itu juga datang balasannya ” Enak dong”. Lalu ku balas ” Mau nggak?”. Tak ada balasan lagi.
Terus terang semenjak saat itu yang selalu lebih terkenang di benakku adalah Sri bukan Wati. Kami lebih sering SMS an, aku sengaja memancing dengan bahasa yang “nyerempet2.”, namun Sri menanggapi dengan dingin saja.
Pada waktu yang telah ditentukan dengan perasaan berbunga dan dengan rencana “jahat” di otakku, aku jemput Sri di Stasiun Gambir. Namun rencanaku terasa berantakan seketika. Ternyata Sri datang dengan anak sulungnya, Yani. Entah perasaanku saja atau memang nyata demikian, aku melihat kerinduan di mata Sri ketika dia melihatku. Kami bersalaman dan langsung berangkat menuju salah satu daerah di Sunter. Ternyata rumah kerabat Sri berada di daerah padat penduduk. Rumah kecil di gang kecil. Karena suasana mau pesta, maka rumah kecil itu semakin sesak dengan famili dan kerabat yang lain. Aku melihat keraguan di mata Sri ketika ditawari menginap di situ.
“tidurnya gimana ini?” lirih Yani yang sempat aku dengar. Akhirnya aku berinisitif menawarkan hotel yang dekat lokasi itu. Merekapun mau. “Ini kesempatan” pikirku. Selama dalam perjalanan aku menyusun lagi strategi agar malam itu aku bisa menikmati Sri. Peniskuku sudah tegang sejak memikirkan itu.
Ketika di hotel aku pesan 2 kamar. Sri dan Yani terlihat heran.
“Lho, kami satu kamar berdua aja, ga usah masing-masing satu kamar” ujar Sri.
“Ini buat aku, lagi malas pulang” kataku. Menjelang sore kami sudah masuk kamar masing-masing. Selama itu pula aku masih bingung memikirkan rencana “jahat” ku. Namun yang namanya setan sungguh tahu kehendaku. Selepas magrib pintuku di ketuk Yani.
” Om, Yani pamit dulu sebentar, ini teman Yani jemput” katanya sambil mengenalkanku pada seorang cewek sebayanya. Rupanya Yani janjian dengan seseorang.
” kemana?” tanyaku. ” Mau ke Salemba, om. kerumah teman” jawabnya. Hatikupun bersorak. ” nginap aja sekalian” dalam hati.
Nggak lama aku SMS Sri, ” Lagi ngapain nih? aku lagi bengong ga da teman ngobrol” Nggak ada jawaban sampai 30 menit. Cemas aku menduga-duga. Tak lama kemudian pintuku di ketuk. Kulihat Sri berdiri depan pintu dengan menggunakan pakaian santai. Kaos dan celana selutut. Kupersilahkan dia masuk, dengan ragu-ragu dia melangkah dan duduk di kursi rias. Setelah sedikit berbasa basi aku melancarkan serangan.
” kamu masih cantik dan bodymu juga masih OK, kenapa ga nikah lagi?” tanyaku.
“aku masih senang sendiri, takut nikah nanti cerai lagi…..” jawabnya.
“tapi kan kamu masih muda, masih punya bebutuhan khusus yang harus dipenuhi” sambungku. Dia menunduk, paham maksudku. Kutunggu jawabannya beberapa saat. Sebelum dia sempat menjawab aku sudah menyentuh pundaknya dari belakang. Dia nampak terkejut tapi juga tidak menampik. Kugeser perlahan tanganku ke pipinya, saat itulah dia menampik tanganku. Aku bukannya berhenti malah ku genggam pergelangan tangannya, kutarik dia untuk berdiri. Dengan perasaan yang masih bingung ku cium dia di bibirnya. Berontak dia. Kucengkram rambut dan kepalanya agar dia tidak berontak dan melepas ciumanku. Beberapa saat kemudian aku merasa lengannya melinggkar di pinggangku, saat itulah kulepas cengkraman dirambutnya. Dia mulai membalas liarnya lidahku. Tanpa buang waktu tanganku sudah menelusuri dadanya sampai akhirnya berlabuh di memeknya. Dan malam itu kami sempat bercinta 2 babak sampai pintu di ketuk dari luar. Tok….tok….tok. Kami semua terkejut dan terperangah. Yani sudah pulang. Kulihat jam di dinding 22.20. Dengan terburu-buru Sri mengenakan baju, begitupun aku. Tak lama kemudia Sri keluar.
Besoknya aku melihat perubahan di wajah Yani. Ia yang tadinya ramah mendadak menjadi sangar melihatku. Tak mau bicara baik ke ibunya apalagi ke aku. Rupanya ia tahu apa yang sudah kami perbuat. Sekitar jam 9 saya antar mereka menuju tempat pesta dan siangnya saya antar kembali mereka ke Stasiun Gambir, pulang ke kota asal.
Satu minggu kemudian aku kembali datang ke kota kecil itu. Terus terang aku lebih menginginkan Sri daripada Wati. Maka yang pertama aku hubungi adalah SRi. Dan malam itu saya menghabiskan waktu di hotel dengan Sri. Besoknya di hotel lain saya berduaan dengan Wati. Begitu terus setiap 2 minggu sampai kurang lebih 3 bulan aku menikmati pelayanan dengan 2 gaya dari kakak-adik.
Pada suatu saat ketika saya sedang di kantor di Jakarta, masuk no telphon yang tidak aku kenal.
” hallo….” jawabku. “Om…..” ku dengar suara ragu-ragu. Aku kemudian sadar bahwa ini suara Yani.
” ada apa Yan?” tanyaku setelah berbasa basi.
” tolong Yani, Om. Yani ada di jakarta tapi Yani kena razia narkoba. Sekarang ada di Polsek Jakarta ………” jawabnya sambil menyebutkan satu wilayah jakarta. Sorenya aku kunjungi Yani. Dia nampak lelah namun tidak terlihat cemas. 3 hari Yani di tahan. Dan selama itu pula aku yang mensuplai makanan dan baju-baju. Pada hari ke 4 Yani di bebaskan karena tidak terbukti. Sedangkan temannya terus ditahan karena terbukti. Aku bingung Yani mau dibawa ke mana. Ke rumahku jelas ga mungkin. Akhirnya aku cari hotel dekat rumah. Setelah aku ajak makan di hotel itu aku terus pulang, sedangkan Yani langsung masuk kamar.
Jam 8 malam itu aku coba telphon Yani untuk sekedar menanyakan kabar.
“Om, Yani perlu obat maag sama sikat gigi” katanya. ” Oke, ntar Om antar” jawabku. Dalam perjalanan ke hotel itulah pikiran kotorku muncul. Ketika aku mengetuk pintu Yani hanya melongokan kepalanya di pintu. Dia nampak ragu-ragu mempersilahkan aku masuk ke dalam. ” Boleh Om masuk?. Om mau ngobrol sebentar ngomongin soal hubungan om dan mamahmu”. Akhirnya aku dipersilahkan masuk. Dan saat itulah aku dihadapkan pada pemandangan yang luar biasa. Yani hanya mengenakan tangtop tanpa BH dan celana jins pendek sekali hampir pangkal paha. Payudaranya menggelembung dengan sehat, pentilnya samar-samar menonjol keluar. Rupanya dia sadar aku memperhatikan dan cepat-cepat menutupnya dengan selimut.
” Yani…..om mohon jangan di tutupi. Kamu punya tubuh luar biasa indah sayang kalo tidak ada yang menkmati” kataku langsung. Merah padam mukanya mendengarku berkata begitu. Antara malu dan marah menjadi satu. Tapi setan sudah terlanjur menguasaiku. Dengan segala rayuan dan bujukan akhirnya Yani mau melepaskan selimutnya. ” Boleh aku sentuh Yan? di luarnya aja…….” pintaku. Yani langsung menolak sambil menyilangkan tangannnya di dada. Juga dengan rayuan dan bujukan akhirnya aku di ijinkan memegang putingnya dari luar.
Sambil kami duduk di sisi tempat tidur, aku mulai menyentuh putingnya. Dia tidak bereaksi dengan wajah menoleh jauh. Ku sentuh lagi putingnya yang sebelah kanan. Masih belum bereaksi juga. Ketika aku pilin putingnya dengan kedua jariku, mulailah ia sedikit menggelinjang dan kulihat putingnya mulai tegang. Kuputar jariku di kedua putingnya, semakin jelaslah tonjolan di kaosnya. Aku sudah tak tahan ini menyelusupkan tanganku ke balik tangtopnya. Namun tanganku di cegah ketika baru sampai perut. sementara tangan kiriku masih bergerilya di luar kaos tangan kananku mulai naik perlahan dari perut. Aku merasakan pegangan tangan dia mengendur, akhirnya sampailah tanganku kepuncak bukit kenikmatan dengan bebas. Ketika kudengar suara rintihan halus, pada saat itulah aku yakin bahwa permainan ini bisa sampai tuntas. Maka mulaikah aku meremas, menjilat dan meghisap putingnya, perutnya, clirotisnya dengan lembut. Dan malam itu aku mendapatkan segalanya. Walaupun Yani sudah tidak perawan, namun dia masih merasa sakit ketika penisku masuk ke memeknya. Karena penisku adalah yang kedua kalinya masuk memeknya setelah dia melakukan yang pertama dengan pacarnya 2 tahun yang lalu. Malam itu kami tidak tidur, aku mengajari teori dan praktek bercinta pada Yani. Selain memberikan pengertian bahwa hubunganku dengan ibunya adalah sebatas memenuhi kebutuhan sex.
Singkat cerita hari-hari selanjutnya aku disibukan oleh SMS dan deringan HP dari mereka bertiga Wati, Sri dan Yani. Ketika aku pulang ke kotaku, maka ku gauli ketiganya dengan cara digilir dengan jadwal yang tersusun rapi sehinga tidak terjadi “tabrakan”.
Orang ke empat yang aku gauli sebenarnya bukan anggota keluarga Wati, tapi calon anggota keluarga. Sebut saja namanya Nancy. Ia adalah pacar dari anaknya Wati yang bernama Roy. Kisahnya bermula dari kunjunganku ke rumah Wati. Pada saat itu tiba-tiba aku mendapatkan telephon dari kantor di Jakarta. Dikatakan aku harus menghubungi Mr.X. No HP Mr.X ini ternyata CDMA. Karena perkiraanku pembicaraan akan panjang maka aku meminjam HP anaknya Wati (bernama Roy) yang kebetulan juga CDMA. Maka sore itu atas ijin Roy aku pinjam sampai besok CDMA nya.
Malam hari ketika aku sedang makan di luar, tiba-tiba HP Roy berbunyi.
” Hallo” Jawabku. Aku sudah siap-siap mendengar suara Mr. X. Namun ternyata yang kudengar suara merdu seorang perempuan.
” Hallo juga, ini siapa?” jawabnya ragu-ragu. Setelah saling bertanya baru aku tahu kalau yang telephon itu adalah tunangan Roy. Aku menjelaskan bahwa malam itu HP Roy aku pinjam. Dengan segala caraku akhirnya kami berkenalan, bahkan ngobrol sampai panjang lebar. Rupanya obrolan kami nyambung sehingga kami berjanji akan saling menelephon lagi.
Singkat kata Nancy rupanya tipe orang yang penasaran akan sex namun takut untuk melakukannya. Dengan Roy hanya sebatas bercumbu tidak mau lebih dari itu. Karena dia sadar bahwa dia mudah “panas” maka bercumbu dengan Roy hanya sebatas dada. Dia ingin lebih dari itu tapi takut kebablasan, katanya.
Nancy banyak bertanya kepadaku soal Sex, sampai akhirnya kami ber Phone sex. Namun lama-lama kami berdua penasaran juga. Akhirnya dengan suatu perjanjian aku bisa membawa Nancy ke hotel. Perjanjian itu adalah: aku boleh mengeksplorasi tubuh dia dan saling memberi kenikmatan namun aku tidak boleh memasukan penisku ke memeknya. Dia masih perawan!!. Ketika kutanyakan mengapa dengan aku, bukan dengan Roy?. Jawabnya adalah : Dia tidak yakin Roy mampu menahan penisnya masuk ke memeknya. Komitmen itu aku pegang teguh.
Ternyata dugaanku dan dugaan dia benar. Nancy sangat mudah terbakar. Ketika aku cium, bibirnya seolah magnet. langsung terpaut dengan bibirku, Tak mau lepas. Seolah kami sudah mengenal sejak lama, kami langsung melepaskan seluruh pakaian . Ketika aku akan melepaskan CDnya, kulihat bulatan basah sudah terpampang diCDnya. Kujilati seluruh tubuhnya, dia hanya bisa mendesah dan merintih. Kujilati pula clirotisnya, kujelajahi seluruh lekukan memeknya dengan lidahku. Kutempelkan kepala penis ku ke lubang memeknya, ke clirotisnya. Ku usap-usap clirotisnya dengan kepala penisku. Ku lihat ia beberapa kali orgasme. Hari itu aku berpesta dengan tubuhnya. Tapi aku tidak memasukan penisku ke memeknya!!!. Spermaku keluar dengan cara di kocok dengan tangan atau payudaranya. Bulan Maret 2010 kemarin Nancy sudah berani mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya. Dia berjanji jika sudah menikah, kami akan selalu bertemu untuk menuntaskan rasa yang tertunda.
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2197