02. Affair Ketika Reuni
Kepalaku kembali bergerak ke atas dan menciumi sekujur dadanya. Tangannya berada di atas kepala sambil meremas ujung bantal. Siska kelihatannya tidak sabar lagi dan dengan sekali gerakan tangannya melepaskan celana dalamku dan memegang kemudian mengocok penisku. Kini dibukanya celana dalamnya dan kepala penisku digesekkannya pada bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati. Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian mencari-cari bibirnya yang sudah setengah terbuka.
Aku bergerak sehingga posisi dadanya sekarang di depan mulutku. Putingnya yang berwarna kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya dengan lincah menyusuri wajah, bibir, leher dan dadaku. Siska mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Siska yang mengambil inisiatif permainan. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kujepit putingnya dengan jariku sampai kelihatan menonjol kemudian kukulum dan kujilati dengan lembut.
"Auhh, Ayolah Anto.. Teruskan.. Lagi," ia merintih pelan.
Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, dan putingnya kumainkan dengan lidahku. Napas kami memburu dengan cepat dan badan kami mulai hangat oleh darah yang mengalir deras. Kami berguling.
"Ayo puaskan aku sayang.. Ahh.. Auuh!" Siska mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.
Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di celah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke bagian atas depan vaginanya.
"Ahh.. Kamu pandai sekali".
Sementara itu tangan kananku meremas buah dadanya dengan lembut. Tangannya membalas dengan memegang, meremas dan mengocok penisku. Dengan liar kuciumi seluruh bagian tubuhnya yang dapat kujangkau dengan bibirku. Beberapa saat kemudian penisku mengeras maksimal. Kepalanya memerah dan berdenyut-denyut.
Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian berputar-putar menahan rasa nikmat. Pinggulnya naik dan bergoyang-goyang. Kupelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku menjilati puting kanannya. Sementara itu jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat dan liar gerakan pinggulnya.
Kepalaku bergerak turun perlahan sampai di selangkangannya dan segera mengambil alih pekerjaan jariku. Kubuka bibir vaginanya dengan jariku dan dinding vaginanya yang mulai basah oleh lendir agak kental dan lengket segera kujilati. Bibir vaginanya kugaruk dengan kumisku. Ia menggelinjang tidak karuan.
"To.. Anto.. Aku juga mau merasakan penismu,"
Aku bergerak memutar sehingga penisku berada di depan mulutnya. Ia kemudian mengecup kepala penisku. Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Aku merasakan sensasi kenikmatan yang tidak terkira dan secara refleks aku mengencangkan otot kemaluanku. Buah zakar yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya dan dijilatinya sampai pangkal buah zakarku. Aku hanya menahan napasku setiap ia menjilati titik sensitif ini. Kami seakan berlomba untuk memberikan rangsangan pada alat kelamin pasangannya.
Kami bergantian menikmatinya. Ketika ia mengulum, mengisap dan menjilat penisku aku menghentikan aksi lidahku dan menikmatinya demikian juga sebaliknya ketika klitorisnya kujilat dan kutekan dengan lidahku ia berdesis keras menahan rasa nikmat. Tangannya kadang menekan kepalaku dengan keras ke selangkangannya.
"Putar To. Berguling, aku ingin di atas," pintanya dengan manja.
Aku berguling dan kembali kami melanjutkan aktivitas kami. Kini mulutnya dengan leluasa beraksi di penis dan area sekitar pangkal pahaku. Penisku sudah mulai terasa ngilu menahan sedotan mulutnya yang sangat kuat.
"To, ayo kita masuk dalam permainan berikutnya.."
Dengan gerakan perlahan Siska berjongkok di atas selangkanganku dan mulai menurunkan pantatnya. Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang hangat dan lembab. Kembali kurasakan sempitnya alur vaginanya. Pinggulnya bergerak naik turun dan aku mengimbanginya dengan memutar pinggul dan menaik turunkan pantat. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar.
Kuciumi bahu dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan. Tangannya menekan dadaku sekaligus menahan berat badannya. Gerakan pinggulnya berubah menjadi berputar cepat dan semakin cepat lagi. Tak lama kemudian ia merebahkan tubuhnya merapat di atasku dan mulai menghujaniku dengan ciuman dan gigitan. Kini dadaku yang berbekas kemerahan di beberapa tempat.
Aku mengambil posisi duduk dan kubalikkan tubuhnya ke arah berlawanan dengan arah kepalaku tadi. Kini aku berada di atasnya. Jepitan dan sempitnya vagina membuatku kadang melambatkan tempo dan berdiam untuk lebih rileks. Namun ketika aku diam jepitan dinding vaginanya ditingkatkan sehingga aku tetap saja didera oleh rasa nikmat luar biasa.
Aku bergerak semakin cepat dan mulai kurasakan aliran yang tidak terkendali di tubuhku. Aku ingin segera mengeluarkannya namun aku harus memuaskannya terlebih dahulu. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak-gerak liar. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya Siska sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.
"Aachhkk.. Anto.. Ouhh".
Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya maka kutekankan penisku ke dalam vaginanya. Ketika dinding vaginanya berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot keggelku. Iapun kembali mengejang setiap kali otot keggelku kugerakkan.
Sejenak kami beristirahat tanpa mencabut penisku. Kami saling mengusap tubuh satu sama lain. Sesaat kemudian kami membersihkan diri dan kembali berbaring bersebelahan.
"Kamu memang gombal. Laki-laki memang tukang tipu. Kamu bilang masih perjaka. Kalau melihat permainanmu tadi pastilah sudah banyak wanita yang jadi korbanmu," katanya ketus sambil mencubit pahaku.
"Aduuhh. Nggak ada yang jadi korbanku. Malahan kadang aku yang jadi korban. Atau kamu merasa jadi korbanku?" tanyaku serius.
Ia diam dan kelihatan bingung menerima pertanyaanku.
"Ahh. Sudah kamu memang dari dulu ngeyel, nggak mau kalah, usil, nyebelin meskipun kalau nggak ada kamu memang suasana kelas jadi sepi".
"Jadi sekarang gimana..?" Tanyaku.
"Ya dilanjut dong. Aku kan masih ingin lagi.."
Ketika gairah kami kembali bangkit aku memeluknya kembali. Kami kembali berciuman dan saling merangsang untuk meningkatkan gairah kami. Kali ini kami melakukan pemanasan agak lama sampai ketika penisku sudah mengeras maksimal dan vaginanya sudah mulai basah, Siska lalu mengangkang dengan satu kaki dilipat lututnya.
"Ayo To, kita lakukan lagi!" Dengan cepat aku menindih tubuhnya dan penisku segera beraksi menggenjot vaginanya.
Setelah beberapa lama maka kuberikan isyarat untuk doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat mengambil posisi tengkurap. Ia sudah membelakangiku dalam keadaan berbaring. Diremasnya penisku dan diarahkan ke vaginanya. Pantatnya dinaikkan sedikit dan dengan mudah penisku menyusup di belahan vaginanya. Kugenjot lagi vaginanya. Kurebahkan badanku di atasnya. Kami berciuman dalam posisi ia tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan menjalankan kegiatannya.
Aku menusuk vaginanya berulang kali. Ia pun mendesah sambil meremas sprei di dekatnya. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi menungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir dua puluh menit permainan kami yang kedua ini, Siska semakin keras berteriak dan sebentar-sebentar mengejang. Vaginanya terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.
Siska berbalik telentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot vaginanya. Akhirnya aku merasa hampir mencapai puncak dari kenikmatan ini. Kutarik buah zakarku sehingga penisku kelihatan agak memanjang.
"Siska, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar," teriakku.
"Ouhh.. Tunggu dulu.. Sebentar lagi.. Kita sama-sama.."
Napas kami semakin terengah-engah. Kukendorkan sebentar otot keggelku dan kemudian kukencangkan, kutahan dan kugenjot lagi dengan cepat. Kupercepat gerakanku. Akhirnya tak lama kemudian kami bersama mencapai titik kenikmatan tertinggi. Aku menyemprotkan spermaku terlebih dahulu. Siska semakin cepat menggerakkan tubuhnya agar tidak ketinggalan dan tak lama Siska pun mendapatkan puncaknya ketika penisku masih menyemburkan sisa-sisa lahar kenikmatan. Setelah itu kami terbaring lemas.
Sekitar jam empat dini hari kami sudah bergumul lagi dengan liarnya. Hampir satu jam kami menuntaskan gairah kami. Jam setengah enam aku kembali ke kamarku. Selang lima menit Isman datang. Ia menatapku dengan sorot mata heran melihat mataku yang memerah.
"Kamu nggak tidur semalam?" tanyanya.
"Tidur, cuma nggak nyenyak aja," kataku jujur. Aku kan sempat tertidur juga sambil memeluk Siska, meskipun paginya harus mengeluarkan energi ekstra.
"Udah, lu tidur lagi aja. Acara nanti paling mulai jam delapan. Aku mau ke bawah dulu minum kopi," katanya lagi.
Jam setengah delapan aku terbangun dan langsung mandi. Jam delapan kurang sepuluh aku sudah ada di restauran dan menyelesaikan sarapan dengan cepat. Jam delapan aku sudah ada di depan hotel bersama-sama dengan teman-teman lainnya. Seperempat jam kemudian kami sudah berada di Taman Wisata Kaliurang. Kami berjalan sambil bergurau naik turun bukit dan menikmati panorama Kaliurang. Aku berjalan di samping Intan. Aku teringat saat SMA ketika kami sekelas mengadakan acara santai di sebuah lokasi wisata pegunungan. Aku selalu menempel Intan dan membantu membimbing tangannya ketika melewati jalan yang sempit atau curam.
"Capek In?" tanyaku.
"Ah enggak. Gimana tidurnya, nyenyak?" tanyanya seolah menyelidik.
Aku jadi kikuk dan merasa bersalah. Ada perasaan seolah-olah ia tahu apa yang terjadi semalam. Padahal mungkin saja ia hanya sekedar berbasa-basi.
"Yah bisa juga tidur, tapi udara terlalu dingin. Jadi sering terbangun dan buang air kecil," kataku.
Tiba-tiba sekelompok teman yang lain mendahului kami dan berkata.., "Silakan bernostalgia. Kami tidak akan mengganggu kalian kok". Kemudian pecah suara tawa berderai. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
"Cepat kalian jalan di depan. Kami juga tidak mau diganggu," kataku.
"Tapi ingat lho. Kalau berduaan jangan di tempat sepi, bahaya!" celetuk seseorang.
Siska yang berada di dalam rombongan itu melihatku dan tersenyum. Akhirnya setelah makan di alam terbuka kami kembali lagi ke hotel sekitar jam dua belas siang. Acara reuni akan berakhir jam tiga dan jam dua sudah harus check out. Isman sudah nggak ketahuan lagi perginya. Iseng-iseng kutekan nomor kamar Siska di telepon kamar.
"Hallo.." terdengar suara Siska.
"Hallo say, udah beres-beres?" tanyaku.
"Ini lagi masukin pakaian,"
"Perlu bantuan?" tanyaku lagi.
Ia tidak menjawab dan meletakkan gagang teleponnya. Aku berpikir sejenak dan akhirnya kuputuskan untuk ke kamarnya saja. Paling tidak aku harus bicara apa yang telah terjadi semalam. Kuketuk pintu kamarnya.
"Room service," kataku dengan suara agak berat.
"Masuk saja," katanya.
Aku masuk ke dalam kamarnya dan ia kelihatan terkejut melihatku.
"Kamu lagi. Nggak bosan-bosannya berbuat iseng".
"Aku juga nggak bosan dengan kamu kok," Mukanya memerah.
"Ngerayu lagi. Udah sana beresin pakaianmu sana. Sebentar lagi kita udah diusir sama suaminya Tini".
Siska sudah berganti pakaian dengan kemeja pink tipis dan celana jeans ketat. Bra-nya yang berwarna hitam dengan model tanpa tali bahu terlihat di balik kemejanya. Ia duduk di atas ranjang dan aku memeluk dari samping, sambil bibirku mulai bekerja menciumi daerah leher, pelipis dan sekitarnya.
"Udah To. Sebentar lagi kita harus check out," katanya sambil berusaha melepaskan pelukanku.
"Kita masih punya waktu sedikit lagi kan?" kataku yakin. Ia ragu-ragu tapi kemudian kurasakan ia menyerah dalam pelukanku.
Angin pegunungan bertiup agak kencang sehingga Siska menggigil. Tanganku dipegangnya dan didekapkan di dadanya. Kubisikkan di telinganya, "Daripada kita kedinginan lebih baik kita panaskan dulu suasana ini!"
Ia tidak menjawab namun tubuhnya bergerak dan duduk di pangkuanku. Kemudian tangannya menggelayut di leherku. Kami berpelukan di atas ranjang. Tak lama kemudian tubuh bagian bawahnya sudah telanjang, sementara aku sudah telanjang bulat. Aku sengaja belum membuka bajunya karena ingin menikmati pemandangan di depanku ini.
Tubuh yang putih mengenakan pakaian tipis terbuka di atas sedang berbaring di ranjang sementara di bagian pangkal pahanya terbayang sejumlah rumput hitam yang rapi mengitari sebuah telaga. Ia membuka pahanya sehingga telaganya yang berwarna kemerahan sangat menantang. Aku hanya diam dan mengelus-elus perutnya.
"Kamu cuma akan begini terus atau..". Belum habis kata-katanya kucium bibirnya dan aksiku pun segera berlanjut.
Kutindih dan kujelajahi sekujur tubuhnya dengan jariku. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik..
"Ouuhh.. Anto.. Terserah kamu apapun yang akan kau lakukan..".
"Aku akan memuaskanmu.." kataku membalas bisikannya.
"Ouhh.. Apa.. Saja. Akhh..!"
Dari bibir lidahku turun ke dada dan ke samping, mengecup pinggul dan pinggangnya, kemudian ke arah pahanya. Hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma harum dan segar. Kulebarkan pahanya kuberikan rangsangan di sekitar pangkal pahanya tanpa menyentuh vaginanya. Ketika kugigit pahanya sampai merah ia memekik.
"Antoo.. Jangan.. Sudah To!" pekiknya.
Kepalaku kembali ke dadanya dan kuminta dia untuk berguling ke atas. Dengan cepat kami berguling. Kuraih bagian bawah bajunya dan dengan cepat kulepaskan lewat kepalanya. Kukecup gundukan payudaranya yang keluar dari cupnya. Bra-nya dengan sekali jentikan jariku kemudian terlepas. Kusambut payudaranya dengan jilatan lidahku melingkari sekitar puting dan dengan sekali jilatan halus.
Siska menekan pangkal payudaranya sehingga payudaranya seperti mengencang. Siska kemudian membawa payudaranya ke mulutku dan kusambut dengan rakus seperti bayi yang sedang kehausan susu ibunya. Kugantikan posisi tangannya dan kuremas. Ujung putingnya kujilat dan kumainkan dengan gigitan lembut bibirku. Ia semakin terangsang dan ingin segera mendaki lereng kenikmatan.
Tangannya mengocok penisku dengan lembut. Dikecupnya kepala penisku, diratakannya cairan bening yang sudah mulai keluar dari lubang kencingku dengan mulutnya. Aku menahan napas ketika lidahnya menjilati lubang kencingku. Kini ia jongkok di atas pahaku dan mulai mengarahkan penisku ke dalam liang vaginanya.
Peniskupun masuk ke dalam liang vaginanya. Kukeraskan ototku sedikit dan Siskapun mulai menggerakkan pantatnya. Ia seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya. Pantatnya bergerak naik turun dengan cepat. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku serta meremas dan mengulum payudaranya. Gerakannya semakin cepat dan erangannya makin sering. Aku mengubah posisiku menjadi duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Siska duduk di pangkuanku.
"Aagghh.. Anto..," teriaknya.
Kudorong dia ke arah yang berlawanan dengan posisi semula. Kini aku berada di atasnya dan mulai mengatur irama permainan. Bibirku bergerak ke leher dan menjilatinya. Tangannya mengusap punggung dan pinggang sampai pantatku. Tanganku meremas lembut payudaranya dari pangkal kemudian kutarik ke arah puting. Kutarik putingnya sedikit dan kujilati sekitarnya yang juga berwarna kemerahan. Kutekan payudaranya dengan telapak tangan dan kuputar-putar. Kususuri buah dadanya dengan bibirku tanpa mengenai putingnya. Ia bergerak tidak menentu. Semakin ia bergerak maka payudaranya ikut bergoyang. Jilatanku makin ganas mengitari tonjolan kemerahan itu.
"To.. Aku.. Isep.. Isep dong.. Yang," pintanya.
Aku masih mempermainkan gairahnya dengan jilatan halus di putingnya itu. Siska mendorong buah dadanya ke mulutku, dan putingnya langsung masuk ke mulutku, dan kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Lumatan bibirku di puting Siska makin ganas. Ia semakin liar bergerak
"Aagh..", ia memekik-mekik.
Vagina Siska makin lembab, namun tidak sampai banjir. Siska langsung mendesis keras ketika merasakan hunjaman penisku yang menyodoknya bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram punggungku. Gerakan naik turunku diimbangi dengan memutarkan pinggulnya. Semakin lama gerakan kami semakin cepat dan liar. Ia semakin sering memekik dan mengerang. Kuku tangannya kadang mencakar punggungku. Kutarik rambutnya dengan satu tarikan kuat, kukecup lehernya dan kugigit bahunya.
"Ouhh.. Ehh.. Yyeesshh!"
Kugenjot Siska dengan cepat dan menghentak-hentak. Kuganti irama gerakanku. Kumasukkan penisku setengahnya dan kucabut sampai tinggal kepalanya yang terbenam beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dengan keras. Siska pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak. Pinggulnya yang tidak pernah berhenti untuk bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi. Jepitan vaginanya yang menyempit ditambah dengan gerakan pinggulnya membuatku semakin bergairah.
Aku menurunkan irama untuk mengurangi rasa nikmat yang meledak-ledak. Penisku kubiarkan tertanam di dalam vaginanya dan kemudian aku menggerakkan otot kemaluanku. Terasa penisku berkontraksi mendesak dinding vaginanya dan ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan dinding vaginanya menyempit meremas penisku. Hanya suara desahan yang terdengar di dalam kamar. Ia memberi isyarat untuk menyelesaikan permainan ini.
"Aku ingin merasakan panasnya lahar gairahmu," ia mendesah.
Kembali kami berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan tubuh kami yang basah oleh keringat. Siska semakin cepat menggerakkan pantatnya sampai penisku terasa disedot oleh satu pusaran yang sangat kuat. Siska meremas rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya menjepit erat pinggulku. Badannya meronta-ronta, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi ke dadanya. Aku pun semakin bergairah untuk menghujani kenikmatan kepada Siska yang tidak berhenti mengerang.
"Aahh.. Sshh.. Sshh " Gerakan tubuh kami semakin liar dan cepat.
"Ouoohh.. Nikmat.. Aku.. Sam.. Pai.."
Aku mengangguk dan ia pun memekik panjang, "Ya .. Ayo.. Aahhkk..!"
Aku mengencangkan otot kemaluanku dan menghunjamkan penisku ke dalam vaginanya. Nafasnya tercekat sejenak dan kemudian keluarlah erangannya. Tubuhnya kami mengejang bersama-sama. Kakinya memperketat jepitan di pinggulku. Sedetik kemudian spermaku sudah memancar di dalam vaginanya. Kami menjerit tertahan..
"Aww.. Aduuh.. Hggkk"
Sunyi sejenak di dalam kamar. Hanya ada suara napas memburu yang kemudian berangsur-angsur menjadi tenang. Sayup-sayup suara angin berdesir terdengar berirama. Setelah napas kami tenang kupeluk ia dengan mesra.
"Sis.."
"Hee.. Ehh".
"Sejujurnya aku tak pernah berpikir akan terjadi hal seperti ini".
Ia diam dan matanya agak memerah. Bibir bawahnya digigit.
"Aku juga tidak tahu kenapa ini terjadi. Aku sangat kesepian dan memerlukan kehangatan. Tetapi mengapa ini terjadi?" ia mengeluh dan menutup mukanya.
"To.. Sudah kepalang basah sekarang. Kalau kamu belum mau pulang ke Jakarta nanti malam aku masih menginginkannya lagi. Tapi tidak di sini. Kita pindah ke Yogya, sekitar Malioboro saja yuk".
Kutatap matanya untuk memastikan kata-katanya.
Ia mengangguk dan berkata, "Seperti kataku tadi, sudah telanjur basah ya mandi saja sekalian.."
"Aku mengerti, tapi aku juga tegaskan bahwa ini adalah just for fun. Aku tidak ingin kamu berpisah dengan keluargamu. Aku hanya ingin membantu melepaskan dahagamu saja," kataku.
"Aku juga tidak ingin kehilangan keluargaku," katanya tegas.
Akhirnya acara reuni berakhir dan aku masih melanjutkan reuniku hanya berdua dengan Siska di Yogyakarta. Ketika kami berpisah keesokan harinya, ia mengecup pipiku dan berbisik..
"Tahun depan kamu harus ikut reuni lagi". Artinya?
Tamat
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1431