02. Liku Liku Kehidupan Pribadiku
Dulu waktu sebelum punya anak, kalau sudah mau ejakulasi penisnya dibenamkan dalam-dalam ke vaginaku. Tetapi sekarang karena harus mengatur kelahiran, kalau mau keluar, cepat-cepat penisnya dicabut dari vaginaku, cepat kupegang dan dikocok-kocok sedikit dan spermanya langsung muncrat di atas perutku dan dadaku. Pernah juga menyemprot ke mukaku, karena penisnya waktu itu menghadap ke atas. Akhirnya kami sepakat kalau keluar penisnya tidak usah kupegang, tetapi langsung ditekankan di pangkal pahaku di samping vaginaku. Mas Adi boleh menekan kuat-kuat di lipatan pangkal pahaku itu, karena aku tidak sakit. Tetapi kalau ditekankan di atas vaginaku, rasanya sakit tertekan penisnya yang keras kayak kayu itu.
Akhirnya spermanya menyemprot di pangkal pahaku, membasahi rambut kemaluanku, dan kadang-kadang menyemprot jauh ke atas sprei. Kata Mas Adi kalau ejakulasi penisnya harus tertekan. Kalau penisnya tertekan, ototnya akan berkontraksi waktu mau ejakulasi. Katanya rasanya luar biasa. Pernah dicoba waktu ejakulasi dibiarkan saja, kata Mas Adi, spermanya hanya menyemprot saja tidak disertai kenikmatan seperti dipegang dan dikocok. Tahu-tahu cuma lemas doang. Kalau dikeluarkan di dalam vaginaku, yang membuat nikmat karena dibenamkan dalam-dalam, sampai bulu kemaluan kami menyatu. Kadang-kadang aku merindukan untuk disemprot sperma Mas Adi. Aku kangen dengan sperma Mas Adi yang membuat lubangku basah dan licin. Aduh rasanya marem banget deh. Sekarang kami bisa begitu hanya pada waktu sehabis mens saja. Begitu paginya selesai mens, malamnya aku pasti minta, "Mas, ayo aku dipejuhi."
Kami juga pernah pakai kondom. Tetapi kami tidak merasa nyaman. Rasanya lubangku hanya kemasukan benda mati saja. Demikian juga Mas Adi, katanya dia merasa tidak alami. Dia bisa ejakulasi karena selalu ditekankan dalam-dalam. Kenikmatan kepala penisnya jadi hilang. Biasanya lama sekali, sampai capai, spermanya tidak keluar-keluar. Sekarang kami tidak pernah pakai lagi. Mas Adi juga kreatif dalam berhubungan seks. Kami biasa main di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi dan bahkan di depan jendela yang terbuka di lantai dua. Kalau di kursi, aku duduk bersandar di kursi dan membuka kakiku lebar-lebar. Mas Adi memasukkan penisnya dari depan dan tangannya bertahan pada sandaran kursi. Aku senang dengan posisi ini, karena aku tidak ditindih oleh Mas Adi yang beratnya 69 kg. Penisnya juga bisa masuk dalam sekali.
Pernah juga kami main di dapur. Mula-mula Mas Adi merangkul dari belakang mempermainkan buah dadaku waktu aku sedang membuat teh. Kami jadi nafsu sekali, dan aku duduk di meja dapur. Mas Adi memasukkan dari depan sambil berdiri. Kami dapat melihat penis Mas Adi keluar masuk vaginaku. Atau aku membelakangi berpegangan meja dapur. Mas Adi masuk melalui belakang. Aku tidak begitu suka dengan posisi ini, karena penisnya akan masuk terlalu dalam. Kalau sudah selesai, kami harus mengepel lantai, karena spermanya muncrat-muncrat di lantai dapur. Kalau di depan jendela (di lantai 2), mula-mula kami hanya main-main bersenda gurau. Sampai saling memegang dan meraba. Akhirnya kami jadi nafsu banget. Aku dicoblos dari belakang, dan aku berpegangan pada jendela. Enak juga lho.
Kalau di kamar mandi sih sering sekali. Tetapi aku pasti kebagian untuk memegang dan mengocok penis Mas Adi kalau sudah mau keluar. Setelah itu kami saling mencuci. Penisnya bagianku dan vaginaku bagian Mas Adi. Asyik juga lho. Mas Adi-ku ini memang kreatif. Pagi-pagi kami berdua saja. Anak kami sedang berada di rumah neneknya. Mas Adi sudah siap mau berangkat. Dia mendadak menciumku. Kok tumben batinku. Ciumannya agak lama. Akhirnya kami kepingin banget. Mas Adi membuka lagi pakaiannya yang sudah rapi. Kami bersetubuh cukup lama. Bebas betul. Tidak ada orang lain. Kami saling menggeram dan merintih. Setelah selesai kami mandi bareng. Pernah juga Mas Adi sekitar pukul 09.00 sudah pulang. Kupikir akan mengambil sesuatu. Tetapi tahu-tahu dia berkata "Tuut aku pengin banget. Makanya aku pulang Ayo dong Tut." Aku melongo dan akhirnya tertawa. Oh ala Mas.. Mas, kok kebangeten teman sih. Aku layani Mas Adi pagi itu sampai puas. Kami beberapa kali mengulanginya lagi. Kadang-kadang aku mengharapkan Mas Adi pulang hanya untuk menyetubuhiku. Asyik juga lho. silakan coba deh.
Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas Adi. Aku punya keponakan, yaitu anak dari kakaknya Mas Adi yang tinggal dalam satu komplek dengan kami. Keponakan kami itu juga sudah berkeluarga dan baru saja melahirkan. Karena dekat aku juga banyak membantu seperlunya. Suatu hari Mas Adi sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu dan anakku juga sedang ada di rumah neneknya. Kira-kira pukul 19.00 keponakan Mas Adi itu, Tanto namanya, datang ke rumahku. Aku agak nggak enak juga, malam-malam aku sedang sendirian kok dia datang ke rumahku. Nampaknya Tanto tahu bahwa aku sedang sendirian. Mula-mula dia bilang mau cari obat flu, tetapi setelah kuberi, dia tidak segera pulang juga. Pembaca harap ketahui bahwa keluarga Mas Adi itu orangnya memang cakep-cakep. Yang perempuan cantik-cantik. Tanto ini tidak kalah dengan Mas Adi. Orangnya tinggi semampai dan kuning. Wajahnya tidak ganteng tetapi cantik seperti wanita. Orangnya nampak lebih romantis daripada Mas Adi. Kami duduk di ruang tamu. Aku pamit ke dapur untuk membuat minum, Aku sedang menyeduh teh, ketika Tanto tiba-tiba sudah di belakangku. Sebelum kusadar apa yang terjadi, Tanto sudah mendekapku dari belakang.
"Took, jangan.. jangan, nggak boleh.." kataku sambil berusaha melepaskan diri.
"Mbaak.. Mbaak Tutik", bisiknya sambil menciumi leherku dan telingaku.
"Mbaak aku kangen banget sama Mbaak. Kasihanilah aku Mbaak. Aku kangen banget", bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
"Ingat Tokk aku tantemu lhoo. istri Oommu .. ini nggak boleh.." kataku sambil meronta-ronta.
"Aduhh. Mbaak jangan marah yaa. Aku nggak kuaat", bisiknya penuh nafsu.
Tangannya meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba vaginaku. Aduh, gilaa, malah bangkit nafsuku. Kalau tadi aku meronta, sekarang aku malah diam, pasrah, menikmati remasan di vaginaku. Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku dikemotnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak terasa lagi lidahku juga masuk ke mulutnya. Tanto ini menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar romantis, aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa. Mungkin orang diperkosa itu kalau situasinya memungkinkan malah menjadi nikmat untuk dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Tanto menyingkap dasterku dan merogoh ke dalam celana dalamku. vaginaku didekapnya dan dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri, aku didorongnya mepet menyandar ke tembok. Celana dalamku dipelorotkan di pahaku, sementara dia membuka celana dan memelorotkan celana dalamnya. Penisnya sudah tegang banget mencuat ke atas. Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Aduuh besar sekali, lebih besar daripada punya Mas Adi. Secara reflek penisnya kupijat dan meremas-remas dengan gemas. Tanto semakin menekan penisnya ke vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Tanto dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar masuk. Benar-benar kasar gerakannya, tetapi gila aku sungguh menikmatinya. Penisnya terasa mengganjal dan nikmat banget. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi.
"Mbaak aku nggaakk taahaan lagii.." keluhnya.
"Di luar saja, di luar saja yaa.." bisikku dengan nafas memburu.
"Oooh.. Mbaakk..", cepat kudorong pinggulnya ke belakang, sehingga penisnya terlepas dari vaginaku. Tangan Tanto segera menggenggam penisnya dan spermanya muncrat mengenai perut, dasterku dan sebagian tumpah di lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun, aku disetubuhi Tanto dengan berdiri, dipepetkan ke tembok. Gila, aku malah menikmatinya, aku orgasme, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 10 menit saja. Setelah selesai Tanto kusuruh cepat-cepat pulang lewat pintu belakang. Setelah dia pulang aku jadi ketakutan setengah mati. Jangan-jangan ada orang yang tahu. Aduh bisa geger komplek ini. Malam itu aku langsung mandi keramas. Setelah mandi, sambil menonton TV di kamarku aku berpikir macam-macam. Aku telah selingkuh, apa aku ini diperkosa. Diperkosa? Aku justru menikmatinya. Tanto itu kurang ajar dan kasar. Tapi penisnya gede banget dan nikmat banget. Mengapa Tanto kurang ajar kepadaku? Mungkin dia sudah puasa tidak menyetubuhi istrinya selama sebulan lebih sampai istrinya melahirkan. Dan pasti dia sudah menaksirku sejak lama. Kalau nafsunya naik ke kepala, mengapa dilampiaskan kepadaku? Tetapi mengapa aku juga menikmatinya? Aku ketiduran sampai pagi.
Perselingkuhanku dengan Tanto berulang beberapa kali, selalu saat Mas Adi ke luar kota. Kami melakukan di kamar tidurku atau di sofa ruang tamuku. Aku seperti punya simpanan laki-laki, dan aku benar-benar menikmati persetubuhan colongan itu. Karena dilakukan dengan takut-takut ketahuan orang, akhirnya selalu terburu-buru, tetapi sensasinya luar biasa. Memabokkan, dan membuatku kecanduan. Hubunganku dengan Tanto berakhir, setelah dia mendapat tugas baru di kota lain. Sebelum dia pergi, aku sengaja menghindar untuk tidak menemuinya. Waktu dia pamit ke rumahku, aku pergi lewat pintu belakang pura-pura tidak tahu. Dia ditemui Mas Adi saja. Aku akan melupakannya. Harus melupakannya. Aku wajib menjaga keutuhan rumah tanggaku yang telah aku bina bertahun-tahun. Akhirnya aku melupakannya. Sekarang hanya penis Mas Adi yang memasuki vaginaku. Walaupun aku sudah hampir 46 tahun dan Mas Adi 53 tahun, persetubuhan kami tetap teratur dan tidak berkurang frekuensinya. Minimal 3 kali dalam seminggu. Penis Mas Adi masih tetap kuat seperti dulu, justru malah semakin tahan lama. Aku sering minta untuk segera dikeluarkan spermanya, karena aku sudah kecapaian karena Mas Adi nggak selesa-selesai. Aku juga belum menopause. Akhir-akhir ini berat badanku naik. Aku menjadi agak gemuk. Tetapi Mas Adi malah senang, karena buah dadaku juga makin besar. Memang Mas Adi senang dengan perempuan yang mempunyai badan yang padat berisi. Kata Mas Adi kalau perempuan kurus dan buah dadanya kecil, kalau telentang buah dadanya akan hilang. Makanya dia tidak senang perempuan yang kerempeng. Kalau dipegang dengan gemas jangan-jangan malah dia kesakitan, katanya. Kata dia kalau melihatku, pahaku, bokongku, dan buah dadaku pasti nafsu. Sering aku ditelanjangi dan dibaringkan di tempat tidur. Aku dipandanginya tanpa berkedip. "Tut kamu indah sekali.." katanya. Dan tentu saja aku tersanjung. Selanjutnya aku melayani dia sampai lemas.
"Tut nanti kalau sudah tua, dan aku masih tegang terus, kamu gimana Tut?" katanya suatu malam. Waktu itu kami habis bersetubuh.
"Memangnya kenapa sih. Paling Mas Adi takut kalau aku tidak mau melayani lagi karena aku sudah menopause kan?" jawabku.
"Katanya kalau sudah menopause, vagina menjadi kering dan tidak bergairah lagi melayani suaminya".
"Itu kan katanya. Yang sebenarnya kita kan nggak tahu kan. Bisa juga karena sudah tua, mereka malu mengakui kalau masih giat bersetubuh. Padahal masih normal seperti dulu. Kalau dilihat sampai saat ini, aku kok nggak membayangkan kalau aku menjadi malas bersetubuh. Rasanya disentuh saja aku sudah kepingin dan siap dicoblos. Kalau nanti kering, ya kembali dong kayak dulu malam pertama. Nanti aku yang akan mengelomohi penismu biar licin."
Kami tertawa bareng. Kami berbahagia. Seks bagi kami memang kebutuhan penting. Setiap hari pun rasanya aku sanggup melakukannya. Mungkin nafsu seks kami memang berlebihan. Habis eenaak bangeet sih.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
1670