1. Muridku Memang Cantik
Inilah pengalaman pertamaku menjadi guru. Entah kenapa aku bisa kepincut menjadi guru. Bukan karena cita-cita atau berbakti kepada negara, tapi karena kekecewakan terhadap prilaku orang tuaku. Sebenarnya keluargaku bukan orang sembarangan. Papaku seorang pengusaha, mamaku aktivis social, kakak-kakakku pun menjadi pengusaha semua, Cuma aku yang bukan pengusaha. Bukan karena ortuku ga mau menyekolahkanku. Aku pernah kuliah bisnis di Amerika, Australia, bahkan Singapura tapi semuanya gagal karena aku terlibat narkoba dan diTarik kembali ke tanah air dan menjalani rehabiltasi di panti reabilitasi narkoba di sebuah pesanten di Jawa Barat. Ahamdulillah aku kembali ke jalan yang benar dan aku ingin mengabdikan diriku untuk mencerdaskan anak bangsa dengan sekolah guru. Syukurlah degan kemampuan bahasa inggrisku yang lumayan aku kuliah guru bahasa inggris hanya empat tahun, sehingga umur 23 th aku sudah menjadi guru bahasa ingris di sebuah SMA di Surabaya. Paman ku di Surabaya mengendalikan yayasan itu yang sebagian besar modalnya adalah milik papaku. Di sanalah aku dikirim papa untuk mengajar.
Aku mengajar bahasa inggris di kelas 11. Banyak siswa yang mengemariku dalam mengajar, bukan saja karena cara mengajar baasa inggrisku yang bagus, tapi karena aku sangat gaul. Banyak siswa yang tahu bahwa aku anak pemilik yayasan ini, begitu juga dengan guru-guu, yang tahu anyalah pamanku saja. Aku jarang ngumpul dengan guru di kantor saat istirahat, tapi sering ngumpul dengan siswa baik di kantin maupun di ruang osis, atau ruang band. Kebetulan aku suka music dan pandai bermain music, gitar, organ ataupu drum. Tidak hanya siswi cewek yang dekat denganku tapi juga cowok, karena aku sering bermain band dgn mereka, salah satunya Andi salah satu pemimpin band sekolah. Di rumah dia punya studio band, maklumlah dia anak orang kaya, anak pejabat. Aku sering bermain band di rumahnya, aku sering memegang gitar. Joni siswa kelas 11 organ, Andi drum, agus bas. Saat bermain dirumah Andi hampir semuanya membawa ceweknya, Andi dengan Susi, Agus dengan Mila dan Joni dengan Nova, Cuma aku…. Ah ha masih sendiri.
“ Pak, bu Yanti nggak diajak?” Tanya Nova disangka aku pacar bu Yanti guru bahasa Indonesia, padahal tidak.
“ Ah bisa aja kamu, gak kok, bapak belum ada ni.” Jawabku
“ Pak, kan tau Tari ?” Tanya Susi
“Ya, masa orang cantik bagaimana bapak ga kenal, Yang duduk sebangku dengan kamu kan? Anak kelas 11b? Emangnya kenapa?” jawabku mencecar.
“ Gak, pak. Sebenarnya dia ada hati degan bapak lo.”
“ Oya?” aku pura-pura kaget, padahal aku juga sudah ada filling karena setiap aku mengajar matanya selalu menatapku dengan penuh arti. Siapa yang gak berbunga-bunga disenangi cewek secantik Tari yang putih. Rambutnya panjang, tingginya 165 seimbang denganku yang 170, dadanya ya… 34 lah dan emmm… pinggulnya sintal mengiurkan. Tadi saat istirahat aku sudah ngobrol bareng dengan Tari. Susi yang nyomblangi. Bahkan sepulang sekolah kami sudah janji bermain band di rumah andi. Sementara Susi, mila dan Nova adalah penyanyi band itu.
Mobil Suzuki Katanaku sudah memasuki rumah Andi yang besar, biasalah ayah ibunya amak sibuk pasti ga ada di rumah. Anak –anak sudah bermain , terdengar bunyi drum itar dan organ, aku ke ruang studio Susi dan Tari sudah menunggu di depan pintu studio.
“ Udah sana ngobrol di teras” katanya kepadaku.
Akupun dengan Tari yang masih berseragam putih abu-abu duduk dan ngobrol ngalor ngidul di teras depan yan suasananya cukup romantis. Tari terlihat amat pendiam.
“ Ri, mau ga kamu jadi pacar saya?” tanyaku. Tari menunduk tak menjawab. Kata orang kalo tidak menjawab berarti iya.
“ Kok ditanya diam aja?” desakku.
“Tari takut ,Pak!” jawab Tari pelan
“Jangan panggil Bapak dong, panggil mas. Kan usiamu dengan saya cuma selisih 6 tahun, Tari 17 tahun kan .”
“Percayalah aku tadak mempermainkan kamu?” kataku sambil memegang tangannya. Dia tertunduk malu dan hanya mengangguk, kuTarik tangannya, kepalanya malah menyandar di dadaku yang bidang, rambutnya yang panjang dan harum merangsang birahiku. Kubelai rambutnya, kukecup keningnya. Dia hanya terdiam dan memejamkan matanya, aku semakin bergairah. Kukecup bibirnya, dia pun terdiam pasrah. Bahkan lumatan bibirnya yang romantis semakin bergairah, tangan kananku meremas dadanyanya dia pun diam tidak menolak, sampai-sampai tanganku turun kebawah mengelusap pahanya yang terbalut rok. Diapun terdiam pasrah, sampai tanganku ke pangkal paha menyetuh cdnya. Heran dia tidak menolak. Munkin karena dia udah terlanjur gandrung kepada ku dan juga dia sudah siring mendengar cerita susi yang serimg bermain cinta dengan si Andi.
“ Silahkan diminum mas.” Pembantunya Andi membuyarkan kemesraanku yang membawahkan minuman.
“ iya ya mbak.” Aku gugup, Tari memperbaiki duduknya dan merapihkan rambutnya. Pembantu pun kembali ke dalam. Aku minum air yang disediakan diikuti Tari.
“ Kita ke studio yuk” ajaku. Taripun mengikuti. Di studio tak terdengar lagi suara band. Kemana anak-anak itu. Ketika ku buka pintu. Masya Allah. Di sofa Susi sedang dientot Andi, sementara didepannya Nova sudah tak berbaju buah dada disedot Joni, sedangkan di pojok ruangan Mila dan Agus sudah tak berbusana mengerjai Mila sambil berdiri.
“ Aaah!” Tari tersetak sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya dan mendekap di dadaku. Aku memeluknya dan membawanya kekeluar.
“Kita pulang yok”, ajakku. Tari mengangguk. Waktu baru jam tiga sore. Mobilku sudah menuju ke halaman rumah Tari. Rumahnya cukup luas. Maklum rumah kampung. Di rumah ada warung. Bapaknya nganggur. Buat sehari-hari hanya berdagang. Di rumahnya aku disambut bapaknya.
“Kok sore amat pulangnya ,Ri?” tanya bapaknya
“Ikut ekskol pak, oya ini guru Tari pak!” Tari mengenalkan ku kepada bapaknya.
“Ahmad” jawabku sambil menyodorkan tanganku ke tanganya untuk bersalaman.
Aku ngobrol bersama bapaknya. Dia senang dengan ku, karena sikapku yang tidak kasar,bahkan aku sempat sholat ashar bersama bapakya di rumahnya. Gimana agak percaya dengan saya. Karena selain ganteng, aku ga ada tampang brutal.
“ Itu si Tari pulangnya sore terus, ada apa si di sekolah? Kemarin mal pulang jam 8 malam” kata bapaknya.
“Oya pak di sekolah kami banyak kegiatan, pak”.
Menjelang magrib aku pamit dan Tari mengantarkuku ke mobil. Didepan pintu rumah tatapan mata kedua orang tuanya penuh harapan, semoga aku bisa menjadi menantunya, begitu hatiku menebak. Karena penampilanku yang kaya, barangkali
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3268