2. Muridku Memang Cantik


Aku yakin nanti malam Tari akan terbayang-bayang tentang kejadian di rumah Andi. Ku sms, “ayo sedang apa?” begitu bunyi smsku. “Belajar” katanya. “Belajar becinta” balasku.” Ah bapak biasa aja.” jawabnya “Kok bapak lagi. Mas dong.” Pintaku d isms. “ Oya mas Ahmad deh.” Katanya lewas sms.

Aku berjanji pagi-pagi menjemputnya tapi tidak dirumahnya hanya di tempat biasa Tari nunggu angkot jika mau pergi ke sekolah. Waktu yang ditunggu pun tiba. Aku melihat Tari sudah menungu. Dia langsung menaiki mobil zip katanaku. Didalam mobil aku mengajaknya untuk bolos sekolah. Dia pun setuju. Aku sangat yakin dia sangat ingin bermesraan denganku tapi malu. Aku mengajakmya ke rumahku, dia mengangguk. Di Surabaya aku tinggal serindirian di rumah yang dibeli ortuku yang hanya tingali jika keluargaku ke Surabaya. Rumahnya di kawasan elit. Saat ini berarti rumah ini menjadi milikku. Kalau bukan pengusaha pasti mungkin tak terbeli rumah sebagus itu.

Pas di depan rumahku aku turun membuka pagar garasi, mobilku masuk, pintu pagar garasi kembali kututup, lalu pintu garasi dalam kubuka, mobil masuk dan kututup kembali dari dalam. Pagar sudah tekunci. Pintu garasi tertutup. Aku bukakan pintu Katana ayo tuun Taripun turun, dari dalam garasi ada pintu dalam yang tembus ke ruang tengah dan dapur. Ku buka sepatuku dan kutaruh di rak sepatu. Tari pun mengikuti dan meletakkan sepatu MBnya di rak tersebut. Ketika dia berbalik dia kaget, saat mataku menatapnya. Sesaat kami berdiri kaku saling memandang, kuteguk air liurkku sejenak, Taripun menundukkan kepala. Kupegang kedua tangannya.

“Aku sayang kamu, Ri.” Bisikku. Tubuh Taipun langsung lunglai mendekapku tak bisa berkata apa apa. Spontan kedua tanganku membalasnya dengan pelukan mesra. Sesaat kami saling memeluk saling menumpahkan rasa sayang. Kubelai rambutnya yang panjang sepunggung. Lembut dan harum. Birahi nakalkupun tumbuh saat tangan kiriku merasakan tali bh dibelakang punggung yang tebalut baju seragam putihnya tanpa mengenakan kaos dalam, sehingga terlihat jelas tranparan dari depan bhnya yang berwarna cream.

Kuangkat dagunya dgn tangan kananku. Sesaat mata Tari yang sayu memandang kemudian memejam dan secara naluri bibirnya yang merekah kukecup. Terdengar desahan napasnya yang mengemuruh. Aku yakin dia baru pertama kali melakukan ini. Beda dengan ku yang sudah terlalu sering memerawani gadis. Tentunya dengan Tari memang sangat bebeda. Biasanya aku selalu dapat cewek yang agresif dan liar. SemenTari Tari begitu pasrah dan lugu. Dekapan tanganyapun semakin erat kurasakan ketubuh seolah dia ingin menyatu dengan tubuhku

Tangan kananku mulai turun dan mengusap pinggulnya yang masih tebalut rok abu-abu. Terasa olehku garis pinggir celana dalamnya yang menyiplak di bagian luar roknya. Inilah membuat penisku tegang. Pikiranku mulai ngeres. Apalai dia begitu pasrah saat bibirku menyapu lehernya yang jenjang terus ke bawah , tanganku membuka satu kancing atas baju seragamnya hingga memudahkan bibirku menyapu belahan dadanya. Dia pasrah tak menolak sama sekali. Kubuka satu kancing atas baju putih itu sehingga branya yang cream cerah itu terlihat menutupi dengan indahnya buah dadanya yang padat berisi. Kurasakan dengan hidungku pinggiran branya , kucium bagian tengah branya yang tipis hingga bibirkupun merasakan puting itu dari balik bhnya yang terbuat dari bahan kaos dengan sedikit berenda bunga dipinggirnya membuat bh itu begitu indah untuk dipandang. Kudengar jantungnya berdegup kencang, dadanya turun naik, napasnya begemuruh keras menandanya dia sudah masuk di pinggir surga. Kalau sudah begini biasanya cewek manapun akan pasrah untuk diapakan saja, yang jelas akan senang untuk dibawah melayang ke surga dunia. Inilah yang sebut nafsu birahi. Tentu bagiku yang banyak makan asam garam bermain seks, tidak ingin kuselesaikan permain ini selekasnya seperti pengalaman saat aku di Jakata atau kuliah di negeri orang. Ini pengalam pertama Tari. Aku ingin memberi kesan yang terindah baginya. Anggaplah sepeti malam pertama.

“Ri maukah kamu jadi istri saya?” bisikku. Dia kaget menatapku.

“Kenapa kamu mentap beitu?”

“Tari takut dipermaikan, Mas” desanya

“Percayalah, aku akan selalu bersamamu” kataku. Diapun diam dan semakin erat dekapannya didadaku

“Coba jawab Tari, mau ga kamu jadi istriku ?” dia memandang, lalu terdengar, “ Kan Tari masih sekolah Mas, masa harus putus sekolah”

“Ya maksudnya mulai sekarang anggaplah kita suami istri dan begitu kamu lulus kita akan menikah.” Kataku. Dia pun semakin mengawang-awang tak menjawab kecuali pasrah saat kembali bibirnya kucium. Sekarang semakin mesrah dan mesrah sekali. Cium demi ciuman bibirku disambutnya dengan amat mesra, tidak liar, Terkadang bibirku menyapu lehernya yang jenjang. Diapun membalas dengan pejaman mata dan desahan sementara kedua tangannya erat memegang kepalaku saat ku kecup bagian belakan telinganya. Dia tak merasakan sedikitpun saat jari tengah dan ibu jari tangan kananku membuka kancing rok abu-abunya yang tak bergesper. Bahkan saat kuturun retseletingnya dia hanya mendesah saja, kecupan bibirku kadang di dada, leher, balahan dadanya, di telingan dan bibirnya. Rok itu tidak segera turun karena tertahan himpitan tubuh kami yan saling berpelukan. Dengan tangan pula kukubuka kancing baju kemejaku hingga terlepas dari tubuhku. Saat itu pula, turun pula roknya ke lantai saat aku melepas bajuku. Tari yang menyadari dadaku, sekarang terbius dengan dadaku yang bidang. Bahkan merebahkan kepala pas ke dadaku dan kusambut dengan pelukan mesrah dan romantis. Kembali kami berciuman dan kubelai rambutnya, punggungnya dan turun ke bawah mengelusi pinggulnya yang tetutup celana dalamnya yang berwarna merah terang, sepeti merahnya bendera Indonesia. Saat tangan kananku meraba dan meremas pantat yang berlapis cd merah dia baru menyadari kalau roknya sudah di ujung kaki. Spontan bibirnya melepas kecupan dari bibirku dan ingin mengambil roknya di lantai dan memakainya kembali .Tapi kedua tanganku dengan sigap mencegahnya dan memeluknya kembali

“Ri aku sayang kamu, aku ga mau lepas darimu” kataku dan rontaan kembali melemah dan merebah kepalanya kedadaku.

“ Ya mas tapi saya mau makai rokku dulu”

“Lo kok dipakai lagi bukankah kita ingin merasa sepeti yang kamu bayangnya smalaman. Ingin merasakan seperti yang susi, mila dan nova rasakan besama pacarnya. Ri kamu sekarang udah jadi istriku. Rumah ini milik ortuku juga milikmu. Nanti kita akan melaku di disini dan sekarang disini” kataku menjelaskan.

“Tapi aku takut hamil, mas”

“Kalau kamu hamil, aku akan tangung jawab. Lagian aku jamin kamu ga hamil dulu sebelum kita menikah. Tenang aja aku tau bagaimana caranya supaya ga hamil.”

“Benar?” Tanyanya matanya menatapku. Aku mengganguk dan kembali bibirku mengecup bibirnya dan turun mengecup buah dada yang masih terbungkus rapi dengan branya. Bajunya sengaja tak kubuka semua. Masih menyisakan tiga kancing dibawahnya sementara 2 kancing diatas sudah terlepas. Dia ingin mengancing kembali tapi kucegah dengan tanganku

Aku ingin menikmati dadamu yang indah. Dan kepalaku memedam dibelah dadanya yang terbungkus bh dan baju seragam putih. Sementara tangan kananku meremas dan membelai pantat yang terbungkus cdnya. Penisku protes tak enak merasanya kemesrahan karena terhalang cd dan celana panjangku. Kubuka celana panjangku. Langsung saja penis ku menyembul dari balik celana dalamku. Kurasakan celana dalamnya Tari yang merah bergesekan dengan penisku dibalik cdku. Hangat dan seperti ada getaran tersendiri. Terasa seperti mengawang-awang. Semakin digeseknya semakin nikmat dan nikmat. Lumatan bibirku di dadanya, di bibirnya, leher, belahan dada, di punggung, pinggul. Gesekkan kedua pangkal paha yang berlainan jenis itu telah benar-benar membawa kami ke surga. Tapi seperti yang aku inginkan hari ini, aku ingin membuat malam petama bagi Tari di pagi cerah ini di rumahku.

Kulepas kecupanku di bibirnya. Bibirnya menggaga. Heran tak mengerti dengan perlakuanku disaat dia sedang diamuk birahi tiba-tiba kuputus. Dadanya naik turun, napasnya tesenggal-senggal. Jantungnya bertak keras. Ada apa ini. Ya, aku tidak ingin melakukan ini tidak dengan nafsu yang liar seperti cewek-cewekku terdahulu. Tapi aku ingin lakukan kemesraan ini dengan penuh keromantisan. Biarlah setannya pergi jauh dulu.

“Ri kamu udah jadi istriku, maukah kamu menganggap ini adalah rumahmu.” Seperti biasa dia tak menjawab hanya merebah kepala di dadaku. Napas sudah mula tenang, jantung kembali stabil.

“Aku belum sarapan, kamu juga belum kan ? Kamu kan bisa bikin indomie buat kita berdua.” Pntaku. Dia melepaskan dekapan dari dadaku dan kembali menatapku serta menjawab dengan anggukan.

Dia ingin mengambil rok dan memakainya. Tapi kularang. “Jangan dipakai dulu biar hari ini menjadi suga dunia kita. Yuk aku tunjukan dapurnya.” Kuantar dia ke dapur dan tempat menyimpan indomie. Diapun memasaknya tanpa rok dipinggulnya bahkan bajunya dibiarkan 2 kancing atas terbuka sepeti biasa. Aku membereskan pakaian kami yang berserak di lantai dan kuletak di hangger dalam kamarku. Dan aku kembali kedapur. Ku lihat dari belakang Tari yang asik memasak indomi, meyiapkan mangkok dan sendok. Kutelan air liurku saat kutatap pinggulnya yang tetutup celana dalam merahnya. Benar-benar bahenol. Tali bh belakangpun terlihat jelas transparan dari seragam putihnya. Kupeluk dia dari belakang. Dia tidak kaget. Bahkan tetap asik memasak indomie yang hamir matang. Kubisikan di teliganya, “Ini pelayananmu pertama sebagai istri meyiapkan makan untuk sang suami, yang kedua pelayanan batin sang suami.”

“Ah mas “ desahnya saat dada yang berbalut bh kuremas dengan tangan kiri sementara tangan kanan mengelus paha dan memeknya yang agak basah berbalut cd. Sementara penisku semakin tegang dan hangat di dalam cd ku saat menyentuh pinggul Tari yang berlapis cd merah, semakin ditekan semakin nikmat.

“Ri kita makan satu mangkok berdua” kataku saat dia menuangkan mie ke mangkok. Lalu kami makan mienya sambil duduk berpangkuang di ruang makan. Kami saling menyuap. Tanganku nakal mengelus paha, celana dalam Tari dan meremas buah dadanya.Taripun lirih dan tersipu sipu saat kami saling memberi rangsangan. Tari seperti sudah larut dalam suasana, padahal kami baru berkenalan dan saling bejanji hidup besama. Taripun seakan terlarut bahwa kami seperti suami istri dan seperti sering melakukan ini. Padahal belum, ini baru pertama kali. Adikku, si penis ingin sekali merasakan liang surga vagina Tari yang terbungkus cd diatas pangkuanku. Dalam pangkuanku kembali kukecup bibirnya. Kali ini seragam putihnya kubuka semua dan kulempar jauh ke pojok kamar makan. Kuremas dadanya dalam bra cream. Kucium bh itu.

“Aah mas,” desahnya. Tari berdiri dan mengambil mangkok untuk di taruh ke wastapel. Aku mengejarnya . dan kembali memeluknya. Setelah meletakan mangkok di tempat cucian piring. Tari berbalik dan kembali kukecup bibirnya dan kupeluk mesra tubuhnya yang indah itu. Kali ini justru aku yang semakin tak sabar untuk membobol gawangnya Tai yang masih rapat tertutup celana dalam merah. Mudah memang untuk merosotkan, tapi aku lebih memilih untuk pemanasan dulu dengan saling membelai meremas dan mengecup, sehingga setiap sentuhan meyalakan api asmara kami, sampai nantinya akan membakar kami dalam lautan api cinta. Kedua tangan kiriku membelai punggung Tari, sementara yang kanan menelusuri pantanya yang bercd merah. Sambil berciuman tangan kananku menikmati halusnya cd meah Tari. Menelusuri pingiran cd itu, turun mengusap usap kedua pahanya kiri dan kanan bergantian dari dengkul hingga pangkal paha dan menyentuh memeknya yang masih terbungkus cd merah. Terasa tanan kananku merasakan cd itu telah basah. Penasaran tanganku masuk menyusup masuk ke cd Tari. Tari melenguh tapi tidak melepaskan bibirnya dari ciumanku bahkan semakin erat peluknyan saat telapak tanganku mengelus memek yang baru ditumbuh bulu halus. Hangat rasanya. Sementara tangan kiri membelai punggungnya yang putih mulus tanpa cacat. Terasa tali bhnya, bukan penghalang bagiku tapi inilah pelengkap kenikmatan bercinta. Kecupan kami turun ke leher dan ke dada yang terbunkung bh, lalu dengan kedua tangan kubuka pengait bh yan berada dipunggungnya. Maka terbukalah apa yang selama ini disembunyikan Tari di dadanya. Dada berukuran 34 tidak kecil juga tidak besar. Serasi dengan tubuhnya yang 165. Sambil berdiri kukecup dada itu kanan dan kiri lalu putingnya ku sedot, kugigit kecil putting dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sementara kedua tanganku meremas remas pinggulnya. Kedua kaki Taripun mulai bergetar tak tahan menyanggah tubuhnya yang berat karena api cinta dan tersandar ke tembok dapur sementara mulutku terus menikmati buah dadanya yang ranum, dan tangan kananku mengelus-elus memeknya dari balik cdnya. Kini kami sudah dimabuk asmara, desahan napas kami seperti napas kuda. Kembali kekecum bibinya mesrah. Tangan kananku menurunkan cd meranya hingga dengkulnya lalu dengan kaki kanan ku kuinjak cd itu hingga lepas dari kakinya. Lalu ku buka cdku sendiri dan menyembullah adik kecilku bediri tegang 20 cm panjang dengan garis tengah 5 cm. Tidak besar dan panjang tapi cukup untuk memberi kenikmatan bagi gadis seumur Tari yang masih virgin. Penisku menyembul nyembul menyetuh memeknya yang hangat saat masih berdiri berpeluk erat mencium bibirnya. Mengesek geseknya menyetuh paha kanan dan kiri. Wah hangat dan nikmat. Sesaat kulepas ciuman di bibir dalam keadaan berdiri berpelukan kami saling memandang dan menelan air liu. Napasnya masih menyisakan engaan. Tatapan mata Tari , ngangga bibirnya yang mengisyaratkan agar saya segera menyelesaikanya.

Kamu mau, tanyaku. Tari mengangguk. Lalu kubopong tubuhnya ke kamaku dan kubaring di sping bed berspray pink tanda cinta kami bersemi dikamar ini. Spray ini akan jadi saksi bukti cinta kamu berdua. Kulebar kedua pahanya agar adikku mudah masuk. Agak susar memang pertama, karena Tari masih perawan dan penis ku agak sedikit besar. Topi bajaku sdh siap di belah memeknya, ditekan seperti agak serat, tapi tak apalah kukecup lagi bibirnya, kuremas dadanya dia agak mengerang dan pahanya terbuka hingga sedikit demi sedikit topi bajaku masuk 3 cm ke dalam memeknya kukenyot lagi dan dia mengerang pinggulnya naik ke atas dan penisku masuk 7cm ku cabut 3 cm masuk lagi 10cm tinggal setengah lagi. Kurasakan hangatnya bibir memek Tari, sepertinya darah sedikit keluar menandakan keperawanan sedikit terkoyak penisku

“Tari, aku sayang kamu!” bisikku. Tari menjawab dengan dekap erat hingga membuat penisku dengan sendirinya masuk ke dalam memeknya. Pinggulnya mengejang naik menjadikan pantat kami saling berhimpitan hingga penisku telah masuk seluruhnya habis dalam memek Tari yang cantik itu. Aku rasakan dan kunikmat memek Tari yang berbeda degan cewekku yang lain karena baru Tari cewek yang perawan. Yut yut … yut dan hangat terasa di kulit kontolku. Ketika kunaikan pantatku bibirnya mala menyambar bibirku dan kamipun terbuai mengeluar masukan penisku ke liang memeknya sambil terus berciuman. Tiga puluh menit sudah kami bercumbu, darah perawan Tari tak dihirau telah menetes di bawah spray pink, kini berganti dengan kenikmatan yang tiada tara. Empat puluh lima menit sepertinya penis akan menyeprotkan sperma, ku tahan sebentar di dalam memeknya, aku berpikir apakah aku akan mencabut dulu kontolku dari liang kenikmatan Tari kemudiam memakai kondom yang telah kusiapkan atau kukeluarkan sperma diluar liang vagina Tari agar tidak terjadi kehamilan di kemudian hari. Napas kami yang tadinya naik turun tidak karuan, kini mulai stabil kembali karena aku menahan tidak mengeluarmasukkan penisku tapi kutahan sejenak di liang itu. Mata Tari pun muliai terbuka, kusambut tatapanmatanya dengan senyuman dan dibalasnya pula denga senyuman manisnya. Bahagia sekali rasanya kami bermesraan ini. Aku yakin dia sudah keluar, terbukti liangnya semakin licin oleh cairan.

“Ri, kamu mentruasinya berhenti tanggal berapa?” tanya ku.

“Baru tiga hari lalu mas!” jawabnya sambil memelukku. Berarti sekarang bukan masa subur. Artinya kalau sperma kukeluakan di dalam memek, tidak akan hamil. Wa benar-benar kebahagian yang tiada tara. Artinya dapat kenikmatan yang tidak terputus. Maka ku putuskan untk mengeluarkan spermaku di dalam memeknya. Bagiku berniat hari ini akan kujadikan satu hari penuh ngetot bersama Tari. KuTarik kembali penis, kumasukkan kembali. Tak terasa waktu sudah 1 jam dan sepertinya kenikmatan sudah di kepalaku. Aku sebenar bisaa menahannya tapi aku tidak lakukan. Kami berpelukan erat dan dorongan pantatku naik turun semakin cepat dan seperti spermaku sudah di ujung topi baja dan …aaaahhhh…. crot… cret… crooot. pantatku menekan keras kebawah sementara pantat Tari menekan keras ke atas. Sesaat kami menegang berdekapan erat dan bibir kami saling memanggut. Napas kami saling bergemuruh dan perlahan-lahan melemah dan stabil lagi. Aku tergolek lemah di samping tubuh Tari sambil memandang ke atas. Tapi anehnya senjataku tetap tegang, kerena memang sebelum menjemput Tari dari rumahnya, aku minum jamu jakban dan kapsul black ant 2 kapsul. Hasil terbukti penisku tidak loyo, cuma telingaku dan tubuhku agak hangat.Kuliat mata Tari meneawang ke atas, air mata menetes di sebelah matanya

“Kenapa?” tanyaku padanya

“Saya takut, Mas akan meningalkan Tari.” Jawabnya.

“Percayala sumpah samber geledek, saya tidak akan meninggalkanmu” rayuku menyakinkan hatinya yang gundah sambil mencium kembali bibirnya mesra dan meremas-remas teteknya yang keras munjung trgak ke atas.

Tari pun bangun kemudian ke kamar mandi mencuci memeknya, begitu juga aku. Kucuci kontolku yang masih tegang. Sesaat Tari bejalan ke dapur mengambil celana dalam dan branya yang beserakan dilantai ruang makan kemudian memakainya. Aku mengikutinya dari belakang tapi aku tak mengenakan celana dalamku. Dalam keadaan telang bulat aku berdiri di pintu dapur. Kuliat tubuh Tari yang sudah mengeanakan bh dan cd membuka kulkas mengambil air dingin dan meminumnya. Kuikuti Tari dan kutekuk juga air yang diambilnya dari kulkas

“Kok celana ga dipakai mas?” Tanya menenggok melihat senjataku yang tetap tegar.

“Ga ha, kan mai main lagi.” Jawabku lancer.

“Ah, emannya ga cape, Mas?” sambungnya.

“Ga tu liat aja, adikku masih tegak.” Kataku. Memang kontolku masih berdiri tegang. Waktupun jam dinding masih menunjukkan jam 10 pagi, arti kita bisa menikmati sekali lagi dan rencananya jam 12 siang aku akan mengaajak Tari ke mall untuk beli pakaian dan jam 3 sore baru pulang. Jam 4 kembali ke rumhku untuk ngentot lagi barang sekali. Karena aku benar -benar kecanduan mau ngewekin memeknya Tari setiap hari.

Akhirnya kuTarik kursi makan, kuletak kaki kiri Tari di atas kursi kemudian ku usap cdnya, kusibakkan sedikit pinggirnya, hingga terlihat belahan memeknya. Kontolku yang masi tegang kuarahkan pas di depan memeknya dannnn… tekan sedikit demi sedikit jadilah gaya ngentot berdiri sambil berciuman tanpa melepaskan cd dan branya ah…. Nikmatnya orang ngewe. Kulaku ini sambil berpelukan mengusap punggung dan pinggulnya masih tertutup cd merah. Tiga puluh menit sudah pantatku maju mundur. Kali ini lebih lama dari pertama. Mungkin karena tenagaku tak semenggebu petama hanya dorong seks saja yan masih sama. Hampir 1 jam sudah kugenjot memek Tari. Lalu ku gendong Tari tanpa melepas kan memek dari patokan kontolku. Kubawa keliling ruang dalam rumahku dari depan belakang bahkan sampai garasi dalam. Yang kurasakan adalah halusnya cd merah Tari ikut membuat libido tak tuun sedikitpun. Satu setengah jam sudah kami melakukan hubungan badan ini, spermaku hampi keluar, kubaringkan dia di sofa depan. Dan kutindih kembali tubuhnya yang polos itu. Kontolku semakin cepat mengeluarmasukan di dalam memeknya. Ketika spermaku mau keluar, kucabut kontolku dari liang vagina Tari dan kukocok dengan tangan kananku maka cairan kental spermaku muncrat crotttt …mengenai wajah Tari, yang kedua ctreeet …kena bhnya,crtttt…. perutnya basah oleh maniku dan terakhir sisanya mentetes di cd merahnya stttttsss….Mataku berkunang-kunang dan ambruk loyo.


----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh

2787

21Tahun.Sextgem.Com